Borong, Vox NTT-Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Manggarai Raya menggelar kegiatan seminar di Aula Kevikepan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).
Seminar itu dilaksanakan selama dua hari, sejak tanggal 27–28 September 2019 dengan mengangkat tema “Menjadi Kaum Muda yang Toleran bernafaskan Pancasila, Berkalung Kebhinekkaan dan Pencinta Harmonisasi”.
Peserta seminar ini melibatkan segenap kaum muda dan perwakilan para siswa Seminari/SMA/SMK/MA dari kabupaten se-Manggarai Raya yang berjumlah 150 orang.
Dalam sambutannya, Ketua panitia seminar Pastor Hermen Sanusi mengatakan, kegiatan itu hendak memperkuat tenunan kebangsaan yang sudah mulai koyak lantaran agama seringkali dipolitisasi demi kepentingan sesaat.
Saat ini kata dia, agama lebih dilihat sebagai pembeda dan pemisah antara umat, bukan lagi sebagai sebuah jembatan yang menghubungkan satu sama lain dalam tali persaudaraan.
“Ada juga segilintir orang yang melihat keberagaman sebagai sebuah ancaman sehingga tumbuh perasaan benci dan antipati terhadap kelompok lain di luar komunitasnya,” jelas Pastor Hermen.
Dia menerangkan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut mewarnai relasi antar pemeluk agama di negeri ini.
Selain itu tambah dia, media massa yang sejatinya menyebarkan kebenaran, perdamaian dan keadilan, serta hal-hal yang positif kini berubah menjadi media penyebar hoaks, SARA, dan teror.
“Dia (media massa) membanjiri ruang publik dan memenuhi lumbung informasi masyarakat dengan aroma kebencian, brutal dan anarkis serta intoleran,” ucapnya.
Kata Pastor Hermen, sebagai pengguna media massa kaum muda bisa saja menjadi korban bila menyebarkan kebohongan dan menyebarkan aroma intoleransi.
Oleh karena itu, kaum muda diberdayakan supaya mereka tidak diperdaya oleh provokator dan predator milenial yaitu media massa.
Tujuan kegiatan itu terang dia, untuk menciptakan landasan bagi terciptanya pemahaman kaum muda yang utuh dan benar tentang empat pilar bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, mempertebal wawasan kebangsaan sebagai warga NKRI dan tidak terkotak-kotak karena perbedaan yang dimiliki.
Kemudian, menanamkan rasa cinta akan kepelbagaian yang berujung pada kecintaan akan keharmonisan dan kesatuan di antara anak bangsa, sekaligus mampu meredam serta menyaring berita-berita hoaks yang beredar di tengah masyarakat.
Kegiatan ini juga bertujuan menciptakan suasana keakraban, saling mempercayai dan saling kerja sama antar pribadi kaum muda yang datang dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Dari hasil seminar itu pun setidaknya ada 11 poin yang menjadi rekomendasi dari FKUB se-Manggarai raya.
Pertama, membentuk forum kerukunan kaum muda sebagai rumah bersama lintas agama.
Kedua, membangun mitra kerja sama FKUB dengan berbagai pihak yang berkepentingan demi pertukaran informasi serta menjalin komunikasi lintas agama yang akrab.
Ketiga, membuat program dan kegiatan bersama yang sinergis secara berkala demi membangun kerukunan antar umat beragama.
Keempat, menyelenggarakan pertemuan dialog atau diskusi berkala (sesering mungkin) baik formal maupun informal di antara kaum muda lintas agama demi menumbuhkan kesadaran tentang kerukunan antar umat beragama.
Kelima, menerbitkan media bersama sebagai wadah literasi kerukunan yang inklusif agar saling bertukar informasi yang bermanfaat dan bertanggungjawab tentang prinsip yang menjadi kekhasan masing-masing agama.
Keenam, diseminasi gerakan kerukunan sampai ke tingkat kelompok kaum muda lintas agama.
Ketujuh, mendorong pemerintah daerah (Pemda) agar memfasilitasi anggaran (budget) untuk kegiatan FKUB.
Kedelapan, seminar bersama FKUB tahun 2020 diselenggarakan di Manggarai Barat.
Kesembilan, tema seminar setiap tahun mesti diimplementasikan dalam satu tahun FKUB dan dievaluasikan pada kegiatan tahun berikut.
Kesepuluh, format kegiatan tidak hanya seminar akan tetapi mesti ada kegiatan bina akrab.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba