Kupang, Vox NTT-Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Josef A. Nae Soi, mengajak masyarakat NTT untuk menghindari segala bentuk kekerasan atas nama apapun, apalagi atas nama agama.
“Saya mengajak kita semua, sama-sama sepaham untuk mengamini bahwa keesan Tuhan adalah wajib hukumnya. Apalagi di bumi Flobamora tercinta ini, sebagai insan ciptaannya saya ajak kita semua untuk melawan segala bentuk kekerasan atas nama apapun, apalagi kekerasan atas nama agama,” kat Josef saat membuka kegiatan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) ke-25 Tingkat Provinsi NTT di halaman Mesjid Raya Nurussa’adah Fontein, Kota Kupang, Jumat (26/4/2019).
Menurut Josef, dalam keragaman, masyarakat NTT harus bisa menyadari dirinya sebagai bagian yang utuh, tak terpisahkan satu dengan yang lainnya.
“Itu Kita mesti tetap mengedepankan kelestarian alam sebagai isi kandung Al Qur’an. Kalau Tuhan mau kita semua Islam, Dia cukup mengatakan Kun Fayakun, Islamlah kalian. Begitu juga kalau Tuhan ingin semua Kristen, tinggal bilang Kun Fayakun, jadilahsemua Kristen. Juga kalau dia mau semua keriting dan hitam, pasti jadi. Tapi Tuhan mengatakan, kamu berbeda-beda tetapi satu adanya,” terang Josef.
“Saya kira tidak berlebihan bahwa Bapa Bangsa kita, Nabi Ibrahim atau Abraham memiliki dua putera. Seorang bernama Ismail dan seorang Isyak. Dari keturunan Ismail lahirlah saudara saya Jamal, Nasir, Ansor dan Makarim. Dari Isyak, lahirlah Josef atau Jusuf, lahirlah Viktor, Maria Magdalena, Yunus dan lain sebagainya. Jadi kita tidak boleh mempertentangkan agama, suku dan ras karena kita lahir dari satu Bapa yakni Nabi Ibrahim atau Abraham. Mari kita tunjukan, bahwa dari NTT, kita merajut kebhinekaan,” jelasnya.
Ia menjelaskan acara STQ harus dimanfaatkan sebagai moment untuk merajut persaudaraan, kebersamaan dan silahturami. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pendalaman terhadap ayat-ayat suci Al Qur’an agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat yang heterogen. Juga tidak boleh hanya sebagai rutinitas semata. Bukan sekadar konteks tahunan untuk sekdar uji kemampuan baca Al Quran, cari pemenang lalu rayakan dengan gembira.
“Saya ingat buku tokoh Muslim yakni Idham Chalid yang bedakan dua toleransi. Yaitu toleransi dogmatis, meyakini kebenaran agama yang kita anut, tidak boleh diganggu gugat oleh siapaun. Tetapi begitu berhadapan dengan saudara kita yang beragama lain lahir toleransi civilius yang merupakan penterjemahan istilah di muslim, Lakhum Lakum Dinukum Waliyadiin, agamamu untukmu, agamaku untukku. Dalam Kristen dikenal prinsip cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hati dan cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri,” pungkas Josef.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatif Qur’an (LPTQ) Provinsi NTT, Jamaludin Ahmad mengatakan pelaksanaan STQ ke-25, dilaksanakan dalam suasana beberapa peristiwa penting yakni Isra Miraj 1440 Hijriah, perayaan Paskah umat Kristiani serta perhelatan akbar Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif. Peristiwa keagaamaan dan kebangsaan ini kata dia, diharapkan dapat memberikan inspirasi untuk memperkuat pijakan moral bangsa dalam merajut persaudaraan dan toleransi serta memperkokoh pemahaman terhadap keragaman sebagai suatu keniscayaan.
“Selamat merayakan pesta Isra Miraj bagi umat muslim. Selamat merayakan pesta paskah bagi seluruh umat Kristiani di seluruh NTT. Juga kita berharap pesta demokrasi dapat melahirkan pemimpin yang jujur dan adil yang bisa bawa masyarakat menuju sejahtera,” jelas Ketua PWNU NTT itu.
STQ, lanjut Jamal, selain sebagai ajang seleksi qoriah dan qori terbaik, tetapi terutama sebagai wahana untuk merajut tiga persaudaraan yakni merajut Ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan sesama anak bangsa) dan Ukhuwa Basyariyah (persaudaraaan sesama manusia sebagai ciptaan Allah).
Hal ini kata dia sangat kontekstual ketika kita mengalami krisis antara lain krisis persaudaraan karena perbedaan pandangan dan pilihan. Krisis nasionalisme karena kurang rasa memiliki terhadap NKRI yang berideologi Pancasila. Krisis kemanusiaan karena anggap kita lebih tahu dan benar dari orang lain, semua yang di luar adalah salah.
“Krisis-krisis ini juga sangat merugikan kaum muda yang lebih dikenal kaum milenial. Perlu upaya untuk pahami nilai-nilai Al”quran karena padanya terdapat ajaran luhur yang hargai toleransi, perbedaan dan moderasi antara sesama manusia. Juga sebagai filter untuk menangkal berita-berita hoaks, yang tidak jelas serta tolak klaim kemutlakan Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya.
STQ Tingkat Provinsi NTT Tahun 2019 mengambil tema STQ Ke-25 Merajut Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwa Basyariyah Untuk Mendorong Spirit NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera dalam Bingkai NKRI.
Jenis perlombaan ada dua yakni, pertama, Tilawah yang mencakup golongan dewasa putra (Qori) dan putri (Qoriah) serta anak-anak putra dan putri.
Kedua, Hifzhil Qur’an untuk putra (hafiz) dan putri (hafizah) yang mencakup satu juz dengan tilawah untuk, lima juz dengan tilawah dan sepuluh juz dengan Tilawah.
Total peserta adalah 102 orang dari 22 Kabupaten/Kota se-NTT. Rinciannya Tilawah Dewasa terdiri dari Qori sebanyak 18 orang, Qoriah 16 orang. Tilawah Anak-anak, Qori sebanyak 15 orang serta Qoriah 15 orang. Hifzhil Quran satu juz, hafiz sebanyak 11 orang, 14 orang hafizah. Untuk lima juz, hafiz sejumlah 6 orang dan hafizah 4 orang. Terakhir untuk sepuluh juz, hafiz 2 orang dan hafizah 1 orang.
Kegiatan STQ berlangsung dari tanggal 26 sampai dengan 30 April. Para Qori dan Qoriah serta hafiz dan hafizah terbaik akan dikirimkan untuk mengikuti MTQ Tingkat Nasional, yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2019 di Pontianak Kalimantan Barat.
Dalam kesempatan tersebut, Wagub NTT memukul bedug dan menekan sirene untuk membuka secara resmi lomba STQ Tingkat Provinsi NTT Tahun 2019.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni J