Borong, Vox NTT-Bila terbukti mengusir siswa, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Manggarai Timur (Matim) menegaskan tidak akan tolerasi terhadap oknum guru.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas PPO Matim Basilius Teto saat diwawancara awak media terkait dugaan pengusiran sejumlah siswa di SMPN 2 Poco Ranaka, Bea Muring, Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur di Kopdit Abdi Manggarai Timur, Rabu (18/03/2020).
Sejumlah peserta didik menengah pertama itu diusir lantaran diduga belum melunaskan uang komite/sekolah.
“Soal kejadian itu saya cek dulu. Tapi yang pasti kalau ada guru yang usir murid karena misalnya uang sekolah tidak di bayar, kami tentu tidak akan tolerir,” tegas Basilius.
Sebenarnya menurut mantan Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Matim itu, uang sekolah sudah tidak ada. Tetapi mingkin dana komite.
“Paling lambat esok kita akan cek sekolah itu. Apakah tidak ada cara lain?. Anak-anak tidak boleh tertekan seperti itu,” tegas Kadis Basilius.
Menurutnya, saat ini Pemkab Matim dalam masa kepemimpinan Agas Andreas dan Jaghur Stefanus tengah menerapkan konsep sekolah bahagia bagi anak-anak di kabupaten yang dimekarkan pada 2007 silam itu.
Dikatakannya, guru mesti memiliki cara lain untuk mensiasati hal tersebut tanpa mengusir para peserta didik dari sekolah
“Jangan korbankan anak. Itu prinsip kita tidak boleh korbankan anak. Kita cek lapangan dulu. Kalau benar itu, maka yang pasti kita akan berikan tindakan sesuai dengan aturan yang berlaku,” imbuhnya.
Sebelumnya, seorang siswa di sekolah yang eggan namanya disebutkan menuturkan, suatu pagi sebelum masuk kelas, para guru menyuruh berbaris. Bahkan mereka diperlakukan berbeda yang sudah dan belum melunaskan uang sekolah.
“Kami yang belum lunas disuruh pulang rumah dan tidak bisa ikut ujian mid semester 2. Kalian tidak bisa ikut ujian. Kalau sudah ada uang baru datang sekolah,” ujar siswa itu menirukan perkataan guru yang mengusir mereka.
Ia menuturkan, siswa-siswi yang diusir itu adalah mereka yang belum membayar uang sekolah sampai dengan Rp 350.000. Di bawah besaran uang yang ditentukan itu, semuanya disuruh pulang rumah dan tidak bisa ikut ujian.
“Kami sekitar 40 lebih yang disuruh pulang. Yang sudah bayar uang sekolah sampai Rp 300 ribu tadi dipaksakan ikut. Hanya harus bayar Rp 50 ribu esok,” tuturnya.
“Guru yang usir kami tadi bilang, bo kalian dapat ilmu, kami tidak dapat uang,” sambungnya.
Ia pun enggan menyebut nama-nama guru yang mengusir mereka dari sekolah.
Hingga berita ini diturunkan Kepala SMPN 2 Poco Ranaka, belum berhasil dikonfirmasi.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba