Borong, Vox NTT-Puluhan umat katolik dari Kelompok Umat Basis (KUB) St. Stefanus Martir, Paroki St. Yosef Kisol, merayakan penutupan bulan Maria di Pantai Cepi Watu Borong, Sabtu (01/06/2019).
Kegiatan itu bersamaan dengan peristiwa hari lahirnya Pancasila yang digelar setiap tanggal 1 Juni.
Terpantau, kegiatan itu tidak hanya dihadiri kalangan orang tua, tetapi juga para lansia dan anak-anak.
Acara itu diawali dengan doa syukur kepada Bunda Maria, dilanjutkan dengan pose bersama.
Kepada VoxNtt.com, Stefanus Selasa (37) salah satu anggota KUB St. Stefanus Martir mengatakan, kegiatan itu merupakan kesepakatan bersama.
“Kami sebelumnya melakukan rapat, memang ada yang menolak tetapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya mereka setuju,” ujarnya.
Pertimbangan itu, kata dia, terutama berkaitan dengan momen kelahiran Pancasila.
“Itu yang menjadi poin kesepakatan kita. Apalagi saat ini semangat untuk menjiwai pancasalia sangat kurang. Oleh karena itu kami gabungkan kegiatan ini,” ucapnya.
Bangun Kekuatan Spritual dan Nasionalisme secara Bersama
Menurut Stefanus, sebuah kelompok umat basis perlu dibangunnya semangat spiritual yang dilandaskan dengan rasa kebersamaan.
“Tentu kalau kita bersatu dalam iman dan kebersamaan maka kita kuat, kita kuat dalam iman dan kebersamaan maka kita bersatu,” ujarnya.
Menurutnya, kekuataan kebersamaan akan berdampak pada motivasi setiap individu atau umat untuk membangun solidaritas iman dengan sesama.
“Ini tujuan kita ke depan apalagi ini baru dilakukan pertama kali, semangat ini yang perlu kita tumbuhkembangkan ke depan,” tukasya.
Kendati demikian, lanjut Stefanus, tidak hanya membangun spritual tetapi juga semangat mencintai kebangsaan.
Apalagi, kata dia, kelahiran Pancasila adalah momen bersejarah sekaligus dasar yang Negera yang perlu dipegang oleh setiap warga termasuk umat gereja.
“Kita adalah bagian dari negara oleh karena itu umat gereja perlu dibangunnya kesadaran untuk mencintai Negaranya,” imbuhnya.
Dijelaskannya, momen 1 Juni perlu direfleksikan sebagai bagian dari pegangang hidup yang perlu dijiwai oleh seluruh warga Negara. Apalagi lanjut dia, bangsa Indonesia baru saja melewati pesta rakyat yang banyak menyisahkan pilu dan duka.
“Ini tugas kita ke depan sehingga kegiatan seperti perlu dilakukan secara terus menerus,” pintanya.
Belum Tertata
Kegiatan itu bagi Stefanus dan beberapa umat yang hadir tidak hanya momen rekreasi bersama. Mereka justru memberikan kesan penting bagi pemangku kebijakan di Kabupaten Matim.
Kesan itu terutama berkaitan dengan pengeloaan Pantai Cepi Watu sebagai destinasi wisata di Matim.
“Memang kita lihat di sini belum baik dan terkesan romol bayak tempat yang rusak dan sampah dibuang sembarangan,” ujarnya.
Dia menilai tempat wisata itu belum tertata secara baik oleh Pemda. Lanjut dia, apabila hal itu tidak diperhatikan maka akan berdampak pada jumlah kunjungan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
“Kan kalu begini bentuknya pasti akan meninggalkan kesan yang kurang baik dari para pengunjung, sehingga mereka tidak mau datang ke sini (Cepi Watu), saya berharap pemda bisa memperhatikan ini dengan baik,” tukasnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba