Kupang, Vox NTT-Glorya Fransiska Petrus Ly, siswi SMAN 4 Kupang, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, menceritakan pengalamannya saat menjadi utusan Provinsi NTT dalam lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) yang diselengarakan oleh Kementerian Pertahanan RI tahun 2018 lalu.
PCTA merupakan ajang ekspresi para generasi muda di Indonesia. Dalam ajang ini generasi muda menunjukkan kreasi, inovasi dan rasa cintanya pada Tanah Air dengan kearifan lokal daerah masing-masing.
Ia menceritakan kisahnya saat memberikan testimony dalam giat sosialisasi Parade Cinta Tanah Air tahun 2019 di Hotel Maya-Kupang, Sabtu (23/03/2019).
Giat sosialisasi tersebut dihadiri oleh perwakilan 3 sekolah setiap Kabupaten dan Kota se-daratan Timor.
Dalam testimoninya, Glorya mengaku pada mulanya mengaku bingung untuk mempersiapkan diri menjadi peserta PCTA mewakili Provinsi NTT. Sebab, selain ajang nasional, ia juga mesti memberikan yang terbaik untuk NTT.
Tahun 2018 lalu, lanjut dia, bersama rekannya Brad Tico Teku Hantaez Nainiti hendak memamerkan poses tenun NTT pada ajang nasional.
Namun, karena ada perubahan teknis, dimana peserta dituntut memamerkan hasil karya tangan dalam bentuk Usaha Kecil Menengah (UKM), maka keduanya memamerkan ekskavator hidrolik.
“Kami sebenarnya mau bawa proses menenun, tapi karena ada perubahan makanya kami pamerkan ekskavator hidrolik. Itu dikaitkan dengan karya ilmi fisika,” ungkap Glorya.
Meski tidak mendapatkan juara dalam perlombaan PCTA 2018, namun Glorya dan rekannya masuk dalam kategori 10 besar.
Menurutnya, pengalaman itu bisa dibagikan kepada semua peserta yang nantinya akan mengikuti perlombaan PCTA pada pertengahan tahun 2019 mendatang.
“Pengalaman yang luar biasa. Hal teknis mengenai perlombaan, kriteria penilaian ini yang bisa jadi pembelajaran ke depan,” imbuh Glorya.
Dalam perlombaan PCTA 2018 lalu, Perguruan Tinggi yang dikirim mewakili NTT ialah Universitas Nusa Cendana Kupang. Mahasiswa yang ikut dari Undana ialah Brekmans Charles Mary dan Maria Febriana Dwi Flora Lute Baso.
Pada ajang PCTA tahun 2018 itu, mereka memamerkan sisa kain tenun bekas sebagai aksesosris anting, gelang, dan kalung.
“Kami tawarkan produk itu,” kata Maria Febriana Dwi Flora Lute Baso yang adalah mahasiswi Undan Jurusan Sosiologi itu.
Plt. Kepala Kantor Kementerian Pertahanan wilayah NTT, Kolonel Tonce Samadara mengatakan, sosialisasi ini digelar dalam rangka menjelaskan kepada peserta tentang skor, kategori naskah dan kategori produk, serta mekanisme perlombaan PCTA tahun 2019.
“Membina almumni PCTA sebagai salah satu komponen khususnya NTT, termasuk kegiatan sosial itu, termasuk lomba. Tujuannya menggali potensi di lembaga pendidikan masing-masing. Walaupun tidak jadi juara, minimal jadi juara bagi diri sendiri. Khusus kali ini, kerja sama dengan pemerintah terkait usaha mikro menengah, mereka akan buat karya ilmiah dan akan dinilai oleh dewan juri,” jelas Kolonel Tonce.
Ia berharap, potensi daerah bisa diangkat oleh anak-anak muda. Anak-anak muda, kata dia, bisa memberdayakan kearifan lokal demi menyejahterahkan daerah.
“Target untuk tahun 2019 ini, meskipun tidak juara ya minimal favorit. Mereka yang terpilih akan masuk dalam pelatihan dan dibimbing,” lanjutnya Kolonel Tonce.
Kepala Bidang Pembinaan dan Ketenagakerjaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Adelino Da Crus Soares kepada VoxNtt.com di Aula Hotel Maya mengatakan, peserta PCTA harus menunjukkan potensi, kompetensi dan inovasi.
Inovasi yang mudah diadopsi oleh semua kalangan. Terlebih oleh kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah.
“Yang penting di dunia pendidikan itu adalah kejujuran. Hindari plagiatisme. Memunculkan jiwa cinta tanah air. Bukan soal menjadi juara, ini soal melahirkan kreativitas,” kata Adelino.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba