Borong, Vox NTT-Warga Desa Rana Masak, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), terpaksa harus nebeng di desa tetangga demi mendapatkan air bersih.
“Kami selama ini ambil airnya di desa Golo Ndele, Kecamatan Kota Komba, mereka kan punya air PAM,” ujar Patrisius (24), warga Kampung Papang Desa Rana Masak saat ditemui VoxNtt.com, Rabu (05/06/2019).
Kendati demikian kata dia, keberadaan Air PAM di desa tetangga itu hanya mampu dimanfaatkan oleh beberapa warga saja yang lokasinya berdekatan.
“Kami bersyukur karena dekat dengan rumah sekitar 100 meter dari sini kalau dari kampung tetangga mungkin 1 kilometer (km) jauhnya,” ucapnya.
Diakui Patrisius, masalah kekurangan air di desa itu bukan hal baru dialami warga. Pasalnya, sudah bertahun-tahun bahkan sudah lebih dari seabad lamanya mereka mengalami krisis air.
“Kalau kami di Kampung Papang dari dulu hingga sekarang warga hanya manfaatkan mata air Wae Tala sekitar 2 Kilometer jauhnya, sedangkan warga Kampung Lewe dan sekitarnya mereka manfaatkan mata air Wae Tempok,” ucapnya.
Diakuinya, saat musim kemarau warga desa terpaksa harus mengantre untuk mendapatkan air. Hal itu dikarenakan debit air yang ada di kedua mata air itu sangat kecil.
“Kami kadang antre sampai 50 jerigen itu kalau musim kemarau, kalau musim hujan kami manfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari,” ucapnya.
Dampak bagi Perekonomian Warga
Diakui Patrisius, desa Rana Masak memiliki potensi tanah yang subur. Menurutnya, potensi itu tidak hanya diperuntukkan untuk jenis tanaman jangka panjang, tetapi juga jangka pendek.
Menrutnya, pemanfaatan tanaman jangka pendek sangat membantu perekonomian warga. Apalagi kata dia, warga desa itu animo untuk berdagang sangat tinggi.
“Kalau tanaman jangka panjang di sini banyak ada cengkih, kakao, kemiri, pisang tetapi tanaman jangka pendek seperti sayur, lombok dan jenis tanaman lain kurang bahkan tidak ada,” ucapnya.
“Warga di sini kan banyak yang pergi berjualan di pasar tetapi mereka tidak bawah sayur hanya kopi, kakao dan kelapa, nanti kalau mereka pulang dari psar beli sayur sawi, kol atau picai,” tambahnya.
Menurutnya, salah satu kendala utama untuk pengeolaan tanaman jangka pendek yakni ketersediaan air yang sangat terbatas.
“Kalau airnya banyak pasti kita bisa kaya,” Patrisius.
Janji Ketika Kampanye
Diakui Patrisius, setiap pesta demokrasi para elite politik selalu berjanji kepada warga di desa itu untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
Namun, kata dia, janji manis itu hanya datang sesaat, mereka lalu pergi entah ke mana.
“Kami di sini pernah dijanjikan waktu kampanye bupati, DPR, ataupun kepala desa (kades) untuk dapatkan air bersih tetapi sampai sekarang janji tak kunjung jadi kenyataan,” ucapnya.
Bahkan, kata Patrisius, keluhan ketiadaan air sudah seringkali disampaikan kepada para pemangku kebijakkan.
“Kami sering sampaikan tetapi mungkin belum didengar secara baik, kami berharap pemerintah bisa memperhatikan persoalan air di desa kami ini,” cetusnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba