Ruteng, Vox NTT Kegiatan dari forum Gerakan Masyarakat Peduli Sampah (GMPS) Ruteng, Kabupaten Manggarai kini berangsur ke pola edukasi.
Beberapa kali sebelumnya GMPS menginisiasi gerakan kebersihan massal di beberapa titik di Ruteng.
Gerakan ini dilakukan pasca ibu kota Kabupaten Manggarai itu dinobatkan sebagai salah satu kota kecil terkotor di Indonesia versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) periode 2017/2018.
Bagi GMPS, gerakan pembersihan tak cukup kuat menjadikan Ruteng kota molas (cantik), tanpa diikuti dengan gerakan edukasi kepada masyarakat sebagai produsen sampah.
Karena itu, GMPS menggelar talk show (gelar bicara) radio. Kegiatan ini langsung dari Pasar Inpres Ruteng dan disiarkan oleh Radio Manggarai 88,0 FM.
Talk show yang dipandu langsung oleh Paul Kurniawan dari Studio II Pasar Ruteng dan Ino Jemadu dari Studio I itu menghadirkan Bupati Manggarai Deno Kamelus dan Wakil Bupati Manggarai Victor Madur.
Dalam gerakan edukasi berupa talk show radio tersebut, GMPS juga bekerja sama dengan dealer Sinar Motor Ruteng dan Bank NTT.
Ketua panitia pelaksana kegiatan dari GMPS, Laurens Guntur menjelaskan, talk show radio langsung dari Pasar Inpres Ruteng merupakan bagian dari pola edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan.
Menurut Laurens, gerakan pembersihan massal tak cukup kuat untuk menjadi Ruteng sebagai kota bersih, tanpa diikuti dengan pola edukasi kepada masyarakat sebagai produsen sampah.
“Kita bergantian sudah, setelah beberapa kali sebelumnya kita bersih-bersih pasar, saat ini kita coba gelar talk show radio langsung dari Pasar Ruteng untuk menyadarkan pengguna pasar dan masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan mengelola sampah. Artinya ada nilai edukasi yang kita mau berikan kepada masyarakat,” jelasnya saat ditemui di sela-sela kegiatan talk show di Pasar Ruteng, Jumat pagi.
Laurens juga menegaskan, GMPS menghadirkan bupati dan wakil bupati di tengah Pasar Ruteng hanya untuk mendengar langsung keluhan masyarakat pengguna pasar yang terletak di pusat Kota Ruteng itu.
Bupati dan wakil bupati, kata Laurens, juga mengajak secara langsung masyarakat di Pasar Ruteng agar setiap hari menjaga kebersihan di masing-masing lapak dagang.
Koordinator Pedagang Hortikultura, Nikolaus Jebaru mengaku, di Pasar Inpres Ruteng sudah ada perubahan setelah beberapa kali GMPS melakukan gerakan pembersihan massal.
“Sejak kita ada kegiatan (pembersihan massal) itu ada peningkatan kebersihan. Mungkin 70-80 persen, kebersihan terlihat secara nyata di Pasar Inpres Ruteng,” ujar Nikolaus dalam kesempatan dialog.
Namun demikian, ia tetap meminta Pemkab Manggarai agar menyiapkan tempat sampah di setiap stan pedagang.
Tempat sampah tersebut, kata Nikolaus, harus berlabelkan pemerintah. Ini juga sekaligus untuk mengingatkan pengguna pasar agar selalu membuang sampah pada tempatnya.
Bupati Manggarai, Deno Kamelus dalam kesempatan tersebut menjelaskan, selama ini pihaknya turun langsung memungut sampah di Pasar Ruteng dan beberapa tempat lainnya di kota itu hanya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Begitu juga kegiatan talk show radio yang digelar GMPS tersebut. Menurut Bupati Deno, talk show radio merupakan bagian dari edukasi kepada masyarakat untuk bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan masing-masing.
Ruteng Kota Kotor, Pemicu dan Pemacu
Untuk diketahui, KLHK RI sudah menobatkan Ruteng sebagai salah satu kota kecil terkotor di Indonesia periode 2017/2018.
Menurut Bupati Deno, penilaian program Adipura itu sebagai pemicu dan pemacu untuk menumbuhkan kesadaran bersama.
“Kesadaran pertama yang dibangun bahwa kalau Kota Ruteng kotor, itu berarti bahwa semua orang di Kota Ruteng ini, itu kemudian punya kontribusi membuat Kota Ruteng kotor,” katanya.
Dia menambahkan, ada beberapa indikator di balik penilaian Adipura KLHK RI ini.
Itu antara lain; tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah di Ruteng ini masih terbuka (open dumping). Demikian pula di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di KM 11 Poco, masih dalam keadaan terbuka.
“Nah, kota yang buang sampah dengan cara-cara begitu (open dumping) pasti kotor, menurut penilaian Kementerian Lingkungan Hidup,” jelas Bupati Deno.
Ke depan Pemkab Manggarai berencana TPA sampah akan dikelola dengan metode sanitary landfill. Sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.
Kata Deno, indikator lain penilaain KLHK adalah partisipasi masyarakat. Ruteng dinobatkan sebagai kota kotor salah satunya karena kurangnya partisipasi masyarakat.
“Apa bentuk partisipasi masyarakat? Yang konkretnya setiap tempat usaha, setiap tempat kerja, itu masing-masing harus punya tempat sampah. Buktinya apa di Kota Ruteng, tidak ada. Tempat sampah itu tidak harus dalam bentuk baku, misalnya dalam bentuk tabung plastik,” ujar Bupati Deno.
Indikator lain yakni terkait dengan fasilitas pengelolaan sampah. Itu antara lain, truck pengangkut sampah, tempat pembuangan sampah (TPS), dan lain-lain.
Ia menegaskan, ke depan Pemkab Manggarai akan menata dan membenah semua kendala-kendal tersebut.
Penulis: Ardy Abba