Kupang, Vox NTT-Natal dan Tahun bersama sudah menjadi rutinitas tahunan bagi segenap etnis asal NTT yang berdomisili di Kota Kupang.
Acara ini digelar untuk merekatkan tali persaudaraan antar sesama anggota komunitas yang tergabung dalam berbagai kecamatan maupun ikatan yang lebih besar seperti ikatan keluarga tingkat kabupaten.
BACA JUGA: Etnik Alor Bakal Gelar Natal dan Tahun Baru Bersama di Kupang, Begini Konsep Acaranya
Namun dari berbagai acara yang telah digelar, ada yang unik sebagaimana ditampilkan dalam acara Natal dan Tahun Baru bersama Ikatan Keluarga Pocoranaka Timur (IKAPORATIM) Kupang. Pocoranaka Timur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur, NTT.
Dengan topografi yang berbukit-bukit dengan ketinggian sekitar 1.100-1.300 meter di atas permukaan laut ini, daerah ini sangat ideal untuk budidaya kopi. Tak heran jika, kopi asal Pocoranaka Timur khususnya dari daerah Colol sudah dikenal di kancah nasional dan maupun internasional dengan kualitas kopi terbaik.
Prestasi kopi asal daerah ini memang tidak diragukan lagi. Selain sebagai salah satu daerah produksi kopi terbesar di NTT, pada tahun 2015 lalu, kopi jenis arabika dan robusta asal Colol dinobatkan sebagai kopi terbaik Indonesia.
Kopi ini berhasil menggeser peringkat kopi Jambi dalam kontes kopi spesialti Indonesia yang berlangsung di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada 10-14 November 2015 lalu.
Kontes ini diselenggarakan oleh Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember. Hasilnya, kopi Colol berhasil meraih juara dengan nilai 84,32 point.
Tak hanya berhenti di level nasional, kopi Manggarai asal Colol-Pocoranaka Timur juga meraih penghargaan dalam ajang AVPA Gourmet Product di Paris, 23 Oktober 2018.
Dalam ajang ini, kopi dengan label Papaku Manggarai meraih kategori gold gourmet.
Jika menilik ke belakang lagi, kualitas kopi Colol sudah diakui sejak zaman pemerintah kolonial Belanda.
Tahun 1937, Belanda menggelar sayembara penanaman kopi yang disebut ”Pertandingan Keboen”. Sayembara itu sejalan dengan kebijakan Raja Manggarai saat itu, Alexander Baruk (1931-1945). Baruk gencar mengenalkan budidaya padi dan tanaman perkebunan kepada rakyatnya.
Melalui seleksi sangat ketat, seorang petani Colol bernama Bernadus Odjong keluar sebagai pemenang ”Pertandingan Keboen” itu. Ia dihadiahi bendera tiga warna, berukuran 160 sentimeter x 200 sentimeter. Benda itu kini tersimpan dalam wadah bambu khusus di rumah Aloysius Lesin (48) di Kampung Biting, Desa Uluwae, Colol.
Itulah sekilas tentang daerah Pocoranaka Timur di Manggarai Timur. Keunggulan kopi dari daerah ini juga telah menghantarkan ribuan anak mendapatkan gelar sarjana baik yang berkuliah di Kota Kupang maupun di Makassar maupun Jawa.
Di Kota Kupang, orang tua asal Pocoranaka Timur tersebar di berbagai institusi pemerintahan, swasta maupun pendidikan. Ada yang bekerja sebagai birokrat, politisi, akademis, buruh swasta dan pengusaha.
Pendidikan Kultural bagi Anak
Meski telah bertahun-tahun tinggal di Kota Karang, namun orang tua Manggarai asal Pocoranaka Timur tidak melupakan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan nenek moyang orang Manggarai.
Salah satu usaha untuk terus melestarikan nilai-nilai tersebut ialah memberi peran kepada anak-anak mereka untuk membawa acara Natal dan Tahun Baru bersama.
“Anak-anak kami lahir dan besar di Kupang. Dengan kondisi lingkungan dan pergaulan beragam, mereka kerap lupa dengan adat dan budaya Manggarai. Karena itu, kami sepakat untuk memberi peran kepada mereka khususnya membawakan acara adat,” kata Hendrik Harum, ketua panitia kepada VoxNtt.com, Jumat (17/01/2020) malam.
Adapun peran yang dibawakan anak-anak tersebut ialah kepok tiba (upacara penjemputan tamu) yang dibawakan Lavio Ancis, anak dari bapak Domi Ancis.
Selain itu ada Areng Aben dan Ben Uras yang membawakan kepok tiba Pastor (upacara penjemputan pastor yang memimpin misa syukur). Areng adalah anak dari bapak Vinsen Aben dan Ben, anak dari bapak Marsel Uras. Sementara kepok persembahan dibawakan oleh Ano Mon, anak dari bapak Ino Mon.
Selain menjadi penutur utama acara adat, ada Elma Jonison dan Karin Pajur yang menjadi MC berbahasa Manggarai. Elma adalah anak dari bapak Adrianus Jonison dan Karin adalah anak dari bapak Bernadus Pajur.
Konsep acara ini, mendapat pujian dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Alo Sukardan yang memberikan sambutan mewakili ketua Ikatan Keluarga Manggarai Raya (IKMR) Kupang.
“Salah satu yang membuat saya berkesan dari acara ini ketika anak-anak orang tua Permaporatim diberi tugas untuk menjadi penutur adat. Ini merupakan pendidikan kultural yang harus tetap dilanjutkan dan perlu diikuti,” tutur dosen Fakultas Hukum Undana sekaligus eks komisaris Bank NTT ini.
Pujian juga datang dari ketua IKMR Kupang, Martinus Nahas.
“Ini yang unik dari keluarga Ikaporatim Kupang. Natal dan Tahun baru tidak hanya diisi dengan nyanyi-nyanyi dan goyang bersama, tetapi juga ada nilai budaya yang diwariskan,” puji Martinus Nahas.
Sementara Domi Ancis, ketua Ikaporatim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya panitia yang sudah mempersiapkan acara ini dengan baik selama kurang lebih tiga minggu terakhir.
“Agenda syukuran dengan konsep seperti kita pertahankan terus dan menjadi acara tahunan di Ikaporatim,” ungkapnya.
Acara ini juga dimeriahkan dengan kor dari Perhimpunan Mahasiswa Pocoranaka Timur (Permaporatim) Kupang dengan lagu bermotif daerah Manggarai.
Para mahasiswa berhasil menyanyikan berbagai lagu dengan semangat dan penghayatan.
“Kami sangat puas. Latihan dan persiapan selama tiga minggu terakhir tidak sia-sia,” ungkap Aris Sutarto, pelatih kor mahasiswa. (VoN)