Borong, Vox NTT- Beberapa hari terakhir ini, beredar foto pesan singkat dari oknum wartawan yang diketahui bernama Kristianus Nardi Jaya (KNJ) kepada Kristo Selek.
KNJ adalah wartawan media online postflores.com yang bertugas di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sedangkan Kristo Selek adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Matim.
Dalam SMS yang beredar luas itu, KNJ meminta uang senilai 7 juta rupiah kepada Kristo Selek. SMS dikabarkan dikirim kepada Kristo Selek pada Sabtu (05/10/2019), sekitar pukul 17.55 sore.
Melalui pesan singkatnya, KNJ menjelaskan uang 7 juta rupiah tersebut sebagai dana kompensasi dan merupakan permintaan dari dewan pers untuk memulihkan kepercayaan publik melalui jalur Lonto Leok (duduk bersama untuk mencapai mufakat).
Baca Juga:
- ASN Asal Desa Komba Matim: Tidak Ada Maksud untuk Intimidasi Wartawan
- Oknum Wartawan di Matim Diduga Minta Kompensasi 7 Juta Rupiah
- Catut Nama Dewan Pers Minta Uang ke ASN, Begini Kata Ketua Ajo Matim
- KNJ: Uang 7 Juta Rupiah untuk Beli Babi, Beras dan Lain-lain
“Sore kaka..hari senin tman2 datang semua di rumah..kaka siap kompensasinya 7 juta. Ini bukan dari saya tapi dari dewan pers untuk pulihkan kepercayaan publik melalui jalur lonto leok yang nantinya semua media manggarai raya akan publikasi itu..tabe” demikian isi SMS dari KNJ kepada Kristo Selek yang salinannya diterima VoxNtt.com.
Dalam SMS tersebut, KNJ tampak mencatut nama dewan pers dan semua media di Manggarai Raya (Matim, Manggarai, dan Manggarai Barat).
Terkait persoalan yang mencatut nama lembaganya ini, dewan pers akhirnya angkat bicara.
Komisi hukum dewan pers Agung Dharmajaya menegaskan, lembaganya tidak pernah meminta uang kepada oknum siapapun.
“Sekali lagi, Dewan Pers tidak pernah meminta uang atau imbalan dalam bentuk apapun dalam setiap kegiatan,” tegas Dharmajaya saat dihubungi VoxNtt.com, Senin (07/10/2019) malam.
Dia meminta, untuk dikonfirmasikan jika memang ada permintaan yang mengatasnamakan dewan pers.
Selain itu, Dharmajaya meminta untuk menunjukkan kalau ada bukti tertulis atau surat dan edaran permintaan uang dari dewan pers.
Terkait dugaan permintaan kompensasi senilai 7 juta rupiah dan pencatatutan nama dewan pers tersebut, Dharmajaya mengarahkan untuk diadukan ke pihak berwajib apabila merasa dirugikan.
“Semua yang merasa dirugikan, bisa wartawan atau juga pihak kepala sekolah atau yang lainnya,” ucapnya.
Sementara itu, pengamat sosial Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Lasarus Jehamat menilai ada dua hal penting dari peristiwa itu.
Keduanya itu jelas dia, meminta uang dan mencatut nama dewan pers.
“Kalau sudah begitu, etika jurnalistik semakin jauh dipraktikan dan pemburu rente tidak hanya menjadi monopoli satu dua lembaga,” jelas Lasarus kepada VoxNtt.com, Selasa (08/10/2019) pagi.
Menurutnya, media massa harus mempunyai kesadaran bahwa kepercayaan rakyat menjadi hal utama.
“Kalau buat begitu terus, media dan elemennya tidak akan dipercaya publik nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, KNJ diduga diintimidasi oleh Kristo Selek saat meliput kegiatan penetapan calon Kepala Desa di Kantor Desa Komba, Rabu (02/10/2019).
“Ketika saya hendak mengambil gambar dalam momen tersebut, ia masuk mendekati saya dan ingin merampas kamera yang saya pegang sambil teriak, jangan foto,” jelas KNJ.
Menurutnya, meski sudah dijelaskan beberapa kali bahwa dirinya adalah wartawan yang tengah melakukan tugas peliputan, namun KS tidak peduli.
Sementara itu KS mengaku tidak bermaksud melakukan intimidasi kepada seorang wartawan.
“Saya tidak bermaksud mengintimidasi wartawan yang sedang meliput. Peristiwa kemarin merupakan reaksi spontanitas,” ujarnya kepada VoxNtt.com, Jumat (5/10/2019) di Borong.
Dikatakannya, reaksi itu merupakan ekspresi kekecewaan lantaran panitia Pilkades tidak memberikan informasi yang benar terkait bakal calon yang akan bertarung pada Pilkades di desa itu.
“Sebelumnya mereka bilang batal untuk penetapan bakal calon ternyata penetapannya tetap mereka lakukan. Dan waktu itu saya datang sebagai tokoh masyarakat. Makanya saya marah panitia Pilkades dan beberapa orang di situ termasuk adik wartawan,” jelasnya.
“Saya memang datang agak terlambat waktu itu, tapi sekali lagi itu reaksi spontanitas tidak ada intimidasi,” tambahnya.
Dikatakan usai peristiwa itu dirinya langsung meminta maaf kepada semua peserta rapat yang hadir.
“Saya minta maaf kepada mereka waktu itu, tapi sekali lagi saya tidak ada maksud untuk intimidasi,” ucapnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba