Borong, Vox NTT- Tulisan berjudul “Quo Vadis Luwuk dan Lingko Lolok” oleh Pastor Laurens Sopang hangat perbicangankan di jagat maya dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.
Melalui akun media sosial facebook-nya Sabtu (09/05/2020), Pastor Laurens menulis pemerintah pusat mengangkat Flores atau Nusa Bunga menjadi tujuan wisata istimewa. Pemerintah pusat juga membuka lintasan Trans Utara Flores, guna memperlancar para wisatawan ke mana-mana menikmati keindahan pantai utara.
Baca: Timbang Untung dan Buntung Pabrik Semen Lingko Lolok
Namun demikian, tulis Pastor Laurens, rakyat Luwuk dan Lingko Lolok Manggarai Timur rela menerima lingkungan indahnya, serta bunga-bunganya dirusakkan demi semen dan tambang.
Mangan tulisnya, sudah menyimpan lubang besar dan membuat sumber air menjadi kering. Satar Teu kampung asal Pastor Laurens pun sudah kekeringan air.
“Sekarang kamu mau tambahkan lagi lubang-lubang itu,” tulis Pastor Laurens.
“Eng pande kaut ta nana e, ai kudut boak weki rus cai pisa one longka situk. Toe bae le meu eme cai mbang mese. Sanggen ase ka’e ata mbeot nuk meu, maik weki rus meu
toe nuk wekis. Pika nenggitu kaut le meu tana situk, kudut bora leso. Lut kaut le meu tatong adong de jing da’at ata cebana mai”
“Aku cebo keta ngaji agu dere ho’ok leso-leso: “Doingkoe ga doing koe o mose ge, ea mose dokong lino ho’o….!!” Cala le hitu kudut teser koe one nais ata leme lengkus lut kaut bantang data bana,” tulis Romo Laurens dalam bahasa Manggarai.
“Anda buat saja. Supaya kamu sendiri dikuburkan dalam lubang besar itu. Kamu tidak tahu kalau datang wabah besar. Seluruh keluarga yang merantau ingat kamu, namun kamu sendiri tidak ingat dirimu sendiri. Kamu jual begitu saja tanah itu untuk kaya. Kamu hanya ikut dorongan iblis dari lain tempat”
Baca: “Bagaimanapun Bentuknya, Saya Punya Tanah Tidak Boleh Diganggu”
“Saya berdoa dan bernyanyi ini terus tiap hari: sadarlah, sadarlah akan hidup ini. Hidup ini hanya sementara di dunia. Mungkin dengan itu kamu tobat dalam hati, yang lemah dan mau saja diajak orang lain”
Saat dikonfirmasi VoxNtt.com, Senin (11/05/2020) pagi, Pastor Laurens menjelaskan tulisannya itu di media sosial facebook tidak lain, hanya untuk menggarisbawahi penolakan tambang umat Keuskupan Ruteng melalui Sinode tahun 2007 dan tahun 2014 silam.
“Bahwa tanah kami bukan untuk tambang, dengan alasan seperti yang tertuang dalam surat penolakan dari sinode itu,” ucapnya.
Saat menjadi Administrator Diosesan tahun 2009, Pastor Laurens mengaku pernah menandatangani surat penolakan atas nama Keuskupan Ruteng pada 3 Mei 2009 silam.
“Dan tak terduga pada tanggal yang sama 3 Mei 2020 Diaspora orang Manggarai menandatangani penolakan tambang/semen dengan alasan yang sama semua,” katanya.
Ia mengatakan, Bupati Matim Agas Andreas adalah umat Keuskupan Ruteng seharusnya mendukung penolakan itu.
Sebab pada tahun 2014 lalu, Bupati Agas yang kala itu menjadi Wakil Bupati Manggarai Timur, juga turut serta dalam sinode.
“Saya juga ikut meminta Gubernur agar setia pada janji kampanyenya, jangan bilang tambang tolak, tapi semen bisa. Kerusakan untuk pabrik semen sama saja dengan kerusakan oleh tambang,” tegasnya.
Pihaknya, papar Pastor Laurens, tidak akan percaya lagi pada investor dengan janji-janji manisnya.
Putra kelahiran Desa Satar Punda itu, juga mengatakan tambang mangan sudah merusak sebagian besar wilayah itu dan tidak pernah direstorasi lagi. Sekarang justru mau memperbesar kerusakan itu lagi.
“Kalau banyak orang benar sudah menolak hadirnya tambang atau semen maka kebenaran itu akan menjadi api untuk membakar segala kegelapan dan tipu daya di balik semua permainan buruk atas nama semen/tambang dan masyarakat yang menyetujuinya,” ujarnya.
“Kalau Anda merusak alam yang dicintai dan dipelihara dengan baik oleh Pencipta-Nya demi keuntungan pribadi atau perusahaan maka pencipta-Nya akan mengambil semuanya dari Anda dan Anda tak akan punya apa-apa lagi,” ujar Pastor Laurens.
Penulis: Sandy Hayon