Borong, Vox NTT- KNJ seorang wartawan salah satu media online di Manggarai Timur (Matim) diduga meminta dana kompensasi senilai 7 juta rupiah kepada KS.
KS merupakan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di salah satu sekolah yang berada di Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
Informasi yang dihimpun VoxNtt.com, KNJ meminta uang jutaan rupiah kepada KS melalui pesan Short Message Service (SMS), Sabtu (05/10/2019), sekitar pukul 17.55 sore.
Dalam SMS itu, KNJ menjelaskan dana kompensasi itu merupakan permintaan dari dewan pers untuk memulihkan kepercayaan publik melalui jalur Lonto Leok (duduk bersama untuk mencapai mufakat).
Saat dikonfirmasi VoxNtt.com, KNJ mengaku tidak meminta uang. Dia juga meminta VoxNtt.com untuk mengkonfirmasi ke YS dan AK.
Menurutnya, kasus yang sedang terjadi itu tengah dikawal oleh Aliansi Jurnalis Online (AJO) di Manggarai Timur.
“Ok om saya tegaskan tidak ada minta uang. Ite (Anda) kalau mau tulis, itu saya punya pernyataan,” tegas KNJ kepada VoxNtt.com, Minggu (06/10) malam.
Berikut bunyi SMS KNJ kepada KS:
“Sore kaka..hari senin tman2 datang semua di rumah..kaka siap kompensasinya 7 juta. Ini bukan dari saya tapi dari dewan pers untuk pulihkan kepercayaan publik melalui jalur lonto leok yang nantinya semua media manggarai raya akan publikasi itu..tabe”
Diduga Intimidasi
Sebelumnya KNJ diduga diintimidasi oleh KS saat meliput kegiatan penetapan calon Kepala Desa di Kantor Desa Komba, Rabu (2/10/2019).
“Ketika saya hendak mengambil gambar dalam momen tersebut, ia masuk mendekati saya dan ingin merampas kamera yang saya pegang sambil teriak, jangan foto,” jelas KNJ.
Menurutnya, meski sudah dijelaskan beberapa kali bahwa dirinya adalah wartawan yang tengah melakukan tugas peliputan, namun KS tidak peduli.
Sementara itu KS mengaku tidak bermaksud melakukan intimidasi kepada seorang wartawan.
“Saya tidak bermaksud mengintimidasi wartawan yang sedang meliput. Peristiwa kemarin merupakan reaksi spontanitas,” ujarnya kepada VoxNtt.com, Jumat (5/10/2019) di Borong.
Dikatakannya, reaksi itu merupakan ekspresi kekecewaan lantaran panitia Pilkades tidak memberikan informasi yang benar terkait bakal calon yang akan bertarung pada Pilkades di desa itu.
“Sebelumnya mereka bilang batal untuk penetapan bakal calon ternyata penetapannya tetap mereka lakukan. Dan waktu itu saya datang sebagai tokoh masyarakat. Makanya saya marah panitia Pilkades dan beberapa orang di situ termasuk adik wartawan,” jelasnya.
“Saya memang datang agak terlambat waktu itu, tapi sekali lagi itu reaksi spontanitas tidak ada intimidasi,” tambahnya.
Dikatakan usai peristiwa itu dirinya langsung meminta maaf kepada semua peserta rapat yang hadir.
“Saya minta maaf kepada mereka waktu itu, tapi sekali lagi saya tidak ada maksud untuk intimidasi,” ucapnya. (VoN)