Oleh: Yos Gerard Lema
MALAM Kudus…O Holy Night….Silent Night. Lagu-lagu itu bergema di seantero Kota Kupang. Desember, bulan penuh kemuliaan. Dentang lonceng gereja gemakan nyanyian kudus. Nyanyian surga. Para malaekat menyanyi merdu. Bintang-bintang gemerlap. Sinar purnama terang benderang. Natal, surga dan bumi berpesta. Manusia bersukacita, karena Sang Juru Selamat telah lahir. Firman Itu menjadi manusia. Oooh Yesus, Tuhanku dan Allahku, nama yang mengatasi segala nama.
Natal, berkisah tentang kandang hina di Betlehem. Tentang perawan Maria dan Santo Yosep. Tentang bayi Yesus tidur di palungan, ditutup kain lampin. Tentang malaekat Tuhan dan para gembala di padang. Juga tentang pohon cemara berkelap-kelip. Santa Claus dengan topi dan kantong ajaib membagikan hadiah kepada anak-anak di seluruh dunia. Lalu misa malam natal yang riang gembira. Di sana ada gaun baru, baju dan celana baru, sepatu, jas dan dasi baru, serta gelang, anting, cincin dan kalung baru. Semoga hati pun baru.
Sementara di Kota Kupang, sejak 1 Desember, lagu Natal telah membangunkan semua warga. Sukacita Natal tak terbendung lagi. Sopir bemo dan penumpangnya sama-sama nyanyikan lagu natal. Taxi, bis, kendaraan pribadi semuanya putar lagu natal. Bahkan si ojek menghibur penumpangnya dengan musik Natal. Kios, pasar tradisional, mini market, mall, pasar modern, bank, dll, semuanya sepakat putar lagu natal.
Namun tentang Natal, Tuhan telah mengingatkan warga Kota Kupang sejak November melalui indahnya bunga-bunga ‘sepe’ merah menyala. Pada merah bunga ‘sepe’ yang indah itu, Tuhan mengingatkan kita bahwa Natal sudah diambang pintu. Persiapkan hati untuk menyambut kelahiran bayi Yesus.
‘Sepe’ di Seluruh Kota
Bila ‘sepe’ menjadi ‘alarm’ dari Tuhan untuk mengingatkan umat-Nya bahwa Natal sudah dekat, lalu kenapa kita tidak hijaukan Kota Kupang dengan tanaman ’sepe’. Sebab merah bunga ‘sepe’ akan menenun dan menjahit jati diri kita sebagai umat nasrani. Dunia mesti tau hal itu. Maka biarkan ‘sepe’ merahkan Kota Kupang. Merahkan setiap jengkal tanah di seluruh Bumi Flobamora. Percayalah, ‘sepe’ akan menjadi magnet bagi wisatawan dalam dan luar negeri. ‘Sepe’ akan mencengangkan umat manusia dari seluruh penjuru mata angin.
BACA JUGA: Pohon Sepe akan Jadi Ikon Kota Kupang
Mungkin terlalu percaya diri, namun ketika bunga-bunga ‘sepe’ telah berhasil mengarsir wajah Kota Kupang menjadi merah menyala, maka wisatawan dari seluruh penjuru dunia akan bersukacita merayakan Natal di bawah indahnya bunga-bunga ‘sepe’. Realitas itu terlalu indah untuk dibayangkan. Sebab, kemajuan teknologi informasi, kemajuan jasa perhubungan, serta kemajuan ekonomi bangsa-bangsa telah membuat sektor pariwisata booming.
Inilah yang ditakar Gubernur NTT Victor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Yos Nae Soi ketika mencanangkan Pariwisata sebagai leading sector dalam pembangunan ekonomi. Karena itu, Walikota Kupang Jefry Riwukore dan Wakil Walikota Herman Man mesti berani dan nekad untuk hijaukan Kota Kupang dengan ‘sepe’.
‘Sepe’ adalah jati diri kita. Bagikan anakan ‘sepe’ ke seluruh warga. Tanam, sekali lagi tanam. Tanam di perkantoran, sekolah-sekolah, kampus, pertokoan, jalan-jalan negara, jalan propinsi, jalan-jalan kota, jalan-jalan kelurahan, taman kota, hutan kota, dll. Kalau perlu tanam sampai ke laut, sampai ke pulau Samau dan pulau Kera.
Lalu berdoalah, tunggu sampai ‘sepe’ berbunga merah menyala. Merah-merah-merah. Seantero kota merah. Dari udara, penumpang pesawat berebut jendela untuk abadikan panorama terindah serba merah.
Dari arah laut, ketika haluan kapal melewati pulau Semau dan pulau Kera, Kupang benar-benar jadi kota impian. Siapa saja ingin berswafoto ria di bawah merahnya bunga ‘sepe’. Apalagi berpose di kantor Walikota dan kantor Gubernur yang arsitekturnya terunik. Sayangnya, sampai hari ini ‘sepe’ belum jadi pilihan utama penghijauan di kedua kantor yang megah itu.
Selain ‘sepe’ seorang teman sarankan, bougenvil dan olyander merupakan pilihan yang pas dan cocok untuk iklim NTT. Bougenvil yang indah itu akan berbunga pada Maret sampai Agustus. Sedangkan olyander berbunga sepanjang tahun. Artinya, dengan menanam ‘sepe’, bougenvil dan olyander Kota Kupang senantiasa berbunga sepanjang tahun. Apalagi bougenvil dan olyander kaya akan warna. Merah, kuning, putih, jingga, biru, dll. Tentu bunga-bunga yang lain juga disarankan ditanam agar wisatawan punya banyak pilihan ketika berselvy ria.
Kota Wajib Bersih
Sebagai ibu kota Propinsi NTT dan sebagai salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan, Kota Kupang wajib bersih. Bahkan terbersih. Kupang harus jadi contoh bagi kota-kota lain di seluruh NTT. Cara bikin Kota Kupang jadi bersih tidak usah susah-susah. Copy paste saja cara mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok ketika membersihkan Jakarta. Jakarta yang jorok, bau, sungainya menghitam, dll ‘disulap’ Ahok jadi kinclong.
Walikota wajib bentuk pasukan kuning, biru, merah, hijau, putih, jingga, dll. Setiap pasukan dengan peruntukannya. Misalnya, pasukan kuning untuk tangani masalah sampah di pemukiman. Pasukan merah tangani sampah di pasar-pasar tradisional. Pasukan biru tangani sampah di bibir pantai dan sungai. Pasukan hijau untuk tanam dan rawat anakan ‘sepe’, bougenfil dan olyander, serta bunga-bunga lainnya. Pasukan putih wajib menyiram tanaman pagi dan sore di seluruh kota. Artinya, walikota mesti mampu menggerakan warganya untuk berpartisipasi dalam setiap ritme pembangunan, terutama pada hari sabtu dan minggu.
View Miliaran Dolar?
Tapi apa sesungguhnya yang diandalkan Kota Kupang? Lasiana kah? Taman Nostalgia kah? Atau Nunsui, pantai Manikin, Pasir Panjang, pantai Tablolong atau air terjun Oenesu? Atau wisata Kota Tua di sepanjang pertokoan Lai-Lai Bisikopan, karena disana ada pabrik es dan bioskop Raya (tempo doeloe) yang konon arsiteknya adalah Bung Karno?
Namun saya terhenyak ketika seorang teman yang sudah sering berkunjung ke obyek-obyek wisata kelas dunia mendiskripsi keindahan Kota Kupang yang sesungguhnya. Katannya, keindahan Kota Kupang yang sebenar-benarnya, ketika kita berdiri di titik ketinggian di perbukitan yang melatarinya. Dari titik-titik tersebut arahkan pandanganmu ke pantai dari timur sampai ke barat atau sebaliknya. Lihatlah, Kota Kupang bagaikan lukisan kanvas para maestro. Terlalu indah…terlalu cantik…terlalu sexy…terlalu menggiurkan untuk investasi di bidang pariwisata. View yang tersaji di depan mata, konon bernilai ‘miliaran dolar’. Woouu!!!
Dari titik-titik ketinggian itu, lihatlah saat sunrise muncul di rembang pagi. Bola cahaya itu muncul dari dalam perut samudara. Bias cahayanya menyingkirkan kabut pagi dengan sinar kuning keemasan. Panorama yang tersaji sulit dilukiskan kata. Apalagi ketika bola cahaya itu terlepas dari cincin samudra. Oooh indahnya bias-bias keemasan yang membentuk bintang sembilan di langit biru. Lalu inci demi inci bola cahaya itu mendaki dinding langit di ufuk timur. Oooh indaaahnya.
Sorenya, Teluk Kupang berubah jadi merah jingga. Bentangan laut seolah permadani senja kaya warna. Itulah sunset melankolis yang sulit dipahami. Cahaya kuning emas semakin redup dalam bayang-bayang coklat di relung kasih. Di situ ada serenade cinta yang melukis hati dengan madu. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan Tuhan akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya.
Lalu malam pun tiba. Kupang berubah menjadi kota cahaya. Lampu-lampu jalan, lampu hotel, pertokoan, mall, rumah-rumah penduduk, serta lampu kendaraan biaskan cahaya gemerlap. Sementara di langit bintang-bintang bertaburan, purnama genit dikelilingi awan putih yang berkejaran.
BACA JUGA: Pemkot Kupang Launching Lampu Jalan dan Hias
Sementara di bibir pantai kelap-kelip lampu kapal di Dermaga Tenau, Bolok dan Namosain. Gregetnya semakin mengkilap dengan kelap-kelip lampu sampan yang sedang mencari ikan, serta ratusan bagan berbaris di sepanjang Teluk Kupang. Sebuah view terindah bernilai miliaran dolar? Semoga, salam dan doa, amiiin.