Kupang, Vox NTT- Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, menegaskan, disiplin merupakan kunci penting dalam melakukan lompatan untuk mengejar ketertinggalan yang melilit Provinsi NTT. Karena itu kata dia, visi Bangkit Menuju Sejahtera bukan sekadar slogan, tetapi sebuah komitmen dan niat untuk berlari kencang dalam semangat kebersamaan.
“Kalau kita ingin menurunkan angka kemiskinan dari angka 21-an persen ke angka 8 sampai dengan 12 persen, tidak ada jalan lain selain kerja disiplin. Bekerja cerdas dan out of the box. Kalau tidak, kita tidak bisa mencapai kesejahteraan,” kata Viktor saat bertindak sebagai Pembina Upacara pada Apel Perdana Tahun 2019 bersama ASN Lingkup Pemerintah Provinsi NTT di Halaman Kantor Gubernur NTT, Senin (7/1/2019) pagi kemarin.
Menurut Viktor, tanpa disiplin dan suatu usaha yang luar biasa, tidak akan dihasilkan perubahan apa pun. Dengan disiplin yang kuat kata dia, birokrasi dapat mengerahkan energi positif untuk bekerja lebih baik dalam memberikan pelayanan publik.
“Disiplin itu tidak berarti kerja dengan kaku. Dalam semangat Tahun Baru 2019, kita mesti bekerja dengan semangat yang baik, tidak boleh kaku dan stres. Bekerja secara profesional, bangun rasa cinta terhadap profesi yang sedang kita jalani. Rajin saja tidak cukup tapi juga harus produktif,” jelasnya.
Gubernur Viktor juga, mengutip pendapat pemikir Birokrasi dunia, Max Weber. Ia mengatakan, birokrasi adalah suatu desain legal dan rasional. Dalam arti sebagai suatu organisasi, birokrasi memiliki aturan yang jelas, tertulis serta mampu dipahami dengan baik. Profesionalitas merupakan kunci utama birokrasi yang handal dan mumpuni.
“Pekerjaan melakukan lompatan menuju sejahtera bukan hanya tanggung jawab gubernur, wakil gubernur, sekretaris daerah dan kepala dinas, melainkan pekerjaan kita semua yang terlibat dalam pemerintahan ini. Semua lini, sektor serta dinas harus mampu memahami mimpi besar pemerintahan ini, desain kerjanya bagaimana harus diketahui semua. Kerja dinas pertanian harus juga diketahui oleh aparatur satuan polisi pamong praja dan instansi lainnya. Kita ingin mendesain birokrasi dalam semangat yang sama dan meninggalkan ego sektoral,” ungkapnya.
Rompi Orange Kepada ASN
Terkait dengan penggunaan Rompi Orange kepada ASN yang indisipliner, Viktor mengatakan, hal tersebut harus dilihat dalam kaca mata positif sebagai upaya untuk membangkitkan kembali semangat kerja para pegawai negeri sipil. Rompi Orange itu lanjut dia, bukan untuk mencari kesalahan semata tetapi membangkitkan energi positif dalam diri ASN.
“Kita tidak sedang mempermalukan orang tetapi sedang menumbuhkan tanggung jawab dan rasa cinta terhadap pekerjaan yang sedang kita jalani. Ke depan, orang yang bekerja secara sungguh dan serius akan mendapatkan (ganjaran, red) yang lebih banyak. Saya ingin tahun 2019, kita siapkan langkah-langkah untuk berlari lebih kencang menuju NTT Sejahtera,” tegas Viktor.
Dalam apel perdana itu, 143 ASN 37 Perangkat Daerah yang dikenakan rompi Orange bertuliskan Saya Tidak Disiplin. Pengenaan rompi itu didasarkan pada evaluasi atas daftar kehadiran ASN sepanjang tiga bulan dari bulan Oktober sampai Desember 2018.
ASN yang dikategorikan indisipliner bila memenuhi salah satu dari kriteria berikut, yakni Alpa atau tanpa berita minimal dua kali, Alpa atau tanpa berita satu kali ditambah terlambat apel dan atau pulang awal satu kali serta terlambat dan atau pulang awal minimal empat kali.
Dalam kesempatan itu juga, dilakukan pelepasan, penyerahan SK Pensiun serta Penghargaan kepada 19 ASN yang memasuki masa purna bhakti per 1 Februari 2019. Terdiri dari Golongan IV sejumlah 12 orang dan golongan III sebanyak 7 orang.
Untuk diketahui, Tampak hadir pada kesempatan tersebut, Wakil Gubernur NTT, Sekretaris Daerah, Para Asisten, Pimpinan Perangkat Daerah dan ASN Lingkup Pemerintah Provinsi NTT.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni J