Oleh: Pius Rengka
Revolusi is the sex of politics, ujar H.L. Mencken. Henry Louis Mencken adalah jurnalis Amerika.
Dia penulis esai, satiris, kritikus budaya dan sarjana bahasa Inggris Amerika. Dia banyak berkomentar di panggung sosial, sastra, musik, politisi terkemuka dan gerakan kontemporer.
Kutipan langsung Mencken dipakai di sini untuk mencermati kembali makna Revolusi Pertanian dan Kesehatan yang dikenalkan Bupati Malaka, dr. Stef Bria Seran, tatkala mantan Kepala Dinas Kesehatan NTT ini mulai memimpin Kabupaten mekaran baru Malaka.
Dokter umum, yang disapa kalangan terbatas dengan SBS itu, cukup nyaring menyuarakan pentingnya revolusi dalam bidang pertanian dan kesehatan di Malaka.
Dia sangat yakin, bahkan seyakin-yakinnya, bahwa jika revolusi pertanian dan kesehatan berhasil, maka di ujung sana rakyat Malaka akan segera eksodus dari penderitaan panjang.
Dengan demikian, revolusi pertanian dan kesehatan di Malaka memiliki jamak manfaat dan multi tujuan meski yang ditangkap kalangan ramai cukup dirumuskan dalam pernyataan ini.
Tujuan revolusi pertanian dan kesehatan di Malaka sangat jelas ialah untuk mengeluarkan rakyat Malaka dari lilitan belenggu rantai kemiskinan. Bagaimana itu mungkin? Bagaimana pula menghubungkan gerakan revolusi dr. Stef Bria Seran (SBS) dengan Mencken? Apa pula relevansinya?
Nama Mencken, ditemukan ketika saya membaca buku Revolution, A Sociological Interpretation, karya Michael S. Kimmel (1990). Kisahnya begini. Waktu itu, 1980, Kimmel sedang duduk di sebuah apartemen kecil di Paris. Dia sedang duduk sambil menikmati salju yang mengalir menutupi jalanan di Kota Super Model dunia itu.
Dia melakukan riset untuk penulisan akhir disertasinya tentang sejarah revolusi yang terjadi 300 tahun belakangan di dunia pada abad tujuh belas, terutama revolusi Inggris dan Frondes di Perancis.
Kimmel hendak merunut dan memahami dengan jelas tentang sebab musabab munculnya gagasan dan perjuangan revolusi, dinamika sosial dan apa gerangan hasil dari dua revolusi di Eropa itu.
Ditemukannya, meski gerakan atau perjuangan revolusi memiliki basis material yang sama, tetapi kadangkala hasil akhir berbeda. Itulah yang hendak ditelitinya dengan cermat agar banyak pihak memahami revolusi tak selalu bersejarah sama dalam sejarah. Varibel luar, konteks internasional, dalam negeri, dan budaya serta politik ternyata mewarnai seluruh perjuangan dan pergulatan revolusi.
Sementara itu, di balik kamar apartemen kecil itu, Kimmel terpesona ketika mendengar siaran radio wawancara sangat panjang dengan Ayotollah Khomeini, yang saat itu tinggal di tempat pengasingan tak jauh dari apartemen tempat nginap Kimmel.
Dikabarkan, Khomeini memimpin satu revolusi yang sungguh dramatis di Iran yang menumbangkan Shah Iran Pahlevi. Pada saat yang sama pun ditimbangnya laporan revolusi sejenis yang terjadi di Nicaragua ketika rejim Samoza tumbang oleh sukses spektakuler revolusi rakyat di bawah kendali Front Sandinista.
Dikisahkan antara lain bahwa suksesnya sebuah revolusi justru ditentukan bukan oleh dirinya sendiri di dalam ruang pikiran para pejuangnya, melainkan dan kadangkala dikendalikan oleh varibel luar yang letak geografis para aktornya nun jauh di sana.
Begitulah ketika dijelaskan, bahwa revolusi Iran dan Nicaragua berhasil spektakuler justru karena bertepatan dengan konteks internasional ketika rejim Jimmy Carter sedang kencang menyuarakan kebijakan hak-hak asasi manusia ke seluruh dunia.
Sebaran kebijakan itu, dengan agenda pembebasan dari aneka warna dan bentuk penuindasan, telah menyulut api revolusi di mana-mana. Revolusi tak lagi hanya bermakna semantik konotatif leksikal, tetapi dia berubah sebagai metode sejarah menurut konteks dan denotasi politiknya.
Dalam banyak aksi pembangunan, imajinasi pemimpin justru terpantul melalui jargon lisan maupun gerakan perubahan fisik di ruang geografi wilayah kekuasaan. Perubahan itu tampak melalui tindakan atau aksi, baik untuk membentuk postur organisasi birokrasi maupun sebaran aliran dana yang dihujani untuk kepentingan itu.
Jika gerakan revolusi di berbagai negara di seluruh dunia nyaris hampir pasti berlumur kisah berdarah menyusul pembunuhan keji meski ada juga revolusi damai, tetapi revolusi pertanian dan kesehatan Malaka sepertinya hendak mematok sebuah mimpi besar dr. Stef bahwa dalam lima tahun ini Malaka harus segera terbit bak sinar mentari di ufuk timur menyembul keluar dari jebakan gelap kemiskinan yang amat sangat lama, bahkan menjadi laten di daerah itu.
Burukkah mimpi itu? Jelas tidak. Sebagaimana yang kerap ditemukan dalam aneka warta berita para jurnalis penggoda perubahan, tampaknya diksi yang dipakai adalah provokasi revolusioner.
Konteks luar sangat jelas terkait dengan mimpi Jokowi untuk lekas-lekas mendorong Indonesia keluar dari aneka jenis ketergantungan pertanian, kesehatan dan bahkan import.
Sembari pada saat bersamaan, di negara tetangga, Timor Leste, permintaan hasil pertanian relatif tinggi. Konteks luar itu terus terang bersambut gayung dengan kontek dalamnya Malaka sendiri. Hamparan lahan luas pertanian yang selama ini dibiarkan tak dikelola maksimal, justru membangkitkan kegeraman impulsif perubahan revolutif.
Sawah dan ladang dikelola dengan fasilitas yang disiapkan pemerintah, dengan metode kerja gratis. Meski pilihan lahan mana yang dikerjakan duluan, selalu di dalamnya ada anasir imajinasi politik sektarian ala lokal yang kadang merembes hingga jauh dan terlalu jauh.
Akibatnya, belakangan sangat jelas. Produk bawang merah relatif melampaui produk bawang sejenis ketika Malaka masih bergabung dengan Kabupaten Belu. Gegap gempita perubahan tak juga jauh dari politik linking kalangan sendiri.
Maka jelaslah, perubahan demi perubahan tak hanya memancing revolusi kian menguat dan mengental, tetapi sekaligus perubahan itu sebagai bagian penting dari sejarah revolusi pertanian di Malaka hingga hari ini.
Menilik perkembangannya hingga hari ini, revolusi pertanian bukan tanpa membuihkan ekses negatif. Kasus bawang merah menggiring delapan tersangka dalam jeruji kasus hukum adalah ekses yang ditimbulkan dari ini revolusi.
Saat ekspose kasus bawang merah ini menjadi buah perhatian khalayak ramai, tampak jelas boncengan anasir tepian muncul mengikuti gelombang kritik, usil dan usul, sambil mencibir gerakan revolusi Malaka itu bukan lagi pada inti revolusinya, melainkan dituding ke pokok penggagas yang memimpinnya.
Di sini kianlah jelas, bahwa revolusi tidak lagi sebagai gerakan kata kerja untuk melahirkan kata benda dan kata sifat, melainkan semata-mata sebuah dinamika politik yang darinya banyak unsur terlibat terlalu jauh. Revolusi pertanian memang benar politik, itu tidak pernah boleh disangkal. Karena politik revolusi pertanian dan kesehatan Malaka adalah revolusi untuk pembebasan rakyat Malaka.
Berhasilkah SBS dalam revolusi ini? Mungkin tidak perlu saya menulisnya panjang lebar lagi. Yang diperlukan di tulisan ini ialah bahwa ada contoh revolusi di banyak negara-, dibanyak tempat dan di banyak kasus politik, tetapi setiap revolusi tidak selalu mengalami sejarah tahapan yang sama, meski sama pada diksi yang dipakai.
Tetapi, tetaplah benar kata Mencken, bahwa revolusi is the sex of politics karena tak ada perubahan tanpa anasir politik di dalamnya. Revolusi itu nikmat justru karenanya dia menjadi focus perhatian khalayak. Dan dr. Stef Bria Seran, saya tahu persis, dia tidak antikritik.
Dia hanya minta, kritik itu perlu dan penting dan mari kita menggelar bito bot untuk menggagas bersama aa yag harus direvolusikan lagi di masa depan demi anak cucu Malaka yang berbibit banyak orang pandai di sana itu.
Siapa gerangan yang ditumbangkan dr. Stef dari perujungan revolusi pertanian dan kesehatan Malaka? Dari banyak narasi yang disiarluaskan dalam berbagai media sosial, media mainstream dan wawancara para jurnalis berblock politik, ditemukan satu jawaban pasti. Yaitu bahwa dr. Stef Bria Seran bermimpi satu hal, satu ketika ditemukan dokumen sejarah rakyat Malaka bahwa Bupati Perdana Kabupaten Malaka itu telah berhasil membawa dan mengantar rakyat Malaka keluar dari belenggu rantai kemiskinan. Bahwa ada onak kritik dalam perjalanan, itu semacam block sejarah yang diperlukan untuk menabur keharuman taman perubahan. Begitulah.