*)Cerpen Marsel Koka
Sore ini hujan lebat mengguyur sudut kotaku. Seperti tahun tahun sebelumnya di penghujung tahun khususnya pada bulan Desember dipastikan hujan turun hampir setiap hari. Kali ini aku berdiri di depan pintu mencoba menikmati suara hujan yang entah sampai kapan redanya sambil berharap ada pelangi yang muncul setelah hujan hari ini reda tapi kenyataannya alam di sekeliling masih diselimuti kabut tebal.
Entah sudah berapa menit berlalu tanpa saya sadari ternyata di teras ada dua remaja yang sudah beranjak dewasa sedang berteduh. Aku tidak menyadari sejak kapan dan dari arah mana mereka datang. Sejenak aku perhatikan keduanya hanya diam seakan sibuk dengan lamunan masing-masing.
Tiba-tiba salah satu dari mereka memulai percakapan dan dari percakapan mereka aku mengetahui nama mereka Dia dan Mysel. Secara diam – diam aku menyimak penggalan percakapan mereka.
——————————
Dia : “Sel, beberapa hari ini saya perhatikan kamu banyak melamun, apa yang kamu pikirkan ?” Tanya Dia agak serius
Mysel : “Tidak apa – apa sayang…, kamu sendiri juga kelihatan banyak melamun, ada apa ?” Mysel balik bertanya seolah ingin mengalihkan pertanyaan Dia di awal percakapan.
Dia : ” Aku sedang merindukan seseorang di bulan Desember ini”.
Mysel : oh ya ? Semoga kerinduanmu segera terobati di akhir tahun ini ya say…. dan apakah kamu tahu, akupun sedang menahan rindu yang teramat dalam sampai aku tidak mampu menggambarkannya lagi.. ” curhat Mysel dengan sinar mata penuh kejujuran.
Dia : ” Rindu sama siapa ?”
Mysel : ” Maaf say, kali ini saya belum bisa cerita”
Dia : “Ok, tidak masalah. Trus usahamu sejauh mana ?”
Mysel : ” Hanya sebatas mencoba menahan rasa saja”. Sambil menahan sesak di dada.
Dia : ” Kenapa tidak coba telpon, sms atau ??” Tanya Dia sedikit heran.
Mysel : ” Oh tidak, tidak !!! Kami memiliki status sakral masing – masing. Tidak boleh ada yang merasa terganggu “. Jawab Mysel dengan nada agak serius.
Dia : ” Sejauh apa rasa rindu dan sayangmu pada dirinya ?”
Mysel : “Tidak bisa aku gambarkan. Jauh di lubuk hatiku selalu mengalun getaran yang sangat indah namun terkadang sangat menyakitkan tatkala menyadari kenyataan yang ada di antara kami.”
Dia : “Kalau begitu, setibanya di rumahmu nanti sebelum tidur ambillah ROSARIOmu dan mulailah berdoa, bawa serta segala pergumulanmu dalam doa dan secara khusus sebutlah namanya di setiap butiran Rosariomu. Ketahuilah, cara terbaik menyatakan cinta dan kerinduan terhadap seseorang adalah dengan membawa namanya dalam setiap bait – bait doa khususnya Doa Novena.” Saran dan nasehat Dia panjang lebar.
Mysel : “Iya yaaa…” sahut Mysel tanda setuju.
Dia : ” Ngomong-ngomong, apa harapan terbesarmu di penghujung tahun ini?”
Mysel : (dengan mantap dan mata penuh harap menjawab ) ” Semoga seseorang di doanya menyebut namaku dalam salah satu butiran Rosarionya”. Amin
Dia : “Amin. Amin. Semoga Mysel sayang.” Sahut Dia sambi mengelus pundak Dia.
Mysel : ” Terima kasih sista atas doa, saran dan nasehatmu. Aku akan melakukan seperti yang kau katakan. Doa dan harapan terbaik untukmu juga, sahabat terbaikku.”
——————————
Masih dalam keadaan termenung merenungkan penggalan percakapan dua insan tadi, aku sampai tidak menyadari kalau mereka sudah berlalu entah ke arah mana.
Hujan sudah reda, hanya menyisahkan titik – titik air di ujung atap terasku dan tidak ada tanda – tanda pelangi akan muncul. Namun di ufuk cakrawala masih tampak setengah lingkaran matahari senja seolah menatap dan mengingatkan secercah harapan akan hari esok yang lebih cerah.
Aku kembali masuk ke dalam rumah, ku ambil Rosarioku yang sudah sedikit berdebu karena tidak pernah digenggam sejak akhir Oktober lalu. Aku masuk ke dalam kamar, duduk bersimpuh sambil melafalkan doa Rosario dimana setiap butirnya ada namanya dan nama -nama orang yang kurindukan kusebut.
****************