Kefamenanu,Vox NTT-Kondisi keluarga Bona Subani (60), warga kampung Oetpenu, RT 005, dusun II, desa Hauteas Barat, kecamatan Biboki Utara, kabupaten TTU cukup menggetarkan hati.
Betapa tidak, di usianya yang sudah uzur, perempuan yang sudah menjanda sejak puluhan tahun lalu itu harus berjuang keras menghidupi diri, anak dan dua cucunya.
Kedua orang cucunya tersebut lahir dari rahim putrinya yang menderita penyakit epilepsi. Tragisnya lagi, kedua anak tersebut lahir tanpa ayah yang bertanggung jawab.
Siapapun yang melihat perjuangan Mama Bona pasti iba oleh belas kasihan. Rasa itu pun dialami wartawan media ini saat berkunjung ke rumah mama Bona, Minggu (21/07/2019).
Perasaan haru langsung menyentak kalbu saat pertama kali melihat rumah yang ditempati mama Bona dan keluarganya.
Rumah mereka hanya berukuran 2×2 meter, beratapkan daun gewang yang sudah berlubang sana-sini.
Rumah itu berlantai tanah dan hanya berdinding belahan bambu yang juga sudah mulai lapuk di beberapa bagiannya.
Rasa iba kian menyentuh hati siapapun kala menengok bagian dalam rumah. Tak ada satu perabot mewah pun yang dipunyai selain sebuah tempat tidur beralaskan tikar.
Menurut pengakuan Mama Bona, tempat tidur tersebut saban hari jadi tempat kelahiran cucu perempuannya. Bisa dibayangkan betapa sulitnya sang putri yang menderita penyakit epilepsi saat beristirahat dalam kondisi seperti itu.
Mama Bona kepada VoxNtt.com mengisahkan, sejak menjanda beberapa tahun lalu, dirinya hanya mengandalkan kebun yang terletak sekitar 500 meter dari kediamannya. Kebun itu ditanami ubi-ubian demi menghidupi keluarganya.
Saat menyinggung pria yang menghamili putrinya tanpa tanggung jawab, Mama Bona hanya tertunduk sedih. Dengan suara lirih ia mengaku tidak tahu.
Dapat Perhatian dari Pemerintah
Mama Bona mengakui sejauh ini dirinya mendapatkan perhatian dari pemerintah melalui program keluarga harapan (PKH).
“Kalau PKH itu biasanya ada bantuan uang” tuturnya.
Sedangkan untuk cucunya yang berusia 8 tahun dan duduk di bangku kelas III SD, sejauh ini juga mendapatkan beasiswa.
Uang beasiswa tersebut biasanya digunakan untuk membeli kebutuhan sekolah serta keperluan lainnya dari sang cucu.
“Kalau Olga (nama sang cucu) dapat bantuan juga, jadi bisa beli seragam dan kebutuhan lain untuk dia” tuturnya.
“Kalau dari pemerintah desa sama sekali tidak ada bantuan” sambungnya.
Terima Santunan dari KSB dan OMK Lurasik
Anggota Komunitas Satu Biinmafo (KSB) yang mendengar informasi tentang kehidupan mama Bona pun tergerak untuk memberikan bantuan.
Berbekal informasi yang diperoleh dari media sosial ,anggota KSB di bawah komando Eman Lite Tnopo dan Rahman turun memberikan bantuan langsung ke rumah Mama Bona, Minggu (21/07/2019).
Dalam kunjungan tersebut, anggota KSB membawa bantuan berupa sembako, pakaian layak pakai, perlengkapan mandi, susu, batako serta uang ala kadarnya.
Eman Tnopo dalam sepatah katanya menuturkan, pihaknya baru mengetahui informasi tentang Mama Bona setelah melihat postingan dari anggota OMK paroki Lurasik di media sosial Facebook.
Setelah membaca postingan tersebut, ujarnya, ia dan teman-teman langsung berembuk untuk menggalang bantuan dana dari para dermawan.
“Bantuan yang kami bawa ini merupakan sumbangan dari orang-orang baik yang ada di Kefa. Kami harap sumbangan ini dapat sedikit mengurangi beban hidup mama sekeluarga” ujarnya.
Selain dari KSB, anggota orang muda Katolik di paroki Lurasik pun turut serta membantu mengatasi kesulitan hidup yang sedang dialami oleh Mama Bona.
Dengan kondisi seadanya, orang-orang muda tersebut sedang berupaya membangun sebuah rumah layak huni berukuran 4X6 meter untuk ditempati Mama Bona dan keluarganya.
Yuvensius Leonardo Tnesi kepada VoxNtt.com berharap kondisi yang dialami Mama Bona ini bisa mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah TTU.
“Kita akan berupaya keras untuk bisa segera selesaikan pembangunan rumah Mama Bona. Semoga ada perhatian dari pemerintah daerah untuk Mama Bona sekeluarga” ujarnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Irvan K