Ruteng, Vox NTT- Acara “Congko Lokap” rumah adat Kampung Rongkam, Desa Bangka Ruang, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai diisi dengan pementasan tarian Caci dan sejumlah ritus penting lainnya.
Congko Lokap memiliki makna tersendiri dalam kehidupan masyarakat adat Manggarai. Congko berarti pungut dan Lokap artinya sisa kotoran kayu dan sebagainya selama proses pembangunan sebuah rumah.
Dalam konteks budaya Manggarai Lokap atau kotoran juga dimaknai sebagai perbuatan atau tingkah laku yang kurang baik.
Usai dibangun, rumah adat Kampung Rongkam menggelar ritus Congko Lokap. Ritus ini memotong kerbau sebagai hewan kurbannya.
Ritus Congko Lokap ini dilaksanakan di dekat Compang (Mesbah), Mbaru Gendang (rumah adat), dan natas labar (halaman Kampung).
Acara adat Congko Lokap dihadiri oleh masyarakat adat, keluarga besar dan dan tamu undangan lainnya.
Untuk menyemarakan acara ini, masyarakat adat Kampung Rongkam juga menggelar pertunjukan Caci, yang berlangsung sejak 7-9 Agustus 2019.
Caci atau tari Caci adalah tarian perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk dan perisai di Manggarai.
Ketua Panitia Congko Lokap Marselinus Janggur menjelaskan, simbol upacara Congko Lokap yaitu Roba Kaba atau penyembelihan seekor kerbau.
Hewan kurban disembelih persis di dekat Compang (mesbah) yang berada di depan rumah adat.
“Dalam acara itu, sebagai rasa syukur telah dibangun rumah adat dan pembersihan material kayu dan lainnya, beberapa hewan dipersembahkan, yaitu satu ekor kerbau dan babi yang diikat bersamaan dalam satu tiang kayu. Kerbau adalah hewan yang paling besar dipersembahkan dalam acara Congko Lokap adat Manggarai,” jelas Marselinus yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Bangka Ruang itu.
Kata dia, pada acara Congko Lokap ini semua masyarakat adat menggunakan pakaian adat Manggarai.
Marselinus menambahkan, Meka Landang (Tamu Caci) untuk memeriah jalannya upacara tersebut adalah masyarakat adat dari Kampung Papo, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.
Meka Landang ini sekaligus sebagai Anak Wina dalam upacara Congko Lokap di Kampung Rongkam. Anak Wina dalam konteks adat Manggarai berarti pihak yang merupakan keturunan dari anak perempuan.
Selain itu, lanjut Marselinus, acara lain yang bersamaan dengan upacara Congko Lokap yakni ritus Congko Laca dan Manuk Nggelok.
Dua ritus ini, menurut salah satu tokoh adat di Kampung Rongkam, untuk membersihkan semua darah hewan kurban dan puing-puing pada acara, sebagai tanda usainya upacara Congko Lokap.
“Upacara Congko Laca dan Manuk Nggelok menyembelihkan seekor babi dan seekor ayam. Acara itu berlangsung di dalam rumah gendang,” jelas sumber itu.
Salah satu tokoh adat asal Kampung Ranggi, Desa Ranggi, Kecamatan Wae Ri,i, sebagai petuah dalam acara Tudak Kaba Congko Lokap Yohanes Duku menjelaskan, makna Congko Lokap dalam adat Manggarai yakni menghapus dosa.
“Dosa-dosa yang dimaksdud, dosa para orang tua. Dosa itu baik “hembur le tebur lau, inung toe nipu, hang toe tanda” (Dosa dalam istilah Manggarai). Untuk menghapus dosa. Itu maknanya, karena itu melanggar sepuluh perintah Allah. Harapan setelah acara ini, kita bekerja di kebun, menyekolahkan anak, semua bisa dipermudahkan. Tidak ada halangan lagi,” jelasnya.
“Kemudian yang paling utama hiang ga endem agu emam, kudut cebo agu lewe mose one lino (hormatilah ibu dan bapakmu supaya umur panjang di dunia). Itu bunyi ke-4 dalam hukum 10 perintah Allah,” tambah dia.
Selain itu Congko Lokap, lanjut dia,adalah ucapan syukur kepada para leluhur sebagai perantara doa kepada Tuhan. Selanjutnya, ucapan syukur kepada Tuhan sebagai tanda usai dibangunnya rumah adat.
Pantauan VoxNtt.com, dalam upacara tersebut hadir juga Bupati Manggarai Deno Kamelus dan Wakil Bupati Manggarai Viktor Madur, bersama beberapa pimpinan OPD Kabupaten Manggarai, Dandim 1612 Manggarai, Camat dan Bhabinkamtibmas Rahong Utara, serta beberapa kepala desa di Rahong Utara.
KR: L. Jehatu
Editor: Ardy Abba