Betun, Vox NTT- Upaya membantu kaum miskin dari bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Malaka, Emanuel Bria dan Roy Tei Seran (EB-RTS) melalui relawannya semakin gencar dilakukan.
Kali ini, Rabu (13/05/2020), relawannya yang tergabung dalam Forum Malaka Bangkit (FMB) membantu para anak yatim piatu yang hidup sendirian di Dusun Haukase, Desa Takarai, Kecamatan Botin Leobele.
Di sana, ada empat bersaudara yatim piatu yang hidup dan tinggal tanpa orangtua.
Mereka adalah Nandianus Masan saudara tertua yang masih duduk di bangku SMP, Jemirius Tae, Christinhe Sandryani dan si bungsu Elvira Lala yang masih balita.
Sebelumnya, empat bersaudara ini tinggal bersama paman mereka yang menderita akit jiwa di Uarau, Desa Babulu, Kecamatan Kobalima.
Di saat pandemi Covid-19 yang mana anak – anak sekolah disuruh belajar dari rumah, salah satu saudara dari almarhum ayah mereka di Takarai datang menjemput.
Empat orang bersaudara yang yatim piatu ini akhirnya ikut bersama saudara ayahnya itu.
Saat relawan EB -RTS datang memberikan bantuan Sembako berupa beras, mie instan dan telur, keadaan mereka terlihat sehat dan dalam keadaan baik.
Jemirius Tae, saudara tertua mengaku, sejak ayah dan ibu mereka meningal ia menjadi tumpuhan hidup adik-adiknya.
Saban harinya, seusai sekolah, Jemirius Tae pergi mencari bekerja sebagai buruh tani atau pekerjaan lainnya yang bisa menghasilkan uang.
Kepada relawan FMB dan terutama Emanuel Bria dan Roy Tei Seran, bocah itu mengucapkan terima kasih atas kepedulinya dalam membantu Sembako.
“Terima kasih Forum Malaka Bangkit dan bapak Emanuel Bria bersama kaka Roy Tei Seran,” ucap bocah yang juga siswa berprestasi di sekolahnya.
Tak hanya itu, anggota FMB juga membantu memberikan Sembako Mersi Kase, bocah SD yang hidup sendiri asal Desa Weulun, Dusun Wetalas, Kecamatan Wewiku. Kedua orangtuanya pergi merantau ke Kalimantan.
Mersi Kase sendiri adalah seorang siswi kelas VI Sekolah Dasar Negeri Oevetnai, Desa Weulun, Kecamatan Wewiku.
Kondisinya yang sebatang kara diperparah pasca merebaknya Covid-19 karena membuat orangtua Mersi tidak lagi mengirimkan uang.
Ia tidak bisa membeli beras dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap harinya, Mersi bertahan hidup dari pemberian tetangga. Kehidupannya kini jauh dari kata layak untuk anak seumurannya.
Mersi menceritakan ayahnya merantau ke Kalimantan untuk mencari pekerjaan sejak ia duduk di bangku kelas 3. Dulu masih ada sang ibu yang menemaninya.
Sebelumnya ia juga membantu sang ibu menjual kue dan sayur usai jam sekolah.
Namun, dua tahun ditinggal sang ayah, membuat ibunya terpaksa menyusul ke Kalimantan pada akhir 2019 lalu.
Mersi pun kini hidup sendirian di rumah. Segala keperluannya ia lakukan seorang diri.
Yang ia tahu, di Kalimantan kedua orangtuanya bekerja di perusahaan sawit.
Sebelum pandemi Covid-19, setiap bulan Mersi dikirimkan uang oleh kedua orangtuanya sebesar Rp 100 hingga Rp 200 ribu.
Mersi menggunakan uang itu untuk keperluan sekolah dan makan minum di rumah.
Namun pasca pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Mersi tidak lagi menerima kiriman uang.
Kedua orangtuanya dirumahkan perusahaan. Mereka tidak bisa pulang menemani Mersi karena larangan mudik oleh pemerintah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Kalau beras habis, biasa diberi keluarga atau tetangga. Kadang hanya jagung saja,” ungkapnya kepada VoNtt.com.
Mersi tinggal di Desa Weulun yang memang masih terisolasi seakan luput dari perhatian pemerintah.
Akses jalan menuju wilayah ini pun masih rusak.
Di tambah lagi, di Dusun Wetalas sebanyak 44 rumah warga belum menikmati listrik. Mereka menggunakan lampu pelita sebagai penerangan, termasuk di rumah Mersi.
“Saya dari kelas satu sudah biasa belajar pakai pelita. Kalau jam tidur dimatikan, agar hemat minyak tanah,” kata Mersi.
Selain belum ada listrik, rumah Mersi pun belum memiliki WC. Mersi pun terpaksa harus ke hutan jika hendak membuang air.
Meski kini hidup dalam serba kekurangan, namun Mersi memiliki cita-cita yang tinggi. Ia bercita-cita menjadi seorang dokter agar bisa berguna bagi banyak orang.
“Biar pakai pelita, tetapi saya dari kelas satu sampai kelas enam, selalu juara satu atau dua. Saya ingin jadi dokter, doakan supaya orang tua saya bisa kumpul uang,” pinta Mersi.
Melihat hal itu, relawan EB – RTS memberikan Sembako untuk Mersi Kase. Sembako yang diberikan berupa, beras 20 kg, mie 1 dos dan telur 2 rak.
Ketika para relawan FMB sampai di rumahnya, Mersi kaget akan kedatangan mereka.
“Saya pikir kaka dong hanya datang satu kali saja. Tapi FMB datang lagi yang ketiga kalinya bawa beras, telur dan mie untuk saya. Jujur saya sangat bahagia karena walaupun dalam rumah saya sendiri, tapi di sekeliling saya masih ada orang atau komunitas yang masih perhatikan saya,” kata Mersi berterima kasih.
Seusai memberikan bantuan Sembako itu, Bredo salah satu relawan EB -RTS memberikan motivasi untuk Mersi Kase agar menjadi anak yang berbakti dan tetap semangat.
“Teruslah belajar menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang-orang di sekeliling adik. Jangan bersedih karena FMB akan selalu hadir untuk adik,” ujar Bredo.
Mersi Kase pun menetaskan air mata harunya. Bocah ulet itu merasa terharu bercampur bahagia.
“Terima kasih bapak Emanuel Bria dan kaka Roy Tei Seran yang sudah sering membantu saya. Saya selalu mendoakan bapak berdua,” kata Mersi.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba