Borong, Vox NTT-Anggota DPRD Manggarai Timur (Matim) Bernadus Nuel menyatakan dukungan untuk pembangunan pabrik semen di Luwuk dan Lingko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda.
“Terkait semen di bawah saya sangat mendukung. Alasannya kehadiran pabrik semen di Manggarai Timur khususnya di Lamba Leda itu, akan menambah ekonomi masyarakat lebih khusus di Lengko Lolok dan Luwuk,” ujarnya saat ditemui VoxNtt.com, di kantor DPR Matim, Kamis (14/5/2020).
BACA JUGA: Wakil Rakyat Matim, Apa Kabar? Mengapa Bungkam?
Ia mengatakan kehadirian pabrik tentunya akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru, yang luar biasa bagi Manggarai Timur, bahkan bisa mengalahkan dua kabupaten lainnya seperti Manggarai Barat dan Manggarai.
“Kalau itu terbukti nanti betul 48 miliar 1 tahun, maka 5 tahun di masa kepemimpinan kami menjadi anggota DPRD dan pimpinan DPRD bukan tidak mungkin secara keseluruhan Manggarai Timur bisa berubah,” katanya.
Politisi Hanura itu menjelaskan hal itu bisa terjadi apabila dana miliaran rupiah tersebut betul-betul dimanfaatkan Pemda Matim untuk kesejahteraan masyarakat bukan hanya di Lamba Leda.
Sentil Kelompok Penolak
Pria yang menjabat sebagai Wakil Ketua I DPRD Matim itu juga menyentil sejumlah pihak yang tidak mendukung pembangunan pabrik semen di kabupaten yang dimekarkan pada 2007 silam itu.
“Yang tolak bukan orang Manggarai Timur, bukan orang Lamba Leda, orang luar, orang luar dan mau cari keuntungan pribadi,” ujarnya.
“Kenapa saya katakan demikian saya melihat dengan mata kepala sendiri, saya tidak mau menyerang secara pribadi, tetapi saya tahu hanya mau cari keuntungan sendiri dengan cara begitu, dengan cara menolak. Ujung-ujungnya duit, ujung-ujungnya ketemu secara pribadi, ujung-ujungnya cari untung,” tambahnya.
Kendati demikian kata Anggota DPRD Dapil II (Pocoranaka dan Pocoranaka Timur) itu, dirinya hanya berniat untuk mensejahteraan rakyat seluruh Manggarai Timur dari hati, juga bukan untuk mengada-ngada.
Sejauh ini di DPRD, aku Bernadus, isu terkait pro kontra pembangunan pabrik semen masih dalam tahapan diskusi sesama anggota DPRD.
“Supaya kami diskusi dengan pa Bupati dengan 30 anggota DPRD. Supaya masyarakat ke depannya tidak rugi. Takutnya ada komitmen atau perjanjian yang tidak ditepati oleh perusaahaan,” tukasnya.
Ia menegaskan kalau memang perusaahan bisa memberikan PAD untuk Manggarai Timur senilai 48 maka hal itu luar biasa.
“Saya sangat dukung 100 persen,” katanya.
Akan tetapi papar Bernadus pihak perusahaan tidak boleh mengabaikan kesejahteraan, kesehatan, ekonomi juga pendidikan masyarakat.
“Itu yang kita bahas dengan bupati,” pungkasnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, terang Bernadus, sudah ada kesepakatan yakni rumah yang sederhana akan digantikan dengan uang 250 juta, rumah yang bagus 2 kali lipat dan ganti perabot rumah senilai 50 juta.
Kemudian tambah dia, tanah yang bersertifikat akan dibeli Rp.14.000/meter yang belum atau tidak bersertifikat Rp. 12.000/meter.
Ia juga mengaku sudah mendapat laporan bahwa 90 persen masyarakat sepakat untuk dibangunnya pabrik semen.
“Cuman ada beberapa keluarga di kampung Lolok 2 atau 4 itu yang menolak. Di Luwuk itu sekitar 5 atau 7 yang tolak dari 111 Kepala Keluarga ada beberapa yang menolak,” katanya.
BACA JUGA: Keluarga Besar Lantar-Welek di Lengko Lolok: Kalau Kami Jual Kampung, Kami Terkutuk
Ia mengatakan dalam waktu dekat pihaknya bersama Komisi A, B dan C akan turun ke Lingko Lolok, Luwuk, juga ke daerah perbatasan Manggarai Timur dan Ngada di Elar.
Terkait kecemasan yang akan terjadi seperti eksploitasi yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan Bernadus berjanji akan membangun komitmen dengan pabrik.
“Supaya lahan yang sudah digali itu nanti uruk lagi tutup kembali dengan tanah. Sehingga masyarakat bisa manfaatkan itu ketika pabrik semen itu tutup atau pindah,” katanya.
Sementara itu, pengamat sosial politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Lasarus Jehamat mengatakan anggota DPRD Matim seharusnya agak luas horizon berpikir soal tambang.
“Biar tidak asal mendukung atau menolak tambang. Harus dipahami betul dengan sungguh implikasi dari tambang. Jangan karena kepentingan lalu mengiyakan saja saja kahadiran tambang,” tegas Lasarus kepada VoxNtt.com, Kamis (14/5).
Menampik apa yang disampaikan Bernadus, ia menilai pengamatan dari luar terkait rencana pendirian pabrik semen di Luwuk dan Lingko Lolok biasanya lebih obyektif.
“Mana ada alasan penolakan karena kepentingan. Banyak elemen yang di luar menolak tambang itu bukan karena tidak dikasi uang. Kalau mau, dia (Bernadus Nuel) sebut siapa yang butuh uang itu?,” ujarnya.
Ia menjelaskan harus dipahami betul bahwa tambang punya implikasi jangka panjang dalam banyak hal tidak hanya ekonomi.
“Biar Pa Nuel itu tahu, tidak ada investor yang datang dengan tawaran neraka. Mereka datang tawaran surga; merayu masyarakat dan negara sekaligus,” imbuhnya.
“Neraka tidak akan dibahas sekarang. Tapi tahu tidak, kalau suatu saat nanti neraka itu akan datang ketika hasil tambang habis. Uang itu mudah dicari. Tetapi tanah tidak akan. Ini hukum alam yang sudah dibuktikan di mana-mana,” tambahnya.
Dosen sosiologi Undana itu juga menambahkan, sudah banyak kasus di berbagai tempat, tambang sulit memberikan dampak ekonomistik terhadap masyarakat.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Irvan K