Kupang, Vox NTT- Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Yohanes Fransiskus Lema mengapresiasi Polri dan TNI yang telah menjaga penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) pada pemilu serentak 2019.
Ansy, demikian ia disapa mengatakan, totalitas aparat TNI dan Polri membuat pelaksanaan pesta demokrasi di Indonesia berjalan aman dan tertib.
“Pemilu tahun 2019 kemarin menjadi momentum perdana digelar secara bersamaan untuk memilih anggota DPR RI, DPR Provinsi dan DPR Kabupaten dan anggota DPD RI. dan pada saat yang sama juga masyarakat Indonesia memilih presiden dan wakil presiden. Hal ini bukan pekerjaan yang mudah. Kita harus memberi apresiasi terhadap berbagai pihak baik pelakasana pemilu dari berbagai level baik KPU dan Bawaslu serta aparat keamanan baik Kepolisian dan TNI,” kata Ansy Lema dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Rabu (11/09/2019.)
Ansy yang terpilih menjadi anggota DPR RI dari Dapil NTT II ini menegaskan, pelaksanaan Pilpres dan Pileg bukan hal yang mudah. Tetapi dalam pelaksanaannya berlangsung dengan aman dan damai.
Hal itu kata Ansy, karena TNI dan Polri mampu untuk menjamin situasi keamanan dan menghadirkan perdamaian secara kondusif.
“Dan kita tahu pelaksanaan pemilu tahun 2019 kemarin sudah selesai dan berakhir dengan suasana penuh kedamaian. Hari ini kita tinggal menunggu waktu anggota DPR RI dilantik pada 1 Oktober nanti dan setelah itu akan ada pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2019,” ujar mantan aktivis 98 itu.
Ansy menegaskan, masyarakat perlu mengapresiasi kerja totalitas dari aparat TNI dan Polri. Hal itu walaupun berhadapan dengan dinamika dan perkembangan politik, namun keamanan tetap terjaga secara kondusif.
Menjelang pelantikan anggota DPR RI dan Presiden serta Wakil Presiden tensi politik di tanah air menunjukkan situasi ke arah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan partai-partai politik sudah bisa menerima hasil pemilu.
“Sengketa-sengketa pemilu sudah diselesaikan di Mahkamah Konstitusi dan kita ketahui Mahkamah Konstitusi adalah benteng terakhir untuk menyelesaikan sengketa pemilu baik legislatif maupun,” katanya.
Tak hanya itu, ia juga mengapresiasi pihak Polda NTT dan TNI pada 3 Matra di provinsi itu yang berkontribusi menjaga suasana Kamtibmas selama Pileg dan Pilpres.
“Kalau kita bicara NTT, NTT merupakan salah satu provinsi yang layak kita contohi dari aspek keamanannya. Karena kita ketahui pemilu legislatif dan Pilpres bisa berjalan secara baik di sana dan berbagai dinamika bisa diselesaikan secara damai,” ungkapnya.
Ansy menambahkan, Indonesia seharusnya sudah beralih dari politik identitas yang mengeksploitasi sentimen SARA baik etnik dan politisasi agama. Ini tidak sehat bagi demokrasi. Demokrasi yang sehat tegas dia, adalah yang mengedepankan proses edukasi dan literasi dalam kontestasi elektoral.
“Kita tahu Indonesia adalah sebuah Negara yang multi kultur, multi agama. Ini harus dilihat sebagai sebuah kekayaan yang menjadi pendorong kemajuan Indonesia. Jangan sampai kebhinekaan ini dianggap sebagai beban. Oleh karena itu hari ini elemen masyarakat harus dewasa melihat kebhinekaan dan pluraritas yang merekatkan bukan untuk merenggangkan,” pungkasnya.
Ansy juga menyentil soal berita hoaks dan ujaran kebencian yang merajalela di sosial media. Ia meminta harus bisa dibasmi karena berpotensi memecah belah kerukunan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
“Terhadap berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian harus kita basmi. Sehingga kemudian berita bohong dan ujaran kebencian tidak secara masif mengisi ruang publik. Inilah saatnya masyarakat harus bisa menyemai ide-ide bernas dan gagasan pluralis sehingga ruang publik diisi oleh pandangan-pandangan sejuk dan merekatkan keindonesian,” tutup Ansy Lema.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba