Borong, Vox NTT- Walau dengan gaji Rp 100.000 setiap bulan, Aurelia Intan Seda (24) tetap nekat untuk membangun PAUD Bangkit Maju, di Kampung Kakang, Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Mangggarai Timur (Matim), NTT.
Intan demikian ia disapa adalah putri asli kampung Kakang. Ia mengaku PAUD Bangkit Maju didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan yang ada di kampungnya.
Baca Juga: Warga Kakang Matim Pasang Dinding Darurat di PAUD Wae Tuan
“Alasan pertama kebetulan saya kuliahnya di jurusan PG-PAUD, alasan kedua di desa saya belum ada PAUD, masyarakat juga belum mengerti betul tentang PAUD, dan kami tidak mau dianaktirikan karena di desa tetangga kami semuanya sudah ada PAUD,” tuturnya saat diwawancarai VoxNtt.com, Selasa (15/1/2019).
Awal Mula
Kecintaan Intan untuk membangun PAUD dimulai sejak bulan Oktober 2018 silam. Kala itu, Intan dibantu oleh tiga orang guru yakni Agualdinus Friade Nang, Sofianti Rosari Lumintang dan Velomena Basry.
“Kami mulai kegiatan tanggal 24 Oktober 2018. Kami daftar anak-anak dari rumah ke rumah, pada tanggal 22-23 Oktober 2018 lalu,” imbuh wanita dua anak itu.
Bagi Intan membangun sesuatu yang baru di lingkungan masyarakat tidaklah muda.
Menurutnya, hal yang paling sulit waktu itu, menghadapi masyarakat dengan berbagai karakteristik berbeda. Apalagi di kampung yang belum memahami tentang PAUD.
“Tetapi puji Tuhan, walaupun banyak tantangan, kami tetap maju dan terus bangkit,” imbuh istri dari Agualdinus Friade Nang itu.
Terkait gaji yang diperoleh setiap bulan Intan mengaku didapat dari orangtua peserta PAUD.
“Itu uang hasil dari partisipasi dari orangtua murid sebesar Rp 20.000 setiap bulan/anak, karena dana desa kami belum dapat,” imbuhnya.
Kendati demikian, Intan dan para guru lainnya tidak mempersoalkan imbalan yang mereka peroleh.
Menurut wanita kelahiran 1995 itu, perjuangan untuk membangun dunia pendidikan tidak boleh putus asa.
“Kami mau supaya di dusun kami ada perubahan dan kami tidak mau perjuangan dan pengorbanan kami putus di tengah jalan dan supaya anak-anak di dusun kami tidak ketinggalan dengan pendidikan anak usia dini lainnya,” tukasya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba