Borong, Vox NTT-Hama belalang dan ulat grayak menyerang 328,7 hektare lahan pertanian di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi NTT.
Hal itu berdasarkan data sementara yang dihimpun Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur. Kepala Dinas Pertanian Yohanes Sentis, Kamis (27/02/2020), menjelaskan data luas lahan tersebut tersebar di lima kecamatan.
Yang paling banyak, terang Kadis Sentis, yakni di Kelurahan Tanah Rata sebanyak 62 hektare terkena serangan hama belalang Kumbara, dan yang paling banyak diserang hama ulayat grayak di Desa Compang Ndejing sebanyak 63 hektare.
Dia juga memaparkan luas lahan yang terserang hama di setiap kecamatan yakni Kecamatan Kota Komba yaitu Kelurahan Watu Nggene diserang hama Belalang Kumbara 11 hektare, Desa Komba 16 hektare, Desa Bamo 40 hektare, Keluarahan Tanah Rata 62 hektare, Desa Ruan 7 hektare.
Kecamatan Borong tanaman pertanian yang diserang hama ulat grayak di Kelurahan Kota Ndora 5 haktare, Desa Nanga Labang 3 hektare, Kelurahan Rana Loba 7 hektarr, Desa Compang Ndejing 63 hektare, dan Kelurahan Satar Peot 12 hektare.
Kecamatan Lamba Leda lahan pertanian yang diserang hama, belalang kumbara yakni Desa Satar Punda 6 hektare dan Satar Kampas 17 hektare.
Kecamatan Rana Mese, lahan pertanian yang diserang hama ulat grayak di Desa Watu Mori 62 hektare. Sedangkan di Kecamatan Elar, Desa Golo Lijun terserang hama ulat grayak 17 hektare.
Mantan Kadis Perikanan ini juga menjelaskan selain tanaman pertanian yang diserang yakni daun lontar, tetumbuhan, juga rerumputan yang berada di dalam tanaman.
“Yang paling banyak diserang adalah tanaman Jagung dan padi,” ujarnya.
Solusi yang dibuat selama ini jelas dia, yakni melakukan penyemprotan di lahan masyarakat yang belum terkena dan juga yang sudah terkena serangan hama.
“Kita pakai obat pastisida bantuan dari Kementerian dan juga UPTD Dinas Pertanian Provinsi. Selain itu kita melakukan penyuluhan dan bimbingan teknis yang dibantu tenaga lapangan,” tukasnya.
Selain itu pihaknya sudah berupaya untuk melakukan penyemprotan hama belalang di daerah padang. Namun, upaya itu dilarang olah warga lantaran warga secara liar melepaskan ternak.
Padahal kata Kadis Sentus, penyemprotan di wilayah padang sangat penting dilakukan karena mereka (hama) bertelur di lokasi tersebut.
“Ada upaya dari kita untuk lakukan penyemprot di lokasi tempat mereka hidup di Padang Mausui pada malam hari namun dilarang warga karena ada banyak ternak yang dibiarkan lepas di padang, ini menjadi kendala kita,” katanya.
Menurutnya, polulasi hama belalang saat ini sangat meningkat di daerah padang. Bahkan, hama belalang saat memakan tanaman tidak hanya 5 sampai 10 ekor tetapi ribuan ekor hingga merusak seluruh tanaman milik warga.
Saat ini kata dia, hama belalang sudah masuk di daerah Liang Bala Kelurahan Kota Ndora.
“Kita berharap hama tersebut hanya sampai di situ, karena kalau mereka sampai lanjut ke Borong, Satar Peot, Compang Ndejing, Bangka Kantar, Watu Mori, Gurung Liwut makan ribuan hektar tanaman jagung, pasti akan habis,” katanya.
“Kita berdoa dan berharap agar mereka tidak sampai menyeberang hingga ke Borong dan Kecamatan Rana Mese karena di sana jagung sangat banyak,” tambahnya.
Dia juga mengatakan tanaman yang diserang hama umumnya sudah berumur 35 sampai 40 hari. Tanaman tersebut dengan sendirinya gagal bunga dan harus ditanam ulang, itu juga kalau cuaca baik.
Sebelumnya, ribuan hama belalang menyerbu tanaman berupa jagung dan padi di dua wilayah di Manggarai Timur yakni Desa Bamo dan Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba.
Pantauan VoxNtt.com, Jumat, 21 Februari lalu, di Kampung Muting, Pupung, Nanga Rawa Desa Bamo, tampak ribuan pohon jagung dan padi dihinggapi ribuan belalang.
Akibatnya, batang dan daun jagung atau pun padi yang baru berusia satu sampai dua bulan rusak bahkan mati.
Lukas Juma, warga Kampung Pupung Desa Bamo menjelaskan peristiwa itu sudah terjadi sejak bulan Januari lalu.
“Kita di sini sudah terlambat hujan tamba lagi dengan hama ini. Ini sudah dua kali kami mengalami peristiwa seperti ini pak,” keluh Lukas saat ditemui VoxNtt.com di kediamannya.
Diakuinya beberapa warga sudah berusaha untuk membasmi hama tersebut dengan menggunakan obat kimia.
Namun, usaha itu sia-sia. Hama belalang justru kian bertambah dan terus menyerang tanaman warga.
“Sudah coba pake semprot memang ada yang mati tetapi kami heran justru ada lagi bahkan tamba hanyak,” ujar pria yang kerap disapa Juma itu.
Dia juga mengatakan sudah lebih dari sekali melakukan penanaman ulang di lokasi yang diserang hama. Namun, tragisnya baru dua minggu usia tanaman langsung diserang hama.
“Kalau yang baru tumbuh itu cepat sekali diserang. Tetapi dari dinas belum ada yang datang cek ke sini,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Patrisius Bombang warga desa Bamo. Dirinya mengaku pasrah dengan peristiwa yang dialaminya itu.
“Kita tidak ada harapan lagi pak, kita hanya bisa berdoa dan berharap agar peristiwa ini segera berakhir. Saya bahkan sudah putus asa,” ucapnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba