Kupang, Vox NTT- Ratusan Pelajar dan Mahasiswa asal Lembata yang tergabung dalam Front Mahasiswa Lembata Makassar Merakyat (Front Mata Merah) menggelar Pentas Seni di Wakop Ogi’e Sirua Kota Makassar, Senin (25/2/2019).
Kegiatan yang mengusung tema “Menolak Pembangunan Awalolong” itu melibatkan tiga organisasi asal Lembata di Makassar.
Ketiga organisasi daerah asal Lembata itu yakni, Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam Kadang (HIPMIK), Himpunan Mahasiswa Asal Ile Ape (HIPMIA), Himpunan Pelajar Mahasiswa Lembata (HIPMALTA).
Koordinator Front Mata Mera Makassar, Manaf Abdul Hakim mengatakan, aksi penolakan itu setelah hasil kajian dan diskusi panjang.
Atas hasil diskusi, kata dia, akhirnya Front Mata Mera mengambil keputusan menolak pembangunan titian, kolam renang apung dan pusat kuliner, serta fasilitas lainnya di Pulau Siput/Awalolong.
Ia juga menyarankan kepada Pemda Lembata dan DPRD agar mengalihkan anggaran pembangunan di Awalolong untuk membangun Infrastruktur dasar.
Menurutnya, pembangunan proyek pariwisata di Pulau Siput/Awalolong dengan menggunakan anggaran 7,6 miliar adalah mubazir. Apalagi di tengah kondisi infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, air dan listrik masih banyak yang belum terjamah oleh pemerintah.
“Kami menilai pemerintah daerah (Pemda) Lembata salah memanfaatkan anggaran Negara karena di tengah kebutuhan masyarakat Lembata akan infrastruktur, Pemda melalui Bapak Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur malah membangun proyek pariwisata Awalolong yang tidak melalui proses administrasi yang benar dan abaikan kebutuhan infrastruktur rakyat Lembata, ” kata Abdul dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Selasa (26/2/2019) malam
Ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Islam Kedang, Abdul Basit dalam pesan solidaritasnya sebelum pentas seni itu mengatakan, pembangunan di Awalolong sarat akan dugaan penyalahgunaan anggaran Negara. Sebab anggaran telah digunakan hingga 80 persen, namun realisasinya belum terlihat.
“Anggaran sudah cair 80 persen sementara fisiknya belum kelihatan, bisa jadi penyalahgunaan anggaran,” ujarnya.
Ketua HIPMIA Lembata, Yeremias Payong Rona melalui pesan solidaritasnya atas perjuangan Front Mata Mera dalam menolak pembangunan di Awalolong juga mengungkapkan kecewaannya terhadap Pemda Lembata. Sebab melakukan pembangunan tanpa Amdal, tanpa konsultasi publik dan mengenyampingkan dimensi kultural masyarakat Lembata.
“Pembangunan di Awalolong itu tidak ada Amdal, tidak ada konsultasi publik, serta telah dengan sengaja membunuh sejarah dan budaya masyarakat Lembata yang sukunya berasal dari Awalolong,” tegasnya.
Sementara itu, penggagas berdirinya Himpunan Pelajar Mahasiswa Lembata Helmi Aji Saputra dalam pesan solidaritasnya mengatakan, pembangunan pariwisata di Awalolong secara sosial dapat menimbulkan potensi konflik horizontal di antara masyarakat Lembata.
“Pembangunan Awalolong dapat berpotensi menciptakan huru-hara di tengah-tengah masyarakat karena adanya pro-kontra”, tegasnya.
Setelah pesan solidaritas, pentas seni pun dimulai dengan pembacaan puisi kritik terhadap pembangunan di Awalolong dari beberapa perwakilan Organisasi Daerah asal Lembata secara bergantian.
Pentas seni pun ditutup oleh penampilan live musik dari beberapa personel Lembata Hip-Hop Community (HLC) yang bernuansa kritik atas pembangunan di Awalolong.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba