Mengopikan Kopi
Di meja ada secangkir kopi
Kedinginan menginginkan cintamu keluar dari saku bajumu
Pada suatu pagi kopi menemukan dirimu
Di halaman koran langgananmu
memeluk tiga keping waktu: masa lalu, masa sekarang dan masa depan
Katamu:
“Kopi tidak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya
dia hanya minta didengar dan diakui bahwa hitam tidak selamanya kotor
Dan pahit tidak selamanya menyakitkan”
Dengan tergesa aku meninggalkanmu
Pada hari terakhir sebelum kopi jadi hantu dalam diriku
Leworahang, 2019
Maria Magdala
Setelah mengecup bibirmu
Dan untuk pertama kalinya menyentuh buah dadamu
Tidak ada lagi kebisingan yang mengantarkanmu menuju malam
Hanya air mata sebagai pulang berbekal tobat ketika pertama kalinya
Dia menyapamu. “ Aku pun tidak menghukum engkau”
Dalam musim yang kemudian
Kau berhasil membunuh naga dalam dirimu
Ketika itu rindu tidak lagi dicari
Kau menjadi seorang perempuan
Kau menjadi Maria.
Maria dari Magdala
Nenuk, 2019
Mimpi
Kantuk di mataku
Adalah tidurku yang mati
tanpa melihat dirimu cantik di mataku yang runcing
Nenuk, 2019
Oremus
Tuhan
Di tasikMu berderu merdu
Memikatku pada matamu yang menjelma menjadi rindu
yang melahirkan candu. Pelan-pelan mencairkan kebekuan
yang tinggal diam di mataku
Biarlah aku menjadi tanah yang tabah bertahan menanti hujan
Meski tahu kering kerontang mampu memburuh tubuhku perlahan
Hingga tiba di kakiMu doaku syadu
Aku tidak bisa berpaling
Nenuk, 2019
Ngetehkan Kopi
Dalam setiap cangkir semoga ada kopi
Dalam setiap kopi semoga ada rindu
Dalam setiap rindu semoga ada syukur
Dalam setiap syukur semoga ada engkau
Dalam engkau semoga ada Tuhan yang senantiasa engkau
Ngetehkan KopiNya berkali-kali
Nenuk, 2019
Catatan kata
Oremus: Marilah Berdoa
*Penulis sekarang Tinggal di Unit Gabriel Ledalero. Banyak tulisan yang dihasilkan penulis terinspirasi dari secangkir kopi