Kupang, Vox NTT- Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kupang menyebut Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang belum mampu mengatasi krisis air bersih di daerah itu.
Hal itu ditegaskan GMNI saat aksi unjuk rasa di Kantor DPRD dan Kantor Walikota Kupang, Kamis (20/06/2019).
Unjuk rasa dilakukan untuk menuntut janji Walikota Jefirstson R. Riwu Kore yang akan menyelesaikan krisis air bersih di Kota Kupang.
Barto Tasoin, koordinator lapangan aksi kepada VoxNtt.com menyatakan, air bersih milik PDAM di Kota Kupang mengalir hanya 4-5 jam perminggu.
“Ini menjadi kendala. Di masa kampanye Jefri menyebut ada program jangka pendek dan jangka panjang. Kami aksi tidak ada kepentingan politik. Sudah ada MoU dengan berbagai pihak soal masalah air ini, tapi hasilnya sama saja,” ujar Barto.
Ia menyebut aksi GMNI demi mengatasi krisis air bersih yang selama ini belum terselesaikan.
Sempat Bersitegang
Usai bertemu DPRD Kota Kupang dan menyampaikan poin aksi, GMNI kemudian melanjutkan orasi hingga ke Kantor Walikota.
“Kami tidak langsung ketemu Walikota, orasi selama 1,30 jam. Setelah itu baru bisa ketemu Jefri Riwu Kore,” katanya.
Setelah bertemu Walikota hasilnya biasa saja dan belum menemukan titik terang terkait solusi persoalan air bersih di Kota Kupang.
Artinya, kata dia, yang dijelaskan Walikota sama dengan tuntutan yang disampaikan GMNI yakni soal bagaimana pengelolaan sumber daya air bersih di Kota Kupang.
“Hari ini saja PDAM belum ada Dirutnya. Kita minta bagaimana sumber-sumber mata air di Kota Kupang soal itu sudah direncakan di Kota Kupang. Yang kami pertanyakan realisasi jangka pendek tapi itu belum dijawab. Kami mendesak DPR untuk menggunakan fungsi pengawasan terkhusus soal kebutuhan air bersih,” tegas Barto.
Namun saat audiensi dengan Walikota Kupang Jefirstson R. Riwu Kore sempat terjadi debat kusir bernada tinggi.
Jefri menyebut bahwa data yang disampikan GMNI tidak jelas.
“Data tidak jelas datang di sini. Anda tidak jelas, empat tahun. Ini saya mau jelaskan. Anda mau dengar tidak? Saya mau menjelaskan, semua membutuhkan air. Saya ingin sampaikan kita membutuhkan air,” ungkap Jefri bernada marah saat salah satu massa aksi salah menyebut dirinya sudah empat tahun menjabat sebagai Walikota Kupang.
“Sumber air Kota kupang 140 liter perdetik. Jangan sampai datang ngarang-ngarang, kebutuhan kita 800 ribu liter perdetik. Kita hanya punya 370 liter perdetik. Kita punya kekurangan. Sumber air baku kita kurang. Kita punya program sungguh-sungguh untuk air. Saya baru satu tahun kerja,” tegas Jefri.
Bahkan Jefri meminta salah satu massa aksi untuk keluar ruangan karena salah menyebut data. Ia mengaku hanya ingin bicara dengan orang yang paham.
“Sumber air 140 liter. Solusinya air dari Kabupaten Kupang 230 liter. Kita tidak diam saja. Anda itu tanya di Provinsi sana. Kabupaten kita bisa ambil orang punya perusahaan lalu ambil ke sini. Bukan berarti kita tidak perhatikan,” tandas Jefri.
Sembari menjelaskan, Jefri menyebut, pihaknya bekerja sama dengan PDAM dalam mendistribusikan air di Kota Kupang. Hanya saja, kata dia, sumber air tidak cukup.
“Surat saya ke Pemerintah pusat untuk bantu air. Kita tidak tidur. Kita kerja belum selesai. Harus kaji segala sesuatu dengan data yang benar. Kecuali ada potensi yang kita belum selesaikan. Kita punya niat yang sungguh-sungguh untuk urus air. Saya minta jangan coba-coba memaksa kehendak,” lanjutnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba