Soe, Vox NTT-Berbagai modus dan trik kecurangan meraup suara pada pemilihan umum 2019, khususnya pemilihan legislatif (Pileg) mulai dilakukan beberapa oknum caleg.
Salah satu bentuk kecurangan menurut Ketua Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Timor Tengah Selatan (Bawaslu TTS), Melky Fay adalah money politic atau politik uang.
Melky Fay mengatakan hal ini saat kegiatan Sosialisasi Peraturan Bawaslu Terkait Tahapan Pileg dan Pilpres 2019 di Hotel Timor Megah, Jumat (08/03/2019).
Terkait politik uang yang mulai marak, kata Melky, pihak Bawaslu sementara melalukan identifikasi.
“Paling parah adalah saat masa tenang dan H-1 Pemilu nanti. Masyarakat bisa berjejal duduk di pinggiran jalan hingga pagi hari, menunggu ‘serangan fajar’,” ungkap Melky Fay.
Bawaslu TTS, tandas Melky, akan menindak setiap aktivitas politik yang memakai cara-cara tidak halal, yang mengotori dan menodai demokrasi.
“Ini bukan saja menjadi tugas Bawaslu untuk mencegah dan mengawasi pelaksanaan Pemilu 2019. Namun juga menjadi tugas partai politik, tokoh masyarakat serta masyarakat agar turut berpartisipasi,” harapnya.
Melky menyebut, akibat dari kurangnya pendidikan politik yang baik maka masyarakat pun ikut terpola dengan gaya politik uang.
“Kami pernah diinformasikan kalau ada masyarakat yang membuat baliho dengan menulis, “Ada Uang, Ada Suara”. Inilah bukti masih gagalnya pendidilan politik terhadap masyarakat,” ujarnya.
Diakhir paparannya Ketua Bawaslu menyebut beberapa kerawanan kecurangan Pemilu terjadi jika: penyelenggara tidak berintegritas, money politic, kurangnya pendidikan politik, hoax dan politisasi SARA, DPT yang amburadul, serta intimidasi.
Hadir membawakan materi anggota Bawaslu lainnya, Desi Nomleni dan Andhy Funu. Sosialisasi dihadiri juga Kepala Kesbangpol TTS, Okto Nabuasa, utusan Partai politik, ormas, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan insan pers.
Penulis: L. Ulan
Editor: Boni J