Borong, Vox NTT- Tatapan bahagia tampak dari wajah Yustina Ojing saat dikunjungi VoxNtt Sabtu (29/12/2018) di kediamannya di Kampung Baga, Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Wanita kelahiran April 1940 silam ini tampak sehat, walau usianya sudah melampaui setengah abad.
Yus demikian ia di sapa, merupakan satu dari sekian pengrajin tanah liat yang ada di kampung itu.
Di kampung inilah perkakas rumah tangga dihasilkan Yus nyaris tersebar di seluruh wilayah Kota Komba.
Dari penelusuran VoxNtt.com, Yustina Ojing disebut-sebut sebagai satu-satunya wanita lansia yang masih memanfaatkan tanah liat untuk dijadikan perkakas rumah tangga.
Sejak Umur 15 Tahun
Sebagai pengrajin tanah liat, Yus mengaku telah ia lakoni semenjak usia yang masih remaja.
“Sudah dari dulu pa, mungkin sejak usia 15 tahun, ” ungkapnya.
Dikala kecil, Yus ingin sekali bersekolah seperti teman sebayanya. Namun sayang keinginannya itu hanya sebatas angan.
“Bapak dan mama saya larang saya sekolah, hanya karena saya harus jaga adik saya yang masih kecil, ” kisahnya.
Yus tak putus asa, ia memilih jejak sang ibu menjadi pengrajin tanah liat.
“Mama saya biasa olah tanah liat, akhirnya saya ikut mama sampai sekarang ini,” imbuh wanita 78 tahun itu.
Semasa gadis, Yus mengaku tanah liat yang diolah mampu menghasilkan beberapa perabot dapur seperti periuk dan kuali.
“Dulu masih muda saya bisa buat 10 buah kuali tapi sekarang hanya mampu 5 itupun kalau tidak ada kerja lain, ” ungkapnya.
“Ketika masih muda kami biasa masak nasi pake periuk tanah mau acara kecil maupun pesta besar,” kisahnya.
Periuk tanah dan kuali yang hasilkan Yus ia jual sesuai ukuran yang dihasilkannya.
” Kalau kecil Rp 100.000 tapi kalau yang besar harganya Rp 250.000, sekarang saya tidak kuat saya hanya buat yang kecil saja,” ungkapnya.
Kehilangan Suami
Tahun 2010 silam merupakan masa kelam bagi Yustina dan keluarga. Ibu dari 11 anak ini harus rela kehilangan suami tercinta Alo Jalo.
Yus pun hidup menjanda. Hari-harinya ia lewati bersama sang cucu yang kini masih mengenyam pendidikan dasar.
Kendati demikian, Yus tak putus asa. Baginya kematian adalah kepastian.
” Itu semua rencana Tuhan, kadang kalau sendiri saya selalu ingat dia tapi beruntung saya hidup dengan cucu jadi ada yang hibur, ” imbuhnya.
Akan Ajarkan Cucu
Walau usia tak muda lagi Yus tetap bekerja. Demi menafkai hidup sehari hari, mengolah tanah liat menjadi andalannya.
“Saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup kalau tidak kerja kita beli beras uang darimana,” pungkasnya.
Kendatipun, niat Yus untuk mengajari sang cucu mengolah tanah liat sudah ia pikirkan.
Namun, kata dia akan ada waktunya kelak ketika mereka sudah layak dan siap untuk bekerja.
“Tamat sekolah baru saya lati cucu saya yang masih kelas 4 SD,” tutupnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba