Kupang, Vox NTT-Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi balita stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati posisi puncak yakni sebesar 42,6 persen.
Angka ini menempatkan NTT sebagai propinsi dengan jumlah kasus stunting terbanyak dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia.
Dilansir dari BPS NTT, jika estimasi jumlah balita NTT sebanyak 633 ribu jiwa (BPS) maka terdapat 270 ribu jiwa anak-anak di Bumi Flobamora yang mengalami masalah gizi.
Salah satu ciri utama bayi yang terpapar stunting adalah tinggi badannya tidak sesuai dengan umur mereka.
Selain itu, gejala Stunting pada anak bukan hanya sekadar terlihat pendek, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya.
“Kurangnya nutrisi menyebabkan daya tahan tubuh anak lebih lemah, sehingga berisiko mengalami infeksi berulang. Infeksi berulang juga berdampak pada proses penyerapan nutrisi,” demikian dijelaskan dr. Jade Irene dalam tulisan opininya di VoxNtt.com, Kamis (8/8/2019).
Tingginya prevalensi balita stunting didukung oleh proporsi balita dengan gizi buruk yang cukup besar yakni 29,5 persen. Dengan kata lain, bahwa tiga dari sepuluh balita di NTT mengalami gizi buruk.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan proporsi balita gizi buruk di tingkat nasional yaitu sebesar 17,7 persen.
Selain itu, persentase penduduk miskin NTT pada September 2018 sebesar 21,03 persen.
Angka tersebut memang lebih rendah dibanding empat tahun terakhir yakni sebesar 22,58 persen pada September 2015. Namun, proporsi penduduk miskin NTT tergolong cukup tinggi dan berada pada posisi ketiga di bawah Papua dan Papua Barat.
dr. Jane menuturkan, pencegahan stunting harus dilakukan sedini mungkin. Asupan nutrisi yang baik bagi ibu hamil sangat dianjurkan. Asupan tersebut dibutuhkan janin dalam kandungannya.
Saat bayi lahir dan menginjak usia 6 bulan, asupan protein mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan.
Asupan protein harian yang disarankan bagi anak usia 6-12 bulan adalah sebesar 1,2 g/kg berat badan, sedangkan bagi anak usia 1-3 tahun adalah sebesar 1,05 g/kg berat badan.
Pemenuhan kebutuhan gizi dan peningkatan layanan kesehatan serta pola asuh yang tepat merupakan dua hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan stunting. (VoN).