Kefamenanu, Vox NTT-Sederhana, ramah dan murah senyum. Begitu kesan saya saat pertama kali melihat sosok Eusabius Binsasi beberapa waktu lalu.
Kesan yang sama, saya yakin juga akan dialami oleh setiap orang yang bertemu dengannya.
Eusabius memang terlihat sangat sederhana dalam berpenampilan. Yang belum kenal, pasti tidak menduga jika pria kelahiran Kuatnana, Desa Oesena, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten TTU 14 Juli 1959 itu sebagai salah satu tokoh penting di Kementerian Agama RI.
Ya, sebelum pensiun belum lama ini, Eusabius merupakan Dirjen Bimas Katolik di Kementerian Agama RI .
Kesan saya kian kuat tatkala tanpa sengaja bertemu dengan suami dari Susana Suryani Sarumaha itu di pelataran pertokoan di Kota Kefamenanu, Minggu (18/09/2019).
Dalam balutan kemeja lengan panjang dipadu celana kain warna hitam serta sepatu hitam, sosok Eusabius nampak sangat bersahaja. Tak tampak satu pun barang mewah yang melekat pada tubuhnya selain.
Setelah berkenalan dan berbincang sejenak, kami memutuskan untuk melanjutkan diskusi sambil menikmati secangkir kopi yang tersedia di toko tersebut. Kami membahas banyak hal dari hal yang paling sederhana hingga yang bersifat meluas.
Diskusi itu, kemudian membuat saya merasa tertarik untuk mengenalkan sosok Eusabius ini ke publik TTU sebagai tokoh yang patut diteladani.
Riwayat Pendidikan
Eusabius mengisahkan, dirinya mulai menempuh pendidikan di SD Katolik 1 Kuatnana pada tahun 1966 hingga 1972. Setelah tamat, ia melanjutkan pendidikan di SMP St. Xaverius Putra Kefamenanu.
Tiga tahun menempuh pendidikan di SMP, Eusabius muda bertekad untuk menjadi biarawan. Tekad yang kuat, mendorong Eusabius untuk melanjutkan pendidikan SLTA di Seminari Lalian pada tahun 1976 dan tamat tahun 1980.
“Mengapa sampai empat tahun lebih saya di Seminari Lalian, itu karena waktu itu pas peralihan tahun pelajaran dari Desember ke bulan Juli. Jadi, kami yang SMA yang seharusnya sudah ujian bulan Desember itu harus tunda setengah tahun, kemudian baru ujian pada bulan Juni,” tuturnya sambil menyeruput kopi.
Tamat dari Lalian, Ia melanjutkan pendidikan ke Seminari Tinggi Ritapiret pada tahun 1980 dan tahun 1985, Eusabius menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) dengan mengajar di Seminari Lalian.
“Setelah TOP saya mau keluar tapi Pastor tidak mau akhirnya kirim saya pulang (ke Seminari Tinggi Ritapiret) kemudian pergi selesaikan studi Theologi sampai selesai baru saya benar-benar keluar dari Seminari tahun 1986,” kenangnya.
“Waktu itu sempat lanjut studi pascasarjana di Universitas Kristen Salatiga, bahkan sudah selesai ujian proposal hanya karena bertepatan sudah diangkat jadi Kepala Kantor Agama Kabupaten Sikka akhirnya saya memilih berhenti,” ujarnya.
Riwayat Pekerjaan
Darah dan Kepribadian sebagai seorang guru yang dimiliki oleh sang ayah Agustinus Binsasi rupanya diwariskan ke Eusabius.
Setelah memutuskan untuk berhenti menjadi seorang biarawan pada tahun 1986, Eusabius langsung diminta untuk menjadi guru di PGA Kefamenanu (PGA merupakan sekolah untuk pendidikan guru Agama yang kini namanya berubah menjadi SMAK Warta Bakti Kefamenanu).
Sambil mengajar di PGA, Tahun 1990 dirinya dan beberapa rekan berinisiatif untuk membuka Diploma II Vilial IPI Malang di Kefamenanu yang merupakan cikal bakal berdirinya STIPAS Keuskupan Atambua.
Setelah 6 tahun mengajar di PGA dengan status guru yayasan, tahun 1992 Eusabius akhirnya diangkat menjadi pegawai negeri sipil di Kantor kementerian Agama Kabupaten TTU.
“Tahun 1992 setelah jadi PNS, saya diperbantukan menjadi kepala SMEA (Sekarang SMKN 1 Kefamenanu) kemudian tahun 1994, karena saya sudah diangkat menjadi kepala tata usaha di kantor Agama Kabupaten TTU, akhirnya saya melepaskan jabatan kepala SMEA,” ujarnya.
Perlahan tapi pasti karier Eusabius terus merangkak naik. Setelah menjabat sebagai Kepala Tata Usaha di Kantor Kementerian Agama Kabupaten TTU sejak tahun 1994, pada tahun 2003 Eusabius dimutasi ke Kupang dengan menjabat sebagai Seksi Kelembagaan Agama Katolik. Namun jabatan sebagai kepala seksi tersebut hanya diembannya selama 6 (enam) bulan.
Eusabius kemudian diangkat menjadi Kepala Bidang Bimas Katolik pada kantor kementerian agama propinsi NTT.
“Waktu 2006, selain sebagai Kabid, saya juga merangkap sebagai Kakandep (Kepala Kantor Departemen) Kota Kupang selama satu tahun. Dan waktu di Kupang, saya membantu mengajar di STIPAS Keuskupan Agung Kupang dan sempat mengajar dengan Pak Sintus Naif di STIE Oemathonis Kupang,” ungkapnya.
Dewi Fortuna seakan terus berpihak kepada sosok Eusabius. Pada tahun 2008, Eusabius akhirnya diangkat menjadi Kepala Kantor Agama Kabupaten Sikka. Jabatan tersebut diembannya hingga tahun 2011.
Tahun 2012 Eusabius diangkat lagi menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Timur (NTT). Belum sampai dua tahun menjabat, Eusabius lalu diangkat menjadi Dirjen Bimas Katolik pada Kementerian Agama RI pada 11 April 2014.
Jabatan Dirjen diembannya hingga memasuki masa purna tugas pada tanggal 01 Juli 2019 lalu.
Maju Pilkada TTU 2020
Saat disinggung soal rumor yang berkembang terkait dirinya akan ikut berkompetisi dalam Pilkada Kabupaten TTU tahun 2020, Eusabius sempat terdiam sejenak.
Sambil menikmati kopi, Ia kemudian menjawab dengan tegas bahwa rumor yang sedang beredar itu benar. Dirinya sudah menyatakan sikap, siap untuk maju dalam Pilkada nanti.
“Untuk Pilkada tahun 2020 ini pastinya saya siap untuk ikut berkompetisi,” tegasnya.
Ia menuturkan, saat ini dirinya belum memutuskan untuk berlabuh ke partai apa. Tetapi komunikasi terus dibangun ke semua partai politik.
Tak hanya sebatas itu, Ia pun sudah melirik bakal-bakal calon yang akan dipinangnya menjadi wakil. Tanpa menyebutkan nama orang, Eusabius mengaku, menginginkan sosok pendamping dari kalangan politisi muda.
Namun demikian, untuk menentukan siapa figur yang cocok mendampinginya, sepenuhnya akan diserahkan kepada partai koalisi. Yang pasti, Ia merindukan sosok muda di sampingnya.
“Calon wakil yang saya inginkan itu dari kalangan muda dan politisi. Sehingga saya yang dari kalangan tua dan birokrat murni bisa saling melengkapi dengan wakil nantinya,” tuturnya.
Ia juga menegaskan, keinginannya untuk ikut berkompetisi dalam Pilkada mendatang tidak untuk mencari kekuasaan semata. Kerinduan terbesarnya adalah melayani warga TTU dan membawa masyarakat TTU keluar dari cengkraman kemiskinan.
Kabupaten TTU, terang dia, memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Ia bertekad untuk menggali seluruh potensi yang ada demi peningkatan ekonomi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Tak hanya bicara, Eusabius sudah perlahan-lahan melakukannya. Saat ini dia sedang memelopori tanaman sereh merah dan direncanakan untuk diproduksi jadi minyak sereh.
“Saat ini kita sudah mulai dengan penanaman sereh merah di Mamsena sebanyak 50 hektar, nanti bibit itu kita akan sebar lagi ke beberapa wilayah. Nanti kalau sereh yang kita tanam sudah banyak, maka selanjutnya akan kita buat penyulingan minyak sereh sehingga itu yang akan kita pasarkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat,” tegasnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Boni J