Borong, Vox NTT- Kepala Desa Golo Meleng, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Wihelmus Momo mengancam akan melapor penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke Polisi.
Itu terutama untuk warga Desa Meleng yang menduganya telah melakukan pungutan liar bantuan BLT Dana Desa sejumlah Rp 100.000 setiap penerima.
“Penerima juga siap bertanggung jawab ini. Saya akan angkat itu nanti. Saya tetap lapor. Saya siapkan pengacara untuk memulihkan nama baik pemerintah desa,” ujar Kades Wihelmus saat dikonfirmasi VoxNtt.com melalui sambungan telepon, Kamis (21/05/2020) lalu.
Kades Wihelmus pun membantah bahwa pemerintah desa telah melakukan pemotongan bantuan bagi setiap penerima BLT.
Ia menjelaskan, uang Rp 100.00 itu merupakan inisiatif para penerima untuk dirinya, lantaran tengah mengalami sakit.
“Kita bayar lurus Rp 1.200.000 berdasarkan administrasi. Sudah lengkap dokumen. Tetapi yang mereka bantu itu ikhlas,” ujar Kades Wihelmus.
Dikatakan, dirinya tidak pernah melakukan intervensi secara otoriter agar BLT itu dipotong.
Ia menjelaskan, sesuai kemampuan dana yang ada, saat ini sudah 99 Kepala Keluarga (KK) yang menerima bantuan.
“Bukan potong namanya. Inisiatif penerima BLT karena saya dalam posisi sakit. Boleh kita konfirmasi dengan penerima, tapi saya pegang dasar hukum. Penerima BLT secara utuh berdasarkan Permendes,” tukasnya.
Menurutnya, uang senilai Rp 1.200.000 sudah disteping. Dikatakannya uang itu dibagikan oleh perangkat desa. Namun, atas dasar inisiatif, para penerima memberikan Rp 100.000.
Dikabarkan sebelumnya, Pemerintah Desa Golo Meleng, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) diduga melakukan pemotongan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp 100.000 untuk setiap penerima di desa itu.
Hal itu disampaikan Ferdinandus Fridus salah satu warga desa itu kepada VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Sabtu (23/05/2020).
“Sesuai data di Desa Golo Meleng pihak penerima atau KK yang mendapat BLT dengan jumlah 100 KK. Dari data tersebut ada keluhan yang disampaikan oleh pihak penerima BLT tersebut terjadi pemotongan sebesar Rp 100.000,” katanya.
Diakuinya pada Senin, 18 Mei lalu, dirinya langsung menyampaikan hal tersebut dengan dengan Camat Rana Mese.
Apalagi selain pemotongan BLT DD, juga terkait dugaan pendobelan batuan bagi Kepala Keluarga yang sudah mendapat PKH, berstatus sebagai THL dan BPD.
Baca: Pemdes Golo Meleng Matim Diduga Pungli Dana BLT
“Pada Sabtu (16/05/2020) saya mendatangi rumah bapak Kades untuk menayakan kenapa saya tidak dapat dan kenapa orang tertentu saja yang dapat BLT tersebut, jawaban dari bapak Kades Golo Meleng kamu tidak layak untuk mendapatkan BLT ini,” ucapnya.
“Beliau juga sempat berbicara kalau memang diizinkan oleh pemerintah uang DD saya mau bagikan ke seluruh masyarakat termasuk kamu,” ucap Ferdinandus mengulangi kata-kata yang dilontarkan sang Kades kepadanya.
Ia menjelaskan, saat bertemu Kades dirinya tidak menanyakan untuk dana pembangunan, tetapi berkaitan dengan dana BLT Covid-19.
Ferdinandus menambahkan Senin, 18 Mei 2020, ia bersama dua orang sahabat, mendatangi kantor camat Rana Mese untuk mempertanyakan keluhan mereka. Bahkan mereka meminta kepada ibu camat untuk menyampaikan secara tertulis kepada masyarakat khusus untuk para penerima BLT DD.
“Adapun respon dari ibu camat yang berkaitan dengan masalah ini, besok, Selasa, 19 Mei 2020, pegawai camat akan turun langsung ke desa Golo Meleng meleng,” katanya.
Kendati demikian, aku Ferdinandus, hingga Jumat (22/5) keluhan mereka belum juga diindahkan oleh pemerintah desa.
“Hari itu juga kami langsung ke kantor camat lagi untuk menemui ibu camat Rana Mese, setelah kami temui dan mewawancarainya berkaitan dengan masalah ini, katanya ibu camat akan langsung turun ke desa Gole Meleng pada hari Rabu yang akan datang,” jelasnya.
Sementara itu, Natalia Sau warga RT 007, juga penerima BLT DD mengaku pada Jumat lalu mendapat bantuan berupa uang senilai Rp 1.100.000.
Dikatakan saat itu dirinya tengah mencuci pakaian, tiba-tiba dipanggil oleh aparat desa setempat untuk menerima bantuan.
“Toe ma lelo pisa wulang, langsung tiba laku seng (Saya tidak lihat berapa bulan, langsung saya terima uangnya). Terima kasih banyak,” katanya.
Sejumlah uang itu kata dia, sudah disteping. Usai menerima bantuan tersebut Natalia pun langsung diminta untuk tanda tangan.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba