Atambua, Vox NTT- Setelah dilakukan evaluasi, Kementerian Pariwisata RI kembali melanjutkan Festival Wonderful Indonesia (FWI) di PLBN Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.
Asisten Bidang Pengembangan Pemasaran II Region III Kementerian Pariwisata RI, Ricky Fausiyani mengatakan, setelah dilakukan evaluasi, ada sejumlah perubahan yang dilakukan seperti waktu pelaksanaan, lokasi acara, peserta bazar, dan pengisi acara, serta bahan promosi.
“Kita mendapatkan sejumlah masukan. Baik dari masyarakat, pemerintah daerah, dan lainnya. Makanya festival sempat kita hentikan sementara untuk menjalani evaluasi,” ujar Ricky di sela-sela pelaksanaan FWI di area PLBN Motaain, Selasa siang (15/10/2019).
Ricky mengatakan, waktu pelaksanaan festival tidak lagi digelar di akhir pekan, tetapi digeser mengikuti hari pasar.
Pergeseran juga dilakukan untuk lokasi acara. Event yang digelar di PLBN Wini kemudian dipindahkan ke Napan.
Pantauan VoxNtt.com, masyarakat baik dari Timor Leste maupun Indonesia datang memadati area festival.
Tidak hanya berbelanja kebutuhan sembako, pengunjung juga “larut” dalam hiburan yang disajikan.
Bahkan pengunjung baik dari Indonesia maupun Timor Leste ikut berdansa ria ketika band penghibur menyanyikan lagu-lagu dansa.
Masyarakat tampak antusias menyerbu bazar kebutuhan sembako di stan-stan yang ada karena harga yang dipatok sangat murah. Ada paket termurah berjumlah Rp 5000, pembeli sudah bisa membawa pulang satu paket yang isinya berupa minyak goreng, gula atau sabun cuci.
Di samping perubahan hari pelaksanaan FWI, penyelenggaran juga mengubah konten, dimana lebih mengutamakan kebutuhan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan tujuan pelaksanaan FWI yakni untuk mendongkrak ekonomi masyarakat kecil di perbatasan RI dan Timor Leste.
“Sementara konten bazar kita cari yang lebih dibutuhkan masyarakat. Sehingga masyarakat dan pelintas batas lebih banyak yang bersedia mampir ke festival. Pengisi acara tidak luput dari perhatian. Yang dicari adalah yang lebih mampu menghibur masyarakat,” terangnya.
Ricky menegaskan, FWI sangat berbeda dengan Festival Crossborder.
Dalam FWI, pihaknya bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Belu fokus mengangkat potensi yang dimiliki masyarakat. FWI juga memberi kemudahan kepada masyarakat dan wisatawan yang ingin berbelanja.
Sementara konser musik yang dihadirkan menjadi pelengkap dalam event festival.
Ricky menambahkan, FWI ini masih akan digelar di beberapa lokasi di border area yakni di PLBN Motamasin di Malaka, PLBJ Motaain di Belu dan Pos Perbatasan Napan di TTU.
“Festival Wonderful Indonesia masih akan digelar beberapa kali lagi. Di wilayah Atambua, Malaka dan Napan. Kita berharap event ini bisa memberikan impact yang lebih positif buat masyarakat. Termasuk pelintas batas yang ingin membawa pulang ole-ole buat keluarganya,” tuturnya.
Harapan yang sama juga disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani.
Rizky pada kesempatan itu menguncapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan masukan, sehingga pelaksanaan FWI kali ini bisa berlangsung meriah dan banyak pengunjung yang terlibat, baik dari Indonesia maupun Timor Leste.
“Kami berterima kasih atas masukan dari semua pihak. Evaluasi sudah kita lakukan. Kita ingin pelaksanaan event ini bisa lebih maksimal. Lebih baik dari event-event sebelumnya,” papar wanita yang akrab disapa Kiki itu.
Terpisah, Plt. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belu Yohanes Andes Prihatin yang diwawancarai awak media menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Kemenpar RI yang telah menginisiasi pelaksanaan FWI di PLBN Motaaian.
Yohanes mengatakan, pemanfataan pasar Motaain sebagai pasar perbatasan yang baru diresmikan beberapa waktu lalu menjadi lebih maksimal. Hal itu karena pelaksanaan event FWI bersamaan dengan hari pasar.
Tidak hanya itu, ia juga berterima kasih karena masyarakat di Belu khususnya para pedagang dan pengrajin bisa memasarkan produknya.
Ia mengaku, dari data pelintas batas diperolehnya menunjukkan trend peningkatan.
Karena itu, ia herharap ke depan event-event seperti ini terus diselenggarakan karena memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat kecil.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba