Kupang, Vox NTT-Kabar duka kematian TKI terus menghantam NTT hingga di penghujung bulan Januari 2019.
Kali ini, pil duka itu dirasakan oleh keluarga Yosinta Boineno (38), TKI asal Desa Sono, Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Bagaimana tidak, ibu dua anak itu harus pulang bersama peti mati setelah 8 tahun merantau ke Malaysia. Jenazahnya tiba di Kupang melalui bandara Eltari pada Sabtu (26/01/2019) pukul 23.00 Wita.
Yosinta berangkat ke Malaysia bersama suaminya, Martinus Napa pada 2011 lalu. Keduanya direkrut oleh Yunus Fahik melalui PT. Citra Bina Tenaga Mandiri.
Menurut Martinus, dia bersama istrinya bekerja sebagai buruh kasar di Ladang Sawit. Setiap hari mereka masuk kebun pada pukul 07.00 waktu setempat dan meninggalkan kebun pada pukul 17.00.
Dijelaskan Martinus, kebun sawit, tempat mereka bekerja sangat jauh dari kota. Karena itu mereka harus tinggal di kebun dalam waktu yang cukup lama.
Sakit di Leher
Kepergian Yosinta, menjadi luka tersendiri bagi Martinus. Pasalnya dia menyaksikan langsung bagaimana sang istri menghembuskan nafas terakhir.
Menurut Martinus, kematian istrinya bermula pada, Jumat 18 Januari 2019 lalu, saat ia bersama istrinya pulang dari kebun. Saat sedang asyik beristrirahat tiba-tiba sekitar pukul 20.00 atau jam 08.00 waktu setempat, sang istri mengeluh sakit di leher.
Sayangnya, belum sempat dibawa ke Rumah Sakit, Yosinta menghembuskan nafas terakhir di depan suaminya tepat jam 10 malam waktu Malaysia.
Pasangan suami istri itu memilih merantau ke Malaysia semata-mata untuk mencari uang. Mereka meninggalkan kampung halaman karena lilitan ekonomi.
Martinus mengaku, keluarganya memang memperoleh sebidang tanah seluas satu hektare lebih. Namun mereka kewalahan mengerjakan kebun tersebut karena tak punya modal untuk bertani.
Selain masalah biaya, kebun tersebut juga tidak memberikan hasil yang signifikan dan tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian keluarga mereka.
Atas dasar itulah sepasang suami istri memilih bekerja di Malaysia.
Hasil dari merantau memang membuahkan hasil. Mereka telah membangun dua unit rumah permanen dan membeli 8 (delapan) ekor sapi di kampung halamannya.
Modal membangun rumah dan membeli sapi tersebut murni berasal dari gaji mereka selama bekerja di Malaysia.
Kepada VoxNtt.com dia menjelaskan, keduanya mendapatkan gaji masing-masing seribu lebih sampai tiga ribu ringit setiap bulan.
Sementara itu, Yusmina Boineno, tanta kandung Yosinta mengaku merasa kehilangan dengan peristiwa yang menimpa keponakannya itu.
Menurutnya, pagi hari saat Yosinta meninggal, masih sempat menelepon keluarga di Kampung. Kata Yusmina, keponakannya itu tak pernah mengeluh sakit.
“Paginya masih telepon dengan keluarga di kampung pak.”
Selama di Malasysia, Yosinta bersama suaminya baru pulang dua kali ke kampung. Terakhir, keduanya pulang pada Juli 2018 lalu.
Tentang PT. Citra Bina Tenaga Mandiri
PT. Citra Bina Tenaga Mandiri menurut situs bnp2tki.go.id merupakan salah satu perusahaan perekrut Tenaga Kerja yang berdomisili di Jl. Manafe No. 17 Kel. Kayu Putih Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, NTT.
Direktur utamanya saat ini diduduki oleh Elvis Liyanto, dengan nomor/tanggal SIPP TKI : 203 tahun 2012/30 Mei 2012.
Saat ini, PT. Citra Bina Tenaga Mandiri diperbolehkan mengirim TKI berdasarkan keputusan Pemprop NTT yang tertuang dalam surat Nakertrans NTT bernomor: TKT.560/02/PP.02/2019.
Isinya, kembali mengizinkan pengiriman TKI melalui dua perusahaan yang telah mendapat akreditasi dari Nakertrans Propinsi NTT. Kedua perusahaan dimaksud yakni PT. Gasindo Buala Sari dan PT. Citra Bina Tenaga Mandiri.
Hal ini juga didukung oleh Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 357/KEP.HK/2018 tertanggal 14 November 2018 tentang penghentian pemberangkatan Calon Pekerja Migran Indonesia.
Keputusan tersebut memperbolehkan perusahaan perekrut dan pengirim TKI ini untuk mengirim calon TKI yang memiliki kompetensi.
Penulis: Boni J