Labuan Bajo, Vox NTT- Kekurangan air masih menjadi kendala sebagian Desa di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), NTT. Salah satunya di Kampung Ndueng -Datak, Desa Golo Ronggot, Kecamatan Welak.
Ketiadaan air di kampung tersebut, memaksa sejumlah warga menimbah air sungai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Sungai Racang Dali yang jaraknya kurang lebih 3 Kilometer dari Ndueng menjadi satu-satunya sumber air yang ada di kampung itu.
Pantauan VoxNtt.com, Selasa (16/07/2019), air sungai Racang Dali terlihat cukup kotor dan dipenuhi lumut.
Dian Imun, salah satu peserta didik SMPN 1 Welak mengatakan, tiap harinya dia menempuh jarak kurang lebih 3 Kilometer dari Kampung Ndueng untuk menimbah air.
“Kalau sore, kami jalan dari kampung ke sini untuk timbah air, cuci dan mandi. Itu kami jalan setiap hari,” ungkap Dian kepada VoxNtt.com saat menimba air di sungai Racang Dali.
Sama halnya dengan Elsi Amu, salah satu peserta didik SMPN 1 Welak mengatakan, tiap pagi jika ingin ke sekolah, kadang-kadang dia bersama temannya yang lain harus ke sungai untuk mandi. Mereka pergi pagi-pagi.
“Kalau mau ke sekolah kadang-kadang kami datang mandi di sini. Pagi-pagi kami bangun. Kalau terlambat bangun kami hanya cuci muka saja ke sekolah,” aku Elsi.
Elsi mengaku air yang mereka timbah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, terutama untuk minum.
Sementara itu, Ari Bero Guru SMKN 1 Welak kepada VoxNtt.com mengatakan, kekurangan air bukan hanya di Kampung Ndueng.
“Pokoknya umumnya di Datak ini, kekurangan air,” ungkap Ari.
Menurutnya, di daerah itu ada sumber air lain. Namun karena debitnya kecil, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan warga.
“Karena itu semua warga menimbah air di sungai Racang Dali,” katanya.
Ari menjelaskan, banyak warga yang menimbah air menggunakan motor karena jarak sungai yang lumayan jauh.
“Ada juga warga yang menjual air menggunakan viber yang dimuat menggunakan mobil pick up,” tambah Ari.
Ari berharap agar pemerintah setempat dapat segera memaksimalkan sumber air yang lain untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di Datak.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba