Pada Mata Sabda
Mata sabda memanah-manah
mencari yang tak dicari
melihat yang tak terlihat
merangkul yang tak menyatu
pada lereng bukit dan pucuk gunung
pada hulu sungai dan mulut samudera
pada dahaga padang dan kesejukan telaga
pada timur benderang dan barat yang kelabu
pada keramaian kota dan keheningan lembah
pada gemilang mentari dan sayup wajah rembulan
pada sorak pemenang dan keluh yang tak beruntung
pada permulaan dan penghujung jejak segala ziarah
pada jagat raya dan mega langit
pada segala yang tampak dan tak terjamah indera
pada segala yang merayap dan meriap
pada segala yang tak tersimpul kata-kata ini
pada mata sabda
tak ada yang tak terbilang lagi.
Puncak Scalabrini, Januari 2020
Bertandang ke Kampung Halaman
Bertandang ke kampung halaman
aku disambut hamparan rumput hijau
dan sawah yang menguning
berpuluh kenangan menari
di atas pohon kemiri dan kopi
disaksikan matahari yang bertengger
di atas bukit kecil
Bertandang ke kampung halaman
kujumpai wajah-wajah yang berubah rupa
atap rumah yang berkarat
dinding kapela yang kusam
dan gedung sekolah yang menua:
masa bergulir tanpa kompromi
Bertandang ke kampung halaman
aku dijamu makan dan minum
yang itu-itu juga
tak ada yang luar biasa
tapi aku bersyukur pernah hidup dari sana
Bertandang ke kampung halaman
kudapati bibir-bibir lugu
lafalkan ayat-ayat kerinduan akan masa yang berubah
saat hidup ini menjadi sumber kenikmatan satu-satunya
saat alpa resah dan keluh anak-anak di rumah.
Ada berita apa di kota, den?
Lembah Karmel, Januari 2020
Kemarau
Kemarau tak kunjung purna
burung-burung parau berkicau
daun kemuning sibuk mengatur sisa nafas
pepohonan tua memikirkan perkara masa depan anakannya
tanah membayangkan suatu masa yang mesra
dengan butir-butir hujan
Kemarau tak hendak usai
sungai tiada basah
bunga tulip tak lekas tersenyum
pucuk daun lontar enggan merekah
wajah mentari kian mengerut
bunga-bunga api menyulut-nyulut
musnah segala yang meriap
di seantero jenggala
Kemarau tak lekas selesai
kita tengok anak-anak manusia
impikan masa depan cerah tanpa duka
sambil meredam rengekan perut yang rindu nasi
orangtua sibuk memuja dewanya.
Lembah Karmel, Januari 2020.
Sajak tentang Hujan
Hujan membasahi lembah kersang
membangkitkan mimpi yang sedang tidur
di atas daun yang nyaris kehabisan nafas
dahan-dahan kering
dan hutan yang cemberut
Hujan terjun di bawah kolong langit kelabu
menyapa tanah yang menganga
sawah yang mengering
dan ladang yang kusam
Hujan menyusuri perkampungan manusia
anak-anak petani melantunkan nyanyian tua
sambil menanti air menggenangi muka rumah
dan gunung melukis pelangi pada lembaran langit biru
Hujan turun sepanjang hari
menyegarkan padang dahaga
meniduri bumi yang perawan
melahirkan harapan dan senyuman yang abadi.
Lembah Karmel, Januari 2020
SURAT
Tuhan…
malam tak ingin melepasku dari lelap
dan pagi enggan menjamuku
dalam hening
tuk bersua binar surya
meski awan menitipkanya bagiku
embun pun kini menyangkal gelagapku
kala melihat ujung rambutku
dari balik dosa menggunung
Tuhan, sampaikan inginku pada malam
aku hendak pergi mencari terang
rayulah jua pagi-Mu
agar aku dapat mengecup lidah binar mentari
kembalikan lagi ingatan embun yang tak mengenal
rupaku
ajak pula dosaku tuk berhenti membayangi jiwa
biar lidah ini kelak tak perlu lelah
lafalkan ayat-ayat maaf
sepanjang jenjang kumenyangkal-Mu.
Puncak Scalabrini, September 2017
AMPUN
Sepanjang jalan telah kulacuri debu
sejauh ziarah telah kutelanjangi sahara
hingga kutemui jiwa retak
getir berteriak:
“mea maxima qulpa….“.
Jangan abaikan penyesalan ini, Tuhan
agar aku tidak terlanjur asing bagi-Mu
kala kutemui Engkau
di penghujung kisah.
Puncak Scalabrini, September 2017
BIODATA PENULIS
Petrus Nandi, lahir di Pantar-Manggarai Timur-Flores pada 30 Juli 1997. Puisi-puisinya pernah dimuat pada media-media masa seperti Pos Kupang, Flores Pos, Flores Sastra, Lontar Pos, Nalar Politik, dan beberapa buku antologi Puisi. Saat ini ia menetap di Biara Scalabrinian dan menjadi mahasiswa aktif di STFK Ledalero. Petrus dapat dihubungi lewat surel: petrusnandi18@gmail.com; WhatsApp: 081237080773; alamat Facebook: @Petrus Nandi.