*)Puisi-puisi Vallentino
Nakal
Ketika belia masih mencumbui akal,
Ibu yang berambut ikal itu selalu saja mengukir namaku di lidahnya:
“Anak nakal”.
Nah,
tibalah saatnya belia terbenam saat senja umur,
di sinilah paham membuat akal beliaku kabur,
menyajikan hakekatku yang lama terkubur:
Aku nakal karena kadang memisahkan, kadang mempersatukan.
Tapi, sungguh,
Itu bukan tujuan yang aku asuh.
Aku hanya menguraikan kata-kata yang patah,
yang tidak sempat dilahirkan lidah.
Aku: Puisi…
Ledalero, Oktober 2018
Robek
Alkisah,
ketika Sang Kuasa mengukir semesta,
di antara ketujuh hari penuh peluh basah itu, Ia menjahit aku,
si kain kotor, lama, usang, hina ini pada tubuhmu,
engkau, si kain bersih, baru, mahal, harum bernawastu.
Aku tahu,
itu melahirkan derita tanpa estetika bagimu selama berabad-abad.
Kau malu kan? (sebenarnya aku yang harus malu).
Tenang, aku paham.
Akan kuperbaiki kesalahan Sang Kuasa,
menghapus malam yang harus selalu kita lewati tanpa bahasa.
Akan kurobek kain kotor, usang, lama ini dari kain bersih, baru, indah, harum bernawastu itu.
Yah,
memang harus robek.
Ledalero, Oktober 2018
Aku, Kau dan Waktu
Dulu,
Aku pernah bersetubuh nafsu dengan waktu.
Dalam tubuh yang berbasuh peluh,
dia tetap enggan melepas peluk.
Dia ingin membunuhku dengan setubuh.
Dia cemburu, aku telah memilikimu.
Dia juga menghasut:
Ah, kau pikir dia lebih baik dariku?
Lihat! Dia tidak punya tubuh yang seindah tubuhku.
Dia tidak punya buah dada yang seranum buah dadaku.
Dia juga pastinya tidak akan memenuhi kebutuhanmu; dia tidak senafsu aku.
Bukankah kau sudah seharusnya tetap bersamaku?
Kau tahu?
Kenyataan selalu ia lahirkan di ujung lidahnya.
Dia benar:
Kau gendut, tidak punya buah dada yang ranum, juga tidak senafsu dia.
Tapi,
aku punya alasan:
Sudahlah kau pelacur!
Aku punya dia.
Dia memang tidak punya apa yang kau punya tapi dia punya apa yang aku butuh.
Itu peluk hangat, bukan peluh dingin yang mulai mengubahku menjadi mayat.
Berhentilah merayuku!
Kau sudah terlalu lancang mencitakan kapan dengan harapan aku selalu kau peluk kencang.
Berhentilah pelacur!
Ledalero, November 2018
*Vallentino adalah pria yang lahir di pulau Rote-NTT. Ia mencintai musik dan sastra serta berminat pada pemikiran para fisuf kuno. Sekarang ini ia tinggal di Ledalero, Flores-NTT sambil mendalami pemikiran para filsuf kuno yang ia minati. Ia bisa dikontak melalui akun emailnya, vallenesvede@gmail.com atau melalui WhatsApp (081356458813).