Labuan Bajo, Vox NTT- Bakal calon Bupati Manggarai Barat (Mabar) periode 2020-2025 Yosef Sampurna Nggarang menyatakan, kombinasi pariwisata dan pertanian harus dijalankan di kabupaten ujung barat Pulau Flores itu.
Yos meyakini, jika gaung pembangunan pariwisata dipadu dengan sektor pertanian dijalankan oleh pemerintah, maka dengan sendirinya “kue” pariwisata bakal merata dan bisa dirasakan oleh masyarakat Mabar.
“Dalam soal pariwisata sebagai industri nomor satu, kita (Manggarai Barat)mesti lebih siap. Rakyat harus menjadi pelaku, bukan menjadi penonton,” ujarnya kepada VoxNtt.com, Jumat (01/11/2019).
Menurut dia, ke depan di Mabar pariwisata menjadi industri. Industri ini harus bisa menghasilkan pundi- pundi pendapatan ekonomi.
Itu bisa mulai dari usaha bisnis penerbangan, porter di Bandara, usaha transportasi darat, warung makan atau restoran, dan usaha penginapan mulai dari kelas home stay sampai hotel.
Yos menjelaskan, dalam target pemerintah yang mendatangkan 500 ribu wisatawan di Labuan Bajo -Flores mesti dilihat sebagai peluang. Ini adalah “kue” besar pariwisata. Peluang ini mesti bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Untuk menikmatinya, kata dia, salah satu cara adalah mengkombinasi antara pariwisata dan pertanian.
“Kita manfaatkan wilayah Mabar yang luas 9.450 KM2 , yang terdiri dari laut 7.052,97 KM2 dan darat 2.947,50 KM2,” terang Ketua Himpunan Pemuda Mahasiswa Manggarai Barat (Hipmmabar) Jakarta itu.
Menurutnya, kepadatan penduduk 27,85 jiwa masih tergolong sedikit, jika dilihat berdasarkan luas daratan yang hampir mencapai 2.947,50 KM2.
Artinya, banyak lahan tidur yang mesti dimanfaatkan untuk pertanian. Gebrakan pembangunan sektor pertanian ini tentu saja harus didahului studi.
“Studi penting, agar kita tahu suhu atau kondisi tanahnya mau ditanam jenis pertanian apa. Kita libatkan para ahli-ahli pertanian,” pungkas Yos.
Ia kembali mengingatkan, kombinasi pariwisata dan pertanian harus dijalankan. Apalagi, mayoritas masyarakat Mabar adalah petani. Sebab itu, pemerintah harus mendorong petani agar naik kelas.
Bakal calon Bupati yang menawar konsep pemerataan “kue” pariwisata untuk semua itu menjelaskan, tugas pemerintah ke depan mesti mendorong pertanian cluster.
Dalam sistem ini, pemerintah wajib menentukan kecamatan mana yang khusus mengembangkan buah, sayur mayur, persawahan, serta peternakan. Kemudian, kecamatan mana yang khusus mengembangkan jenis tanaman petanian dan komoditi lainnya.
Pertanian cluster ini dilakukan agar petani naik kelas dari segi pendapatan dan menuju petani yang modern.
Harus Belajar dari Pariwisata Bali
Yos menyatakan, Pemerintah Kabupaten Mabar mesti belajar dari geliat pariwisata di Bali.
Menurut dia, pariwisata di Pulau Dewata sukses secara kuantitas karena bisa mendatangkan banyak wisatawan.
Umur pariwisata Bali pun yang tertua dari semua daerah pariwisata di Indonesia.
Data menunjukkan belum 100% kebutuhan sayur dan buah untuk hotel dan restoran di Bali diproduksi oleh orang lokal.
“Pasokan buah baru memenuhi 50%, sedangkan sayur 75%,” beber Yos.
“Sekali lagi kita belajar dari Bali dalam soal bagaimana kebutuhan hotel dan restoran dipasok oleh orang lokal Bali sendiri. Wilayah Manggarai Raya kita lebih luas dari wilayah Bali. Ini adalah peluang besar kalau kita mulai kerjakan,” sambung dia.
Jemput Perubahan
Yos mengatakan, kesempatan untuk menjemput perubahan harus dilakukan sekarang, mengingat penduduk Mabar masih sedikit kurang lebih 260 ribu.
Penduduk yang sedikit itu mestinya bisa meningkatkan pendapatan perkapita, sebab potensi daerah sangat besar.
Yos memembeberkan, data menunjukkan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB ) Mabar 2018 hanya 3,2 triliun.
Angka 3,2 triliun ini kalau dibagi ke-260 ribu penduduk, maka hanya Rp 12 juta per penduduk atau 850 dollar AS. Artinya, pendapatan per kapita Mabar baru 12 juta.
“Itulah mengapa masih dikategorikan termasuk daerah tertinggal di Indonesia, ini ironis. Nama Labuan Bajo yang mendunia belum memberikan dampak kesejahtraan untuk warganya,” tukas Yos.
Baca Juga: Resmi Daftar di PDIP Mabar, Yos Nggarang Ingin Kombinasikan Pariwisata dan Pertanian
Menurut kriteria intenasional, kata dia, kawasan dengan pendapatan per kapita di bawah 1.000 dollar AS termasuk daerah kemiskinan absolut.
Pendapata per kapita Mabar jauh lebih rendah dari rata- rata Vietnam. Artinya, Mabar lebih miskin dari kebanyakan warga Vietnam. Mabar termasuk dalam kelompok 20 negara termiskin dunia, seperti Ethiopia, Rwanda, Uganda, Togo, Liberia dan negara-negara Sub- Saharan lainnya.
Yos menambahkan, pendapatan per kapita Mabar hanya sekitar 21% dari pendapatan per kapita nasional (Indonesia).
Menurut dia, kondisi ini menunjukkan ketimpangan sosial antara penduduk dan antarwilayah sangat besar.
“Seiring perjalannya waktu ketimpangan ini tidak mengecil, tapi malah melebar. Karena pertumbuhan ekonomi Manggarai Barat selama 10 tahun terakhir rata- rata di bawah nasional. Sehingga ketimpangan ekonomi Manggarai Barat dan Indonesia (nasional) semakin melebar,” terang Yos.
Oleh karena itu, menurut dia Pemerintah Kabupaten Mabar ke depan harus dapat meningkatkan kesejahtraan rakyatnya agar keluar dari kemiskinan absolut.
Pemkab Mabar harus memperkecil ketimpangan sosial antara daerah dan nasional.
Pertumbuhan ekonomi Mabar harus cukup tinggi, jauh melampui pertumbuhan ekonomi nasional.
Setida-tidaknya pertumbuhan ekonomi Mabar harus diupayakan dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan begitu, maka pemerataan pendapatan antardaerah tidak hanya menjadi slogan belaka.
Dikatakan, kalau dilihat struktur ekonomi, Mabar termasuk sangat primitif sebagaimana umumnya perekonomian negara miskin.
Data ekonomi 2018 menunjukkan, kontribusi dari sektor primer pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi 42,14 %.
“Sangat besar sekali. Sedangkan sektor pengolahan industri hanya 0,44% saja,” tandasnya.
Yos mengatakan, Mabar dengan Pulau Komodo yang unik dan pantai Labuan Bajo yang terkenal indah di dunia diharapkan dapat menjadi andalan ekonomi daerah. Potensi alam itu harus dapat menarik wisatawan domestik maupun internasional.
Namun faktanya lanjut dia, sangat menyedihkan. Kontribusi sektor wisata terhadap ekonomi daerah masih sangat rendah.
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum hanya 0,77% dari ekonomi daerah. Angka ini tentu saja sangat rendah untuk sebuah daerah pariwisata. Angka yang rendah ini tentu nilai tambah untuk menopang ekonomi daerah juga rendah.
Apalagi, hanya Mabar beruntung mendapat perhatian Pemerintah Pusat sangat besar. Itu terutama untuk Labuan Bajo ibu kota Mabar.
Baca Juga: Setelah PDIP, Yos Nggarang Daftar di Demokrat
“Anggaran APBN digelontorkan untuk pembangunan infrastruktur. Itu semua untuk menopang pariwisata Labuan Bajo yang sudah dicanangkan untuk menjadi 10 Bali Baru,” jelas Yos.
Dia berharap, alokasi APBN yang begitu besar harus dinikmati masyarakat lokal. Pembangunan infrastruktur harus terkoneksi tidak hanya dengan daerah tujuan destinasi wisata, tetapi juga ke daerah yang dicanangkan untuk wilayah pertanian.
Sebab bagi dia, pertanian tanpa didukung oleh infrastruktur bakal mustahil bisa berjalan.
“Diharapkan gelontoran dana dari pusat itu tidak hanya menyasar jalan menuju destinasi wisata atau jalan menuju hotel- hotel berbintang di Labuan Bajo yang dimiliki segelintir pemodal dan membawa efek pada keuntungan segelintir orang, juga berefek harga spekulan tanah yang semakin naik yang tidak wajar,” katanya.
Baca Juga: Manfaat Pariwisata Harus Bisa Dirasakan Semua Masyarakat
“Tentu kita berharap APBN dan APBD yang digelontorkan harus dinikmati oleh 260 ribu penduduk Manggarai Barat. Dengan begitu kue pariwisata dinikamti oleh semua masyarakat lokal,” tutup Yos.
Penulis: Ardy Abba