Ruteng, Vox NTT – Warga menilai pengelolaan program Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 8 di Kampung Mawe, Desa Golo, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai tidak transparan dan tidak tepat sasaran.
Salah satu warga Desa Golo, Eduardus Harbu mengaku penilaian itu setelah melihat jumlah penerima manfaat program unggulan Pemkab Manggarai di Kelompok Simantri 8.
Menurut Eduardus, anggota aktif di Kelompok Simantri 8 hanya 10 orang. Hal itu, kata dia, karena sistem pengelolaannya tidak transparan.
“Sebelumnya jumlah anggota 38 orang, tapi yang aktif sekarang hanya 10 orang. Banyak masyarakat yang keluar karena pengelolaannya tidak transparan,” ujarnya kepada VoxNtt.com melalui saluran telepon, Sabtu (15/06/2019).
Kata Eduardus, pemanfaat program di Kelompok Simantri 8 hanya keluarga dari ketua kelompok. Sehingga yang merasakan manfaat program hanya orang-orang tertentu.
“Setiap bantuan dari pemerintah tidak pernah diberitahukan kepada seluruh anggota kelompok, hanya keluarga dari ketua kelompok saja,” pungkasnya.
Eduardus menambahkan, program Simantri di Desa Golo tidak efektif antara anggaran dengan jumlah penerima manfaat. Hal itulah yang membuatnya menilai pengelolaan program Simantri tidak tepat sasaran.
Ia berharap agar pemerintah harus memperhatikan manfaat program kepada masyarakat banyak, bukan hanya untuk sekelompok orang saja. Sehingga anggaran yang dikelurkan bisa dirasakan oleh masyarakat umum.
“Karena menurut Pak Bupati anggarannya 1 Miliar, itu disampaikan di lokasi Simantri beberapa waktu lalu. Sangat disayangkan kalau anggaran sebesar itu hanya dimanfaatkan oleh sebagian orang saja. Saya yakin Pemda Manggarai punya tujuan bagus dengan adanya program ini, namun cara pengelolaannya harus dievaluasi kembali,” tegas dia.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai, Hubertus Hendrik mengakui bahwa anggota aktif di Kelompok Simantri 8 hanya keluarga dari ketua kelompok.
Namun hal itu, kata dia, karena masyarakat yang lain tidak ada kemauan untuk menjalankan program Simantri.
Selain itu, lanjut Hubertus, mental masyarakat juga yang akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak anggota kelompok yang keluar.
Bahkan ketika diundang untuk menghadiri pertemuan kelompok, hanya sebagian orang yang datang.
“Masyarakat di sana kan mentalnya tidak mau berusaha. Mereka mengira kalau bantuannya dalam bentuk uang, sehingga timbul kecurigaan kepada ketua kelompok. Tapi sebenarnya bantuan itu hanya berupa bibit dan alat kerja. Ini sebenarnya mis komunikasi,” ungkapnya kepada VoxNtt.com melalui telepon, Senin (17/06/2019).
Hubertus menyebut, tidak sedikit masyarakat juga merasa puas dengan program Simantri. Sehingga sampai sekarang masih banyak masyarakat yang fokus kerja Simantri.
Terkait persoalan ini, ia mengaku sudah memerintahkan ketua Kelompok Simantri 8 Desa Golo untuk menyelesaikannya secara internal.
Ia juga berharap agar masyarakt lebih terbuka untuk menyampaikan keluhan kepadanya agar bisa diatasi dengan baik.
“Saya sudah sampaikan kepada ketua kelompok untuk selesaikan persoalan ini dan harapannya semoga masyarakat ke depan harus berani menyampikan keluhan secara langsung kepada saya,” pungkasnya.
Hingga kini ketua Kelompok Simantri 8 Desa Golo belum berhasil dikonfirmasi. VoxNtt.com sudah mengunjungi kediamannya, namun tidak berhasil bertemu. Dihubungi melalui saluran teleponnya, namun hingga berita ini dirilis tidak berhasil.
Baca Juga: Bangun Tahun 2018, Green House Simantri di Cibal Sudah Rusak Parah
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba