Kupang, Vox NTT – 75 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam ditutup.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT, Benyamin Lola kepada wartawan di Kantor DPRD NTT, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, penutupan itu karena tidak sesuai dengan standar pendidikan.
“Berdasarkan hasil evaluasi, ada 75 SMA/SMK yang tak memenuhi standar pendidikan,” kata Kadis Benyamin.
Ia mengatakan, standar pendidikan yang tak terpenuhi, salah satunya yakni jumlah siswa yang tidak mencapai 60 orang, dengan asumsi per kelas sebanyak 20 orang siswa.
“Ada sekolah yang di bawah angka ini, sehingga mereka harus di merger,” ujarnya.
Dalam mendirikan sekolah, kata dia, harus dipenuhi delapan standar pendidikan, seperti jumlah siswa, ketersediaan tenaga pengajar, dan sarana prasarana.
“Ada dalam izin operasional, harus ada kewajiban yang dipenuhi yakni 8 standar pendidikan,” tandasnya.
Jika delapan standar pendidikan ini lanjut dia, tidak dipenuhi dan memberikan kontribusi negatif bagi pendidikan NTT, maka sekolah tersebut harus di merger dengan sekolah terdekat.
“Siswa di sekolah itu diberikan ke sekolah terdekat. Siswa-siswanya dikasih pada sekolah terdeka untuk dilanjutkan belajarnya,” katanya.
Benyamin menambahkan, selama ini pemerintah telah memberikan perhatian kepada seluruh sekolah di NTT, baik negeri maupun swasta. Bahkan, pemerintah telah menyiapkan intensif bagi guru-guru sekolah swasta yang akan dibayar pada Juli 2019.
“Masih dalam proses verifikasi faktual, karena masih ada perbedaan data jumlah guru. Tahun ini, guru-guru swasta, ada insentif yang kita sediakan,” ujarnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba