Ruteng, Vox NTT – Sejak tahun 2017 sampai September 2019, penghasilan program Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi (Simantri) di Kabupaten Manggarai sebesar Rp 20.666.644.000.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Yoseph Mantara menjelaskan penghasilan tersebut berdasarkan hasil penjualan para petani yang tergabung dalam kelompok Simantri.
Sementara biaya investasi yang digunakan untuk proram ini sejak tahun 2017 sampai tahun 2019 sebesar Rp 31.194.433.965.
Jumlah in kata dia, terdiri dari dua jenis bantuan yakni permanen sebesar Rp 20.471.413.430 dan non permanen sebesar Rp 10.723.020.535.
Anggaran itu, lanjut Mantara, dikelola oleh tiga lembaga pemerintahan yakni Dinas Pertanian, Peternakan dan PUPR.
Dikatakan bahwa uang dari penghasilan Simantri tersebut bukan untuk dikembalikan ke pemerintah, tetapi untuk petani itu sendiri. Sebab program ini bersifat bantuan.
“Kalau kita analisa, investasi non permanen dan permanen sudah setengahnya dikembalikan,” ungkap Kadis Mantara saat ditemui VoxNtt.com di ruang kerjanya, Senin (03/02/2020).
Mantara mengaku akan mengurangi jumlah investasi program Simantri yang diberikan kepada masyarakat ke depannya.
Sebab, pihaknya berencana akan memaksimalkan kelompok Simantri yang sudah terbentuk.
“Tidak berhenti programnya, hanya berencana kurangi pembentukan kelompok Simantri. Karena mau fokus pendampingan kepada kelompok yang sudah ada. Tapi tidak menutup kemungkinan akan ada penambahan kelompok lagi kalau memang dibutuhkan oleh masyarakat dan kami pasti melihat kesiapan mereka,” katanya.
“Kami akan kurangi secara perlahan sambil mendorong anggota kelompok untuk mandiri. Kalau mereka sudah mandiri nantinya baru kami hentikan bantuan dari pemerintah, biarkan mereka yang kelolah sendiri,” sambung dia.
Dikatakan, biaya investasi yang diberikan tersebar di 30 kelompok Simantri pada 9 kecamatan di Kabupaten Manggarai.
Kesembilan kecamatan itu yakni, Langke Rembong 5 kelompok, Ruteng 5 kelompok, Rahong Utara 2 kelompok, dan Lelak 3 kelompok.
Selain itu, Cibal 5 kelompok, Wae Ri’i 4 kelompok, Cibal Barat 1 kelompok, Satarmese 4 lelompok dan Satarmese Utara 1 kelompok.
Sementara kecamatan yang belum masuk program Simantri yakni Satarmese Barat, Reok dan Reok Barat.
“Itu karena alasan klimatologinya, kita melihat potensi di setiap wilayah. Tidak mungkin membentuk kelompok Simantri di tempat yang tidak berpotensi sesuai dengan tujuan program,” kata Mantara.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba