Borong, Vox NTT-Proyek air minum di Desa Compang Wesang, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) hingga kini diduga mubazir.
Proyek itu dikerjakan pada tahun 2017 dengan pagu dana Rp 900 juta.
Air hanya mengalir satu minggu setelah pemasangan meteran. Sejak itu hingga kini, airnya macet tak lagi jalan dalam pipa penyalur.
“Kalau boleh dibilang, kontraktornya pulang, airnya hilang. Satu minggu saja airnya ngalir,” ujar Herman Ju, warga Desa Compang Wesang saat ditemui VoxNtt.com di kampung Wesang, Rabu (28/11/2018).
Ia mengatakan, warga Desa Compang Wesang sangat kesal dengan proyek yang tidak ada asas manfaat bagi masyarakat.
Padahal, kata dia, proyek yang bersumber dari keuangan negara bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, bukan malah menyengsarakan.
Herman mengaku, masyarakat hanya diuntungkan dengan air milik desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kami bersyukur ada kran air yang dibangun oleh pemerintah desa beberapa tahun lalu. Kalau tidak, kami harus turun ambil air di kali,” ungkap Herman.
Ia berharap agar Pemkab Matim segera merespon keluhan warga terkait proyek air bersih yang mubazir itu.
“Daripada uang negara dibuang percuma to. Mungkin pemerintah bisa segera merespon soal ini,” tambahnya.
Dihubungi terpisah, Carles Persly, kontraktor yang mengerjakan jaringan air minum bersih menuju Desa Compang Wesang malah menuding warga sering mencuri air dengan melubangi pipa. Akibatnya, air tidak mengalir sampai di rumah-rumah warga di Desa Compang Wesang.
“Itu ulah masyarakat di hulu yang sering curi air dari pipa menuju Wesang itu. Mereka kasih potong itu pipa,” ujarnya saat dikonfirmasi VoxNtt.com, Rabu malam.
Carles mengaku, selama masa pemeliharaan di tahun 2018, ia sudah belasan kali memperbaiki pipa-pipa yang dilubangi warga tersebut.
Ia membantah laporan warga yang menyebutkan bahwa air mengalir hanya satu minggu setelah pemasangan meteran.
“Itu tidak benar, air itu tidak mengalir setelah ada warga di hulu kasih potong pipa menuju Wesang, sejak bulan Juli itu,” jelasnya.
“Persoalan utamanya itu persoalan sosial, orang potong pipa. Tidak mungkin kontraktor setiap hari pergi jaga di sana selama masa pemeliharaan,” tambahnya.
Ia berjanji, Kamis (29/11/2019) akan ke lokasi untuk mengecek penyebab air tidak mengalir sampai di Compang Wesang.
“Saya esok ke lokasi dan perbaiki itu. Pasti itu ulah masyarakat di hulu lagi,” katanya.
Carles membenarkan proyek tersebut milik Dinas PUPR Matim tahun 2017 dengan pagu sebesar Rp 900.000.000.
“Masa pemeliharaannya sampai bulan Desember ini,” jelasnya.
VoxNtt.com sudah menelusuri sejumlah kran, meteran, dan pipa dari proyek air minum tersebut.
Pipanya sudah mulai berkarat. Meteran juga parkir kosong di rumah warga. Begitu juga dengan kran air. Semuanya kosong tanpa ada aliran air.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Ardy Abba