Maumere, Vox NTT-Syamsul Alam jadi satunya-satunya umat muslim eks penumpang Lambelu yang tersisa di lokasi karantina, bekas Kantor Bupati Sikka. Ia menjalani masa puasa di lokasi karantina.
‘Tidak apa-apa saya jalani bulan Ramadhan di sini,” ujar Syamsul yang kala itu mengenakan baju kaos hitam dengan celana pajang berwarna putih, yang memperlihatkan mata kaki nya.
Ia hanya mengeluh tak dapat takjil untuk berbuka.
Belakangan Ia masih harus melanjutkan karantina sambil menunggu pengambilan dan pemeriksaan swab, lantaran ia reaktif berdasarkan hasil Rapid Test 3 untuk eks penumpang KM Lambelu.
Dari Masjid ke Masjid
Seharusnya Syamsul pulang bersama teman-teman muslim lainnya pada Jumat (24/4/2020) lalu. Sayangnya, pria bernama lengkap Syamsul Alam Abdulah tersebut tak punya rumah untuk pulang.
Syamsul atau yang lebih dikenal dengan nama Alamsyah mengaku tinggal di Masjid Al Hidayah Kampung Buton.
Camat Alok, Edmon Bura yang dihubungi media ini beberapa waktu lalu mengatakan, kala itu telah berusaha menghubungi Lurah Kota Uneng karena Masjid Al Hidayah berada di wilayah Kelurahan Kota Uneng.
“Saya minta Ibu Lurah untuk hubungi Ta’mir Masjid. Ta’mir Masjid datang tetapi beliau tidak menerima kalau Syamsul karantina di Masjid,” terang Camat Edmon.
Edmon menerangkan, Syamsul berdasarkan KTP lahir di Kefamenanu dan berstatus sebagai warga Kelurahan Beru.
Terkait itu, Syamsul punya jawaban berbeda. “Saya salah lapor. Saya punya KTP Beru (Kecamatan Alok Timur,-red) tetapi saya lapornya di Kota Uneng,” kilahnya.
Untuk mempertegas Ia mengaku tinggal di RT 01/RW 01 tetapi dia tampak bingung ketika ditanya siapa Ketua RT setempat.
Sementara itu, Ta’mir Masjid Al Hidayah Kampung Buton, Ishak Abdulah punya cerita berbeda.
Imam Ishak mengaku tak bisa menerima Syamsul pulang ke Masjid Al Hidayah. Pasalnya, Syamsul bukan Marbot atau pelayan di Masjid.
“Dia bukan Marbot. Kami punya Marbot di sini satu orang dan itu disepakati bersama dengan jemaah masjid bukan keputusan saya sendiri,” tandasnya saat VoxNtt.com menemuinya di kediamannya di Kampung Buton.
Ishak membantah kalau Syamsul tinggal di Masjid Al Hidayah. “Dia sering sholat di sini tetapi dia tidak tinggal di sini. Masjid ini terbuka untuk siapa saja,” terangnya.
Ishak menuturkan, Syamsul lebih dikenal dengan nama Alamsyah oleh jamaah masjid Al Hidayah Kampung Buton. Syamsul giat berdakwah dari masjid ke masjid.
Syamsul alias Alamsyah adalah pendakwah. Kadang dia menginap di Masjid sehari sampai dua hari lalu menghilang. Setelah beberapa hari dia akan kembali ke Al Hidayah.
“Dia pindah-pindah satu dua malam di sini lalu pindah lagi ke masjid lain kadang di masjid Beru atau di masjid Kilo 2,” ungkap Ishak.
Ikut Itijma Gowa
VoxNtt.com menemukan sejumlah informasi simpang siur mengenai Syamsul alias Alamsyah. Simpang siur informasi tersebut terkait asal-usulnya, aktivitas dan tempat tinggalnya di Maumere.
Syamsul tidak pernah mengaku kepada VoxNtt.com kalau dirinya lahir atau berasal dari Kefamenanu.
Camat Edmon Bura dan Imam Ishak Abdulah yang menyampaikan hal itu. Camat Edmon Bura merujuk pada KTP Syamsul yang tertulis lahir di Kefamenanu. Sementara itu, Ishak Abdulah bercerita soal ada oknum Intel Polda yang pernah datang mencari Syamsul.
“Beberapa bulan lalu ada Intel Polda datang cari dia. Orang itu titip pesan ke kami untuk beritahu dia orang tuanya di Kefa cari suruh pulang. Kalau dia pulang, katanya orang tuanya akan beri dia modal untuk buka usaha. Sepertinya orang tuanya orang berada,” terang Ishak.
Syamsul kepada VoxNtt.com awalnya mengaku sudah 9 tahun di Maumere. Akan tetapi, dia mengatakan baru datang ke Maumere pada November 2019 lalu dari Kupang.
Demikian juga mengenai kepulangannya ke Maumere dengan KM Lambelu. Syamsul mengaku naik Lambelu di Makasar karena baru kembali dari kampung. Dalam ceritanya juga Syamsul mengaku ikut kegiatan keagamaan di Bau-Bau. Namun, ketika ditanya soal Itijma Ulama (Gowa) Syamsul mengangguk.
Belakangan Ishak Abdulah membenarkan kalau Syamsul diketahui ikut Itijma Ulama di Gowa.
Ishak bertutur Syamsul pernah menikah di Maumere namun bercerai. Istrinya sekarang sudah menikah dan tinggal di Waipare.
Terkait aktivitasnya, Syamsul mengaku sebagai Marbot Masjid Al Hidayah. Ini telah dibantah oleh Ishak Abdulah.
Menurut Ishak, Syamsul bukan marbot. Dia hanya datang beribadah dan kadang menginap. Ishak pun tak tahu apa pekerjaan Syamsul yang jadi sumber pembiayaan hidupnya.
“Kalau berdakwah itu pakai uang sendiri. Tidak ada biaya dari organisasi mana pun. Mungkin dia dikirimi uang sama orang tua. Orang tuanya sepertinya orang berada,” tandas Ishak.
Terlepas dari simpang siur informasi tersebut, belakangan Syamsul diketahui reaktif berdasarkan hasil Rapid Test 3. Ia pun menalanjutkan masa karantina. Bersama teman-temannya eks penumpang Lambelu, eks Itijma Gowa dan santri asal Magetan, Syamsul menunggu hasil pemeriksaan swab.
Sementara itu, Ishak Abdulah selaku Ta’mir Masjid Al Hidayah mengaku telah mengadakan rapat dengan jemaah. Mereka ingin Syamsul dipulangkan ke Kefamenanu bila telah selesai menjalani karantina.
Penulis: Are De Peskim
Editor: boni J