Ruteng, Vox NTT – Pilkada Manggarai mulai memanas. Meskipun masih menyisakan tanda tanya.
Sebab, sampai hari ini belum semua partai menegaskan arah dukungannya.
NasDem, PAN dan PDIP sudah memiliki arah dukungan, kendati belum ada SK resmi dari partai untuk mengusung paslon tertentu. Sementara partai-partai lain tampak sedang melihat dinamika yang ada.
Situasi ini memberi ruang munculnya berbagai spekulasi, entah itu arah dukungan atau munculnya nama-nama baru yang akan mengejutkan di tengah beredarnya nama-nama yang sudah ada.
Sebut saja rumor di salah satu akun Facebook yang menyebut Golkar akan mengusung Osi Gandut dan Jefrin Haryanto.
Pasangan dengan perpaduan geneologis Langke Rembong – Satarmese, politisi -birokrat dan sama-sama masih muda.
VoxNtt.com kemudian mewawancarai Jefrin Haryanto perihal rumor ini.
Jefrin mengaku sangat terganggu dengan informasi yang beredar tersebut.
“Banyak yang mengontak saya untuk memastikan rumor tersebut,” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Kamis (23/01/2020).
Menurut Jefrin, 1000 persen informasi itu hoaks. Sebab ia mengakui kini masa advennya Pilkada Manggarai.
Dalam ketidakpastian seperti ini, kabar bohong bisa manjur untuk dikunyah.
Terkait beredarnya nama dalam radar Pilkada, Jefrin menjelaskan kemungkinan ada media yang menangkap pertemuan antara dirinya dengan beberapa orang partai di salah satu rumah makan beberapa waktu lalu.
Jefrin menjelaskan, pertemuan itu sebenarnya dengan tim survei partai yang lagi rekon data survei dengan Yayasan Mariamoe Peduli (YMP) selaku pelaksana operasional lapangan.
“Jadi itu ada beberapa orang partai dari Jakarta, bahkan dari 3 atau 4 partai waktu itu yang menggunakan YMP sebagai local expert-nya. Jadi ada pertemuan ia, tapi bukan bicara kandidasasi tapi rekon hasil survei,” katanya.
Ia berharal agar penjelasan ini bisa mencerahkan. Jadi sebenarnya pihaknya bekerja untuk requestnya banyak partai, bukan hanya salah satu partai.
Ketika ditanya bagaimana hasil survey para kandidat yang ada, Jefrin menjelaskan bahwa hak publikasi ada pada partai masing-masing. Sebab, pihaknya tidak punya mandat untuk itu.
Tapi trendnya partai-partai akan lebih pragmatis, cenderung mendukung kandidat yang berpeluang menangnya besar.
“Partai rata-rata mau ambil kandiddat kalau surveinya di atas 7 Atau 8 persen di 3 – 6 bulan menuju pilkada. Kalau angkanya di bawah itu, sepertinya akan sulit partai berpsekulasi, kecuali ada sesuatu yang luar biasa terjadi,” ujarnya.
Penulis: Pepy Kurniawan
Edittor: Ardy Abba