Betun, Vox NTT-Kabupaten Malaka adalah Kabupaten termuda di provinsi Nusa Tenggara Timur yang dimekarkan dari Kabupaten Belu pada Desember 2012 lalu. Satu tahun kemudian, kabupaten ini resmi lahir sebagai daerah otonom.
Sebagai Kabupten baru, bupati Malaka, Stefanus Bria Seran, lebih fokus kepada masalah Kesehatan, Pendidikan, Pertanian, Infrakstuktur jalan raya dan Air bersih. Bukan kantor pemerintahan yang megah.
Itulah alasan mengapa gedung-gedung pemerintahan belum banyak dibangun di Malaka.
Dengan bermodalkan KTP, masyarakat Malaka bisa berobat secara gratis di seluruh Puskesmas di Malaka, bahkan di luar Malaka.
Di sektor Pendidikan, bupati pertama kabupaten Malaka ini berusaha membentuk sekolah yang berbudaya dan berkarakter asli Malaka. Salah satunya membangun budaya akademik dan mewajibkan semua sekolah untuk bisa menari Likurai dan Bidu. Gedung-gedung sekolah pun pelan-pelan dibenahi di tiap sekolah di Malaka.
Pertanian adalah prioritas utamanya lewat program Revolusi Pertanian Malaka (RPM) yang oleh banyak kalangan dinilai cukup berhasil di tanah tersubur pulau Timor ini.
Pemda Malaka, menyediakan traktor balik tanah gratis untuk semua masyarakat yang membutuhkan.
Untuk mengatasi krisi air bersih, Pemda Malaka memberikan mobil Tangki Air untuk semua kecamatan.
“Satu kecamatam satu unit dulu. Ke depan kita tambah lagi” tandas Bupati Stef kepada VoxNtt.com beberapa waktu lalu.
Perihal Kantor Dinas
Di tengah menggeliatnya berbagai pembangunan Malaka, ada satu hal menarik di balik ketiadaan kantor pemerintahan yang sampai saat menjadi pertanyaan publik.
Ketiadaan kantor ternyata bagian dari grand design strategi pembangunan Pemda Malaka. Bahkan saat ini, kantor Bupati masih numpang di kantor RSPP Betun.
“Kantor itu tidak penting dan belum urgent untuk saat ini. Malaka sekarang yang harus dibangun itu adalah kemakmuran masyarakatnya bukan kantor-kantornya. Saya tanda tangan di bawah pohon dan di dalam ruangan ber-AC, sama nilainya dan sama sahnya. Malaka masih butuh sentuhan SDM dan SDAnya,” jelas bupati Stef.
Menurut Stef, kantor itu hanyalah bangunan mati.
“Apalah artinya sebuah kantor mewah jika SDM di dalamnya belum berkualitas?” sambungnya.
Meski demikian, ketiadaan kantor bukan berarti tidak bisa bangun kantor.
“Kantor itu gampang, saya bangun dalam waktu dua tahun pasti selesai. Saya pasti membangunnya tapi bukan sekarang. Jika masyarakat masih mencintai saya, maka saya akan penuhi semuanya itu,” tutur mantan kepala dinas Kesehatan propinsi NTT itu.
Penulis: Frido Raebesi