Ende, Vox NTT-Wabah virus corona (Covid-19) terus merebak di seluruh wilayah Tanah Air. Tak terkecuali, wabah ini juga mengancam kehidupan masyarakat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Akibatnya, semua agenda kegiatan yang melibatkan banyak orang dipastikan batal. Hal ini berdasarkan instruksi pemerintah dan maklumat Kapolri Jenderal Idham Aziz.
Lalu bagaimana rencana kegiatan ‘Walo Nua‘ (pulang kampung) pada Mei 2020 oleh Diaspora Nggela seantero?
Ketua Panitia Diaspora Nggela di Ende, Hiparkus Heppi mengatakan gerakan pulang kampung berdasarkan kesepakatan bersama seluruh warga Nggela yang tersebar di seluruh dunia.
Gerakan ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan warga Nggela dalam rangka membangun peradaban setempat, sedia kala.
Ia menyatakan, kegiatan yang direncanakan pada Mei ini belum diperkirakan. Sebab, hingga saat belum ada pembicaraan lebih lanjut antar Diaspora Nggela pada setiap wilayah.
“Maaf dengan adanya pandemik Covid-19 yang belum menentu, kami belum diskusikan tentang hal ini. Kita masih vakum aktivitas persiapannya karena tidak boleh berkumpul,” tutur Heppi setelah dikonfirmasi VoxNtt com, Senin (04/05/2020) siang.
Heppi juga belum memastikan apakah kegiatan ‘Walo Nua‘ batal atau tidak. Hal itu karena belum adanya kesepakatan bersama.
“Hingga saat ini kita belum bicarakan. Bergeser atau tidak, perlu kesepakatn semua Anamamo Nggela yang di rantauan atau Anamamo di luar Nggela karena rencana ini adalah kesepakatan bersama sebelumnya,” jelas Heppi.
Meski begitu, ia berpendapat bahwa untuk memutus mata rantai Covid-19, setiap orang perlu mengikuti protokol organisasi kesehatan dunia (WHO) dan anjuran pemerintah.
Sebab, wabah tersebut sangat serius dan mengancam kehidupan manusia.
Sebelumnya, konsep ‘Walo Nua‘ atau gerakan pulang kampung digagas oleh Diaspora Nggela di beberapa kota besar.
Gagasan ini muncul menyusul peristiwa kebakaran perkampungan adat Nggela di Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende.
Salah satu tujuan gerakan pulang kampung ialah untuk bermusyawarah membangun peradaban. Termasuk memulihkan kembali perkampungan adat setempat.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba