Labuan Bajo, Vox NTT- Anggota DPR RI Fraksi PDIP Andreas Hugo Pareira (AHP) mempertanyakan bagaimana dengan pendidikan nasional di Indonesia.
Pertanyaan penuntun ini sebagai awal catatannya pada di Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020.
AHP menjelaskan, salah satu tujuan didirikannya NKRI adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Sejak awal lahirnya bangsa Indonesia, founding fathers negara ini sudah sadar betul bahwa pendidikan adalah kata kunci untuk mengisi tujuan hidup bangsa yang merdeka.
“Pendidikan adalah kunci utk menciptakan bangsa yang cerdas. Sehingga kalau tujuan bernegara adalah “mencerdaskan bangsa” maka pendidikan adalah instrumen untuk melahirkan bangsa yang cerdas,” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Sabtu (02/05/2020).
AHP mengatakan, tidak ada bangsa yang cerdas dan maju, jika pendidikannya tidak maju.
“Suatu bangsa maju, kalau pendidikan, kalau SDM nya terdidik. Pendidikan pun merupakan instrumen utama untuk menciptakan keadilan sosial. Perubahan strata sosial individu, masyarakat bahkan bangsa hanya mungkin terjadi klu memperoleh akses pendidikan yang sama dan merata,” ungkap anggota Komisi X DPR RI itu.
Untuk melahirkan pendidikan yang mencerdaskan dan pendidikan yang melahirkan keadilan sosial kata AHP, tentu harus didukung oleh sistem yang dibangun. Sistem ini tentu saja terdiri dari komponen-komponen utama.
Komponen tersebut antara lain, pilihan metode pendidikan yang tepat, guru atau pendidik dan sarana penunjang pendidikan.
“Karena itu sejalan dengan prioritas pemerintahan Jokowi yang menempatkan pembangunan SDM sebgai prioritas, bangsa ini akan masuk ke dalam suatu era baru dalam sistem pendidikan nasional yang oleh Mendikbud Nadiem Makarim disebut Merdeka Belajar,” jelasnya.
AHP menjelaskan inti dari merdeka belajar tentu pada ruang terbuka yang disiapkan untuk guru dan murid agar menguasai kompetensi-kompetensi dasar keilmuan di bidangnya masing-masing.
Hal itu kata dia, untuk selanjutnya berinovasi, berkreasi dan berimprovasi dalam proses pendidikan, untuk melahirkan talenta-talenta kecerdasan yang mampu menjawabi persoalan dan tantangan kehidupan manusia.
“Persoalannya, bisakah kita menerapkan Konsep merdeka belajar ini untuk Indomesia setelah sekian lama anak bangsa ini dididik dengan sistem pendidikan indoktrinatif melalui beban kurikulum yg menumpuk yang ditentukan dari atas?” tanya AHP.
Jawabannya, kata AHP, adalah harus bisa. Untuk itu dilakukan dengan beberapa syarat
Pertama, konsep merdeka belajar ini harus menjadi metode pendidikan yang dibakukan dalam sistem pendidikan nasional.
Kedua, guru harus dipersiapkan dan memahami konsep merdeka belajar ini, sehingga mampu menerapkan pada murid-muridnya.
Ketiga, sarana dan prasarana pendidikan yang menunjang konsep merdeka belajar.
Keempat, pendidikan Indonesia sebagai instrumen mencerdaskan bangsa, sekaligus instrumen keadilan sosial. Sebab itu, harus ada kesempatan dan akses yang sama bagi anak bangsa Indonesia untuk 3 poin di atas.
Merdeka Belajar di Tengah Pandemi
Menurut AHP realitas saat ini memang memprihatinkan. Bangsa ini baru memulai membenahi aspek pendidikan yang multikompleks.
Namun sudah dihadapi dengan masalah pandemi Covid-19 yang imbasnya sangat terasa pada bidang pendidikan.
Semua stake holder pendidikan saat ini, baik birokrasi pendidikan, guru maupun siswa dipaksa harus bermigrasi dari pola pendidikan reguler tatap muka menjadi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan IT.
Pada aspek migrasi terpaksa ini, ketimpangan sangat terasa, kesiapan dan ketidaksiapan, antara mereka yang punya dan tidak punya, antara mereka yang terbiasa dengan perangkat IT dan belum terbiasa, antara mereka yang hidup di daerah “merdeka signal” dan mereka yang hidup di daerah “sulit signal”.
Jika ingin jujur ungkap AHP, dari peristiwa pandemi Covid-19 ini dan imbasnya pada bidang pendidikan, harus dikatakan bahwa bangsa Indonesia tidak siap.
“Tapi persoalannya bukan siap atau tidak siap, karena memang tidak ada pilihan lain. Sehingga siap atau tidak siap, kita harus jalankan, dengan segala kekurangan, keterbatasan dan ketimpangan sosial, ekonomi, ge-teknologi maupun penguasaan IT,” ungkapnya.
Dia berharap, semoga peristiwa pandemi Covid-19 menjadi “guru” bagi semua, untuk lebih bertekad membenahi sistem pendidikan di Indonesia menuju alam “merdeka belajar yang hakiki, yang mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba