Ruteng, Vox NTT- Diskursus kualitas proyek jalan yang buruk di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) hingga kini menuai banyak sorotan.
Arus kritikan kepada Pemkab Matim dan kontraktor pun kian membias bak air bah.
Salah satu sorotan tajam datang dari mulut Ketua DPC Hanura Kabupaten Matim Frumensius Fredrik Anam.
Mensi Anam bahkan tak tanggung-tanggung menyebut persoalan pengerjaan proyek jalan yang berkualitas buruk di Matim layak disebut penyakit endemik.
Pernyataan keras Mensi bukan tanpa alasan. Ia menilai proyek jalan berkualitas buruk hampir terjadi di semua kecamatan. Bahkan mungkin di setiap lokasi pengerjaan.
Dia menilai persoalan buruknya kualitas proyek jalan berulang kali terjadi setiap tahun di kabupaten ujung timur Manggarai itu. Boleh jadi, lanjut dia, sejak Matim ada hingga kini.
“Karena peristiwanya berulang kali bertahun-tahun dan hanya terjadi di Kabupaten Manggarai Timur, maka amat sedikit beralasan bila kualitas pengerjaan jalan divonis sebagai penyakit endemik,” terang Mensi dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Rabu (19/02/2020).
“Kualitas pengerjaan jalan yang buruk amat gampang dijumpai. Begitu terang secara visual, termasuk mata awam sang buta teknis pun bisa menerawang dengan gampang melihat kerusakan tersebut,” sambung pria asal Kecamatan Lamba Leda itu.
Tahun terakhir, sebut dia, paling ramai adalah pengerjaan jalan Lapen di Kecamatan Lamba Leda. Bahkan sempat menjadi viral karena kualitasnya begitu buruk.
Sedangkan terkini, terjadi di Kecamatan Kota Komba. Menggunakan lensa foto amatir yang paling buruk pun, tetap terang dan gampang mengidentifikasi kerusakannya.
Mensi kembali mengingatkan, kondisi ini penting dikatakan endemik agar penuntasannya juga serius dan melibatkan semua elemen masyarakat.
“Pertanyaannya bagaimana bisa endemik? Bagaimana mengatasi endemik?” tanya Mensi.
Dua pertanyaan penuntun tersebut kemudian dijelaskan Mensi, pertama, kesalahan ini dari hulu hingga hilir. Kesalahannya hampir di semua tahapan dan terjadi berulang-ulang.
Setiap tahapan pun tidak mengandalkan sistem atau aturan. Tetapi mengandalkan hubungan personal.
Sistem atau aturan dikalahkan oleh manusia dan oleh hubungan personal. Sistem atau aturan pengerjaan proyek fisik juga dikalahkan oleh hubungan personal antarkepentingan pihak-pihak terkait.
Sistem perencanaan, pelelangan, pengerjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban dikalahkan oleh relasi personal.
“Itu masalahnya mengapa menjadi penyakit endemik,” terang dia.
Kedua, penyakit endemik tersebut hanya diatasi dengan memastikan pembangunan fisik jalan raya harus dipimpin oleh sistem atau aturan.
Semua elemen terkait, seperti Dinas PUPR, ULP, kontraktor, konsultan perencana, dan konsultan pengawas harus taat sistem, asas, dan aturan.
“Jangan sebaliknya, sistem taat ke organ. Dan juga Kontraktor, konsultan perencana dan konsultan pengawas jangan taat ke PUPR dan ULP. Tak usah taat antarelemen. Sekali lagi ke semuanya harus taat pada sistem,” pungkas Mensi.
Bila taat sistem, Mensi memastikan hubungan antarpersonal menjadi profesional dan tidak subyektif dan pasti tidak akan ada masalah.
Selama ini, sebut dia, sudah melanggar sistem perencanaan, pengerjaan, pengawasan.
Di dalam sistem ada begitu banyak aturan yang diatur secara rigid. Sebab itu, biarlah sistem menjadi panglima bagi semua elemen terkait. Kemudian, sistem harus menang melawan hubungan personal.
Karena itu, Mensi berharap Bupati dan Wakil Bupati Matim mesti “turun gunung” untuk menyelesaikan secara komprehensif masalah proyek jalan berkualitas buruk.
“Karena tadi menjadi penyakit endemik, maka buatlah gerakan Matim berkualitas. Ajak semua elemen daerah, ajak semua komponen terkait. Bangun komitmen dengan kontraktor untuk menghadirkan pengerjaan fisik yang berkualitas. Pastikan Penyakit endemik ini hanya ada di tahun 2019,” tegasnya.
Ia menambahkan, gerakan Matim berkualitas ini tidak hanya dalam pengerjaan proyek jalan, tetapi juga pada semua program pembangunan di bawah kepemerintahan pasangan Agas Andreas dan Jaghur Stefanus (Paket ASET).
Mensi berkeyakinan perkataan dan tindakan Bupati Agas Andreas dan Wakil Bupati Jaghur Stefanus atas persoalan ini menjadi jalan keluar dan bisa diatasi dengan baik.
“Secepatnya, sekarang juga, jangan ditunda lagi karena sebentar lagi tahapan lanjut untuk pengerjaan proyek fisik tahun 2020 mulai dieksekusi,” pinta Mensi.
“Saya percaya ASET punya komitmen untuk membangun kabupaten ini dengan baik penuh kualitas. Tidak asal jadi. Saya percaya ASET bisa. Bravo Matim,” tutup dia.
Penulis: Ardy Abba