Maumere, Vox NTT- Para tokoh agama, adat hingga pemuda di berbagai daerah di Indonesia, menyerukan agar tidak lagi ada kekerasan dan kerusuhan terkait Pemilu 2019, sebagaimana terjadi pada tanggal 21-22 Mei lalu di Jakarta.
“Kami menyatakan dengan tegas bahwa stop kekerasan dan kami menolak kerusuhan seperti yang terjadi tanggal 21-22 Mei kemarin,” kata Haji Muhammad Nasar, tokoh agama Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), di Maumere, Kamis (20/06/2019).
Ia menyerukan hal tersebut, menyusul adanya isu bahwa akan ada demo kembali saat Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan hasil sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019. Saat ini, sidang PHPU masih berlangsung di Gedung MK.
“Kami berharap, kita semua bisa menyerahkan proses ini kepada Mahkamah Konstitusi. Dan yang lebih penting, semua pihak nantinya bisa menerima apapun yang menjadi keputusan Hakim Mahkamah Konstitusi,” ujarnya.
Haji Muhammad Nasar pun mengajak seluruh masyarakat, khususnya di Kabupaten Sikka, agar senantiasa menjaga dan merawat keberagaman dalam hidup berbangsa dan bernegara demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal tak jauh berbeda juga dilontarkan Oskar Parera Manggalangge, tokoh adat Kabupaten Sikka, yang ditemui secara terpisah.
“Kami menolak yang namanya kekerasan, termasuk kerusuhan seperti yang terjadi di Jakarta tanggal 21-22 Mei lalu,” tandas saksi ahli Hukum Adat di Pengadilan Negeri Maumere ini.
Ia berharap seluruh masyarakat dapat menjaga kondusivitas selama sidang PHPU Pilpres 2019 berlangsung di MK. Selain itu, para pihak terkait juga diharapkan dapat menerima apapun yang menjadi keputusan Hakim Mahkamah Konstitusi nantinya.
“Apapun keputusan hakim, harus diterima. Itu yang terbaik. Mari kita bergandengan tangan dalam menjaga kesatuan dan persatuan serta merawat keutuhan dan kedamaian kita dalam bingkai NKRI,” pungkas Oskar Parera.
Penulis: Ardy Abba