Redaksi, Vox NTT-Menarik untuk disimak dialog Lukas Enembe dengan Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa pada 21 Agustus 2019 di Trans 7.
Dialog antara Enembe dengan Shihab ini terjadi dalam sebuah acara televisi dengan tema “Nyala Papua”.
Salah satu pernyataan Lukas Enembe mengusik perhatian kita dalam dialog. Mengapa? Lukas mengakui bahwa jalan Trans Papua itu bukan untuk orang Papua.
Bahkan orang Papua, kata dia, tidak pernah melewati jalan yang dibangun oleh pemerintah Jokowi.
Dasar argumentasi Enembe adalah orang Papua tidak memiliki apa-apa. Dalam kondisi rakyat Papua yang tidak memiliki apa-apa maka infrastruktur jalan tidak diperlukan.
“Yang dibutuhkan mayarakat Papua adalah kehidupan,” demikian tegas Lukas.
Pembangunan Infrastruktur Tidak Berguna di Papua?
Pertanyaan yang perlu dijawab segera adalah mengapa Enembe menganggap pembangunan infrastruktur tidak berguna di mata rakyat Papua?
Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menemukan empat akar pemasalahan yang belum diselesaikan oleh pemerintah di tanah Papua. Penelitian tersebut terangkum dalam buku Papua Road Map (2009).
Penelitian ini menegaskan, akar permasalahan Papua seharusnya segera diselesaikan sebelum pembangunan infrastruktur dilakukan.
Riset yang dilakukan oleh Adriana Elisabeth dan Cahyo Pamungkas yang dikepalai oleh Muridan S. Widjojo, menyebut ada empat akar masalah di Papua.
Pertama, masalah sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia. Orang-orang Papua belum merasa integrasi ke Indonesia dilakukan dengan benar, sehingga masih perlu dibicarakan.
Kedua, kekerasan dan pelanggaran HAM yang berlangsung di Papua dari 1965 melalui operasi militer nyaris tak ada pertanggungjawaban dari negara.
Ketiga, perasaan terdiskriminasi dan termajinalkan yang diakibatkan oleh penyingkiran orang-orang Papua dalam rumusan pembangunan di tanah mereka.
Keempat, kegagalan pembangunan di Papua itu sendiri yang melingkupi bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat.
Pembangunan infrastruktur Papua, Lantas untuk Siapa?
Pernyataan Andi Irfan, Sekjen Federasi Kontras dalam acara Mata Najwa tidak bisa dianggap sepele.
“Coba ditanya itu ke teman-teman Papua, apakah mereka membutuhkan jalan Trans Papua? Siapa yang butuh orang Indonesia atau orang Papua kah?”.
Menurut Andi yang menikmati dana triliunan rupiah dari dana otonomi khusus adalah bukan orang Papua.
Kalau memang benar bahwa dana otonomi khusus bukan untuk orang Papua pertanyaan bagi kita adalah lantas untuk siapa?
Akhirnya teranglah bagi kita alasan mengapa Enembe dalam dialog Nyala Papua menyatakan pembangunan tidak diperlukan di Papua. Yang diperlukan di Papua sebenarnya adalah sebagai berikut.
Pertama, empat akar masalah yang direkomendasikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia harus diselesaikan dengan tuntas.
Kedua, pemerintah mesti mengkaji ulang mengapa dana otonomi khusus yang triliunan rupiah itu bukan diperuntukan bagi rakyat Papua.
Penulis: Evridus Mangung