Ende, Vox NTT-Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek pembangunan patung Marilonga dan Bharanuri di Kabupaten Ende, NTT memberi klarifikasi atas polemik masyarakat.
Polemik itu muncul terutama pada fisik patung Marilonga yang dibangun di simpang tiga Kelurahan Rewarangga, Kecamatan Ende Timur.
Masyarakat menilai, patung tersebut tak menunjuk sosok Marilonga sesungguhnya. Bahkan, dianggap sangat kecil dan memalukan.
Komentar-komentar miring itu menjadi viral di media sosial. Dari penelusuran VoxNtt.com, mayoritas masyarakat menolak keberadaan patung yang baru dibangun tersebut.
Mereka menyebut, tak ada sikap keperkasaan pada patung itu. Justru, sosok pahlawan daerah lebih melekat pada patung sebelumnya.
Karena polemik terus berselancar di media sosial, pemerintah bersama rekanan berinisiatif menurunkan patung Marilonga.
Maria Yasinta W. Sare, PPK pada Dinas PUPR mengakui proyek tersebut belum dilakukan Serah Terima Pertama atau Provisional Hand Over (PHO).
Meski secara fisik telah rampung, kata Yasinta, pemerintah belum bisa menerima. Sebab, ukuran patung tidak sesuai dengan ruang taman.
“Ya, kita bersama pihak rekanan sepakat (patung Marilonga) diturunkan untuk diperbaiki,” kata Yasinta di ruang kerjanya, Rabu (08/01/2020) siang.
Terkait persoalan itu, jelas dia, sudah diketahui oleh Kadis PUPR Fransiskus Lewang dan Bupati Ende H. Djafar H. Achmad.
“Ya, perbaikan selama tambahan waktu ini. Kita sudah sepakati itu,” ucap dia.
Tentang Sosok Marilonga
Yasinta menerangkan, sejak awal proses perencanaan proyek tersebut, pemerintah telah meminta sejumlah masukan dan saran. Termasuk keluarga turunan Marilonga maupun turunan Bharanuri.
Dari pihak keluarga, jelas Yasinta, sosok Marilonga tak serupa patung sebelumnya. Justru, oleh keluarga rupa Marilonga mirip foto yang diarsipkan oleh Pemerintahan Belanda.
Keluarga, lanjut dia, menginginkan patung Marilonga dibangun sesuai rupa sedia kala. Bukan seperti patung sebelumnya.
“Jadi, dari awal kita sudah minta tanggapan keluarga. Dan mereka setuju patung sebelumya dibongkar dan dibangun ulang seperti saat ini. Dulu Marilonga memegang busur dan panah. Seperti dalam sketsa itu,” terang Yasinta.
Ia menyatakan, pihaknya tidak berkeberatan atas bentuk patung yang dibangun oleh CV. Elischa Jaya tersebut. Hanya ukuran yang kurang sesuai serta perlu ditambahkan pada beberapa bagian.
“Ya, kan ada sketsanya sebagai gambaran awal. Mungkin si pematung ini yang belum bisa menterjemahkan. Jadi, kalau bentuknya memang seperti itu. Hanya ukuran ini, jujur kami belum bisa menerimanya,” kata dia.
Untuk diketahui, pemerintah telah menganggarkan Rp 250 Juta untuk pembangunan dua patung tersebut. Dari jumlah itu, pemerintah baru mencairkan uang muka sebesar 30 persen.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba