Bajawa, Vox NTT-Wakil Kapolres Ngada, Kompol I Nyoman Surya Wiryawan menyebutkan ada tiga lokasi yang terpetakan rawan pelanggaran Pemilu di kabupaten itu.
Ketiganya yakni Kecamatan Bajawa, Golewa Selatan dan Aimere.
Menurut Nyoman, wilayah ini menjadi perhatian khusus. Namun demikian, ia memastikan pengamanan di seluruh wilayah Ngada dan Nagekeo bakal merata.
“Polres Ngada itu, wilayah tugasnya di Ngada dan Nagekeo. Sejak tahapan Pemilu berlangsung hingga saat ini, kami rutin lakukan pengamanan, patroli dan pemantauan untuk menjamin keamanan proses Pilpres dan Pileg hingga hari H, terutama di beberapa wilayah rawan konflik,” ujar Nyoman saat dialog interaktif bertema Meredusir Isu Radikalisme, Intoleran, SARA dan Hoaks Menjelang Pilnas 2019 yang digelar di Radio Siaran Pemberitaan Daerah (RSPD) Kabupaten Ngada, Rabu (27/2/2019).
Menurutnya, ada dua faktor yang menjadi pemicu konflik Pemilu. Keduanya yakni konflik dari luar seperti penyebaran isu SARA, berita hoaks, ujaran kebencian dan money politics yang rentan pada masa kampanye.
Untuk itu, Polres Ngada bekerja optimal menempatkan personel di setiap lokasi menjelang pencoblosan.
Nyoman menambahkan, Polres Ngada telah membentuk Satgas Nusantara dan Satgas Patroli Cyber. Satgas ini untuk mendeteksi tren penyalahgunaan media sosial seperti facebook, twitter, dan lainnya. Itu terutama terkait penyebaran berita hoaks, hate speech, dan tagar rasis.
Ia mengaku, beberapa akun facebook baik personal maupun group di Ngada terus dipantau oleh Tim Cyber Polres Ngada. Hal ini untuk meminimalisasi dan mencegah aksi di Medsos yang meresahkan.
“Jadi, pakai media sosial itu untuk beri informasi yang baik, untuk silaturahmi. Jangan sampai facebook itu dipakai buat posting berita hoaks, berita palsu, apalagi mengandung isu SARA dan intoleran. Sekarang yang menyebarkan berita hoaks itu, bisa dipantau oleh Tim Patroli Cyber dan ada tindakan hukum bagi yang melanggarnya, hati-hati saja,” tegas Nyoman.
Sedang Benah Data Pemilih
Divisi Perencanaan dan Data Komisioner KPU Kabupaten Ngada, Saiful Amri mengaku saat ini pihaknya tengah membenahi data pemilih.
Kata dia, KPU Kabupaten Ngada menggelar Rakor pemutakhiran daftar pemilih tambahan dan Daftar Pemilih Khusus bersama PPS se- Kabuapten Ngada.
Sinergi ini dibangun agar dari penyelenggara bawah terdapat satu pemahaman tentang teknis pendataan, pencoblosan hingga penghitungan suara.
Menurut Saiful krusialnya pemilu dengan istilah “Pemilu 5 kotak”. Ini adalah banyaknya surat suara yang harus dicoblos oleh pemilih. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi persoalan apabila penyelenggara tidak dibekali secara baik.
Sulit Temukan Pemilih Rasional
Ketua PMKRI Cabang Ngada, Senobius Mbasu yang juga hadir dalam dialog interaktif tersebut menyatakan, agak sulit menemukan pemilih rasional di Ngada.
Itu terutama pemilih milenial yang kurang mendapat pembekalan tentang demokrasi dan politik.
Setiap pemilu, kata Senobius, cendrung didominasi oleh pemilih tradisional. Mereka memilih berdasarkan suku dan ras.
Selain itu, ada pemilih emosional karena faktor kedekatan keluarga, teman dan relasi emosional.
Menurut dia, hal ini berpengaruh pada kualitas pemimpin yang dihasilkan. Selanjutnya, di kemudian hari bakal berdampak besar pada jalannya roda pembangunan.
Sementara itu, Sekjen PMKRI Ngada Adiputra Moses mengharapkan generasi muda dan pemilih milenial agar belajar berpolitik dan berdemokrasi yang baik melalui literasi digital di media sosial.
Sehingga 40 persen pemilih milenial ini dapat berkontribusi positif untuk menghasilkan Pemilu berkualitas.
“Ya, kita mulai saja dari menyaring berita dan isu di Medsos, jangan mudah percaya berita yang belum terbukti dan sering diskusilah dengan teman, biar wawasan demokrasi kita makin baik. Posting hal-hal positif di Medsos,” pintanya.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Ardy Abba